6. Nata Bocil Manis

407 72 6
                                    

"Ata?"

Tidak ada sahutan.

Elano melangkahkan kakinya masuk. Ia tau Nata ada didalam. Meringkuk di suatu tempat yang sempit, untuk hal yang ia pikir bahaya.

Elano berjalan menuju lantai dua.

"Ata, ini El. Keluarlah."

Elano membuka pintu kamar Nata. Ia mencari sosok Nathala didalam sana. Namun, ia tidak menemukan sosok itu.

"Ata berhenti bersembunyi."

Elano menutup pintu itu. Kembali mencari keberadaan Nata. Ada satu tempat yang mungkin saja Nata gunakan untuk bersembunyi. Elano segera melangkah ke ruangan itu.

Kamar Vino.

"Ata? Ata disini? Jawab El."

Elano masuk kedalam ruangan itu.

Biarlah, walau ia belum mendapat izin. Yang penting sekarang ia harus menemukan Nata yang belum kelihatan batang hidungnya. Aduuh, kemana sembunyinya anak itu. Nata terlalu pintar bersembunyi.

"Ata jawab El!"

Elano sedikit meninggikan suaranya, harap harap nata mendengarnya dan segera keluar dari persembunyiannya.

Nata tidak bisa ditinggal sendiri.

Nata terlalu takut ditinggal. Apalagi di rumah besar ini sendiri. Kebiasaan Nata akan mencari tempat sempit untuk bersembunyi kalau ditinggal sendiri seperti ini.

Elano bingung apa yang membuat El ditinggal sendirian.

Apa yang membuat bunda Lea dan Vino meninggalkan Nata sendirian dirumah?

Elano jadi merasa bersalah mengabaikan telepon Nata tadi.

Raka sudah menceritakan semuanya.

"E-ela?" Suara cicitan nata terdengar. Elano sempat menghela nafas lega. Untunglah nata menyaut panggilannya.

"Hm, ini aku. Keluarlah."

"Beneran Ela?"

"Iya Ata. Ayo keluar. El bawa donat dan milkshake untuk ata."

"Ela?"

Nata menyembulkan kepalanya dari balik sudut ranjang Vino. Mengintip sedikit, memastikan kalau itu benar benar Elano.

"Kemarilah. Tidak ada yang perlu ditakutkan lagi."

Elano merentangkan tangannya, berjalan mendekat kearah Nata. Bermaksud mengundang nata untuk masuk kedalam pelukannya.

Nata berlari mendekap Elano.

Nata memeluk Elano erat. Benar benar seperti tidak membiarkan Elano pergi.

Elano mengusap kepala juga punggung Nata, berniat untuk menenangkan sahabat kecilnya ini. Elano tau betul apa yang Nata rasakan.

"Shhh, aku disini."

Nata menenggelamkan wajahnya pada dada Elano.

Beberapa menit mereka berada dalam posisi itu, dengan Elano yang terus memberikan Nata kalimat penenang. Nata mengambil, lalu menghembuskan nafasnya pelan. Berusaha menghentikan degup jantungnya yang berdetak kencang.

Beberapa menit itu berjalan baik. Jantung Nata tidak lagi senakal itu. Jantungnya sudah berdetak dengan normal.

Nata perlahan melonggarkan pelukannya. Tapi masih belum melepaskannya.

"Udah?"

"Hum." Nata menggeleng. Ia belum!

"Bagaimana dengan donat dan milkshakenya? Ata nggak mau makan?"

NATHALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang