Jaemin tau semuanya, Jaemin tau apa yang Jeno dan Renjun lakukan di toilet restoran milik Jeno beberapa hari yang lalu, Jaemin mengikuti mereka saat itu, mendengar sayup sayup desahan dan erangan yang keluar dari mulut Renjun dan Jeno dari balik pintu yang terkunci, Jaemin tentu tidak bodoh, dia tau Jika kedua 'sahabat'nya itu bermain belakang
Jaemin cemburu, rasa cintanya pada Renjun sangat tulus, sudah sejak lama Jaemin memiliki perasaan itu, mungkin sejak keduanya pertama kali bertemu, di acara yang ayah Renjun buat saat mereka masih kecil, pertemuan pertama yang membawa keduanya semakin dekat.
Teman menjadi Sahabat, dan Sahabat menjadi Cinta, begitu mungkin yang Jaemin rasakan tentang hubungannya dengan Renjun, meskipun seperti yang kalian tau jika rasa cinta itu tidak terbalas, meskipun kini Jaemin bisa merasakan hangatnya tubuh Renjun, namun tidak dengan hatinya, atau belum?
Mengesampingkan pekerjaannya, hari ini Jaemin sudah siap meminta apa yang seharusnya dia dapatkan, sesuai dengan perjanjian yang telah mereka buat malam itu di kamar hotel, mengenai hubungan sahabat dengan kelebihan bisa saling memuaskan di ranjang.
Perjanjian yang ketiganya buat karena Renjun yang belum siap untuk menjalin hubungan romansa kembali, poin poin bodoh yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan keeratan hati, hanya berisi peraturan dari ego dan rasa haus akan nikmat duniawi.
Pukul sepuluh pagi, Jaemin telah sampai di gedung pencakar langit tempat dimana jutaan dollar dihasilkan dalam sehari, dengan sedikit angkuh Jaemin berjalan masuk, menakan lift menuju lantai dimana muara hatinya berada.
"Tuan Jaemin, ada perlu dengan Tuan Renjun?"
Langkah Jaemin terhenti di depan, tertahan oleh wanita muda yang bekerja sebagai sekretaris dari orang yang ingin ia temui sekarang "Renjun ada di dalam?, saya ada perlu"
"loh Jaem tumben kamu kesini? Ada perlu sama gue?" raut kejut nampak dari wajah manis Renjun yang semula sibuk dengan tumpukan berkas yang sedang dikerjakannya.
Lelaki yang lebih mungil dari Jaemin itu berdiri, menyambut tamunya untuk duduk di sofa mewah yang terdapat di ruangan tersebut.
"gapapa Ren, gue cuma mau main kesini aja"
"main?"
Jaemin menyamankan duduknya, matanya mengedar memperhatikan seisi ruangan tempat renjun bekerja, hingga pandangannya jatuh pada tumpukan berkas yang terlihat memusingkan karena jumlahnya yang sangat banyak.
"kayaknya gue salah timing nih datang kesini, lo lagi sibuk banget ya?"
"ahhh ngga sih, biasa lah, ada project baru, jadi berkasnya lumayan"
Jaemin berdiri dari duduknya, kakinya melangkah menuju meja kerja Renjun, melihat beberapa barang yang ada diatas meja sebelum berakhir mendudukan diri di kursi kerja Renjun.
"sebenarnya gue kesini mau minta bagian gue, lo setelah ini ada meeting ada kerjaan diluar?"
"ngga sih, lo mau ngambil bagian lo? Bagian apa?"
Seulas senyum mengembang, senyum manis yang menjadi daya Tarik dari seorang Na Jaemin, senyuman yang sebenarnya sudah berhasil memikat banyak wanita namun selalu ditolak olehnya, senyuman yang hanya akan Jaemin persembahkan untuk orang yang sangat dicintainya.
"sayang, lo udah kasih Jeno jatah di toilet waktu itu, masa gue ngga dapet?"
Renjun tentu tidak dapat menutupi rasa terkejutnya, terlebih kini Jaemin yang berjalan kearahnya masih dengan senyum manis yang kini terlihat menakutkan, Renjun tidak menyangka kalau Jaemin tau dirinya dan Jeno melakukan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR FIRST [ norenmin ]
Fanfictionhatinya yang terus disakiti dan dikhianati oleh wanita membawa renjun mencari kesenangan lain, membawanya pada pengalaman baru dan kisah cinta yang semakin rumit PERHATIAN! CERITA MENGANDUNG KONTEN DEWASA, BUKAN UNTUK PEMBACA DIBAWAH UMUR