BAGIAN 10

1.9K 59 0
                                        


Cahaya senja sudah tenggelam begitu Jeno dan Jaemin menginjakkan kakinya di Jepang, berganti dengan gemerlap lampu jalanan Tokyo yang menyambut mereka sekarang.

Dua lelaki tampan itu langsung melesat menuju alamat hotel yang sebelumnya Renjun berikan, berbagai pertanyaan untuk sang sahabat pun sudah tercatat di kepala, Jaemin yang paling penasaran, karena sungguh, Renjun tidak biasanya seperti bertindak seperti ini.

Kaki jenjang keduanya melangkah, memasuki lobby hotel mewah yang cukup ramai oleh orang orang dengan berbagai warna kulit, hotel berbintang yang memang terkenal di negara ini.

"kamar 232 atas nama Renjun Huang" ucap Jeno dalam Bahasa Jepang.

"ini tuan, Mr. Renjun menitipkn kunci kamarnya"

Segera saja kunci itu diambil oleh Jaemin, yang langsung berjalan tergesa menuju lift untuk sampai di lantai kamar Renjun berada, sudah tidak ada waktu lagi untuk menunggu, Jaemin ingin bicara dengan Renjun secepatnya.

"easy dear, ingat, lo ngga boleh emosi, kita belum tau Renjun kenapa" Jeno yang berjalan di belakang jaemin mencoba mengingatkan, Jeno sangat paham jika emosi Jaemin sedang naik sekarang.

Hanya butuh waktu 5 menit untuk mereka sampai di lantai 23, kedua pria itu kini menyusuri Lorong melihat nomor kamar 232, kamar Renjun, hingga akhirnya mata Jaemin menagkap sebuah pintu dengan nomor itu disana.

"kemarikan kuncinya, biar gue yang buka"

Jaemin menyerahkan kunci kamar itu, membuka kamar yang terlihat gelap tanpa cahaya sedikitpun, Jeno melangkah masuk, diikuti Jaemin di belakangnya.

Jantung keduanya berdegup kencang, takut jika sesuatu yang buruk terjadi kepada salah satu orang yang mereka cintai, pikiran pikiran buruk itu semakin menguar, seiring Langkah yang semakin dalam memasuki ruangan.

Jeno mencoba menyalakan flashlight dari telepon genggamnya, mencari keberadaan saklar lampu disana, hingga saat lampu kamar mulai menyala, mata keduanya memicing, disana, diatas ranjang besar di tangah ruangan, hal yang membuat Jeno dan Jaemin terpaku karena kejut.

"R-ren..."

"Jeno...gue, gue ngga salah liat kan"

Renjun ada disana berdiri tersenyum kearah dua orang yang kini diam tidak bergerak, tawanya pecah melihat wajah Jeno dan Jaemin yang terlihat seperti orang bodoh sekarang.

"surprise..."

Mengambil Langkah, Renjun meraih dua kotak beludru yang ada di atas ranjang, berada di antara bunga yang tersusun membentuk sebuah kata, kata yang membuat Jeno dan Jaemin seperti sekarang.

"pertama, maaf kalau gue tiba tiba bersikap yang mungkin...mebuat kalian kepikiran, jujur, ada banyak pertanyaan di kepela gue, mengenai kita, dan ya, seperti yang kalian tau, gue kabur kesini, mencari jawaban"

Renjun menjeda kalimatnya, menatap dua orang di depannya dengan tatapan polos.

"dan...gue udah memutuskan jawabannya, tapi sebelumnya, gue mau tanya, kalian saling mencintai kan, bukan Cuma ke satu orang saja?"

Jeno yang pertama mengangguk, senyuman seindah bulan sabit tergambar di wajah tampannya "gue sayang kalian berdua"

"Jaemin?" tanya Renjun

"gue..." jawaban Jaemin menggantung, matanya menatap bergantian kearah Renjun dan Jeno, hingga akhirnya, ciuman panas menjadi penyelesaian dari jawaban itu, Jaemin...mencium Jeno dengan penuh cinta.

Keduanya menyatukan kening sesaat ciuman panas itu terputus, tersenyum satu sama lain, Renjun yng melihat hal itu ikut mnyunggingkan senyumnya.

"EHEMM!

udah?, duh gue juga jadi pingin deh hahaha"

Renjun menghampiri Jeno dan Jaemin, memberi masing masing satu kotak berbahan beludru yang mereka sudah tau apa isinya, Jaemin yang pertama membukanya, sebuah gelang berbahan emas putih dengan inisial mereka bertiga.

"gue ngga tau gimana caranya kalau sama dua orang sekaligus kaya gini, but seperti kalimat dari bunga bunga itu.....

I really love you, both of you, kalian mau, menghabiskan sisa waktu kita bareng bareng?"

Tidak ada jawaban, hening melanda ketiganya selama beberapa menit, sebelum sebuah rengkuhan membawa ketiganya kedalam pelukan hangat.

"ayo lakukan, hidup bersama selamanya, saling mencintai dan

menyayangi" ucap Jeno ditengah tengah pelukan mereka.

I love you Renjun, Jeno, gue juga sayang banget sama kalian berdua, equally"

Ketiganya terbangun dipagi hari, saling memeluk di satu ranjang besar, tubuh mereka polos dan hanya tertutup sebuah selimut besar, Renjun tersenyum menatap dua kekasihnya, sahabat yang selama ini mengoda dan membercandainya ternyata berakhir menjadi kekasih.

Renjun mengusap rahang tegas Jeno, tangan satunya lagi mengelus surai lembut Jaemin yang posisinya berada di atas dada Renjun.

"Nono, Nana, bangun yuk, kita sarapan dibawah" ucap Renjun lembut.

Sejak semalam ketiganya merubah panggilan sayangnya kepada masing masing, Renjun memanggil Nono dan Nana, Jeno memanggil baby dan dear, sementara Jaemin memanggil Jenjen dan Renren, namun tetap saja kata sayang tidak akan terganti.

"sebentar Renren, pantat aku masih perih" sura Jaemin teredam karena posisinya yang membenamkan wajah di dada Renjun.

"sorry dear, lagipula kenapa semalam minta posisi ditengah"

"karena ditengah adalah tempat terbaik"

Jeno yang bangkit dari kasur pertama kali, memutari ranjang menuju dimana Jaemin berada, menyingkap selimut yang dipakai hingga menampakkan tubuh telanjang Jaemin yang sedang tengkurap memeluk Renjun.

"sini aku gendong, kita mandi bersama" tubuh Jaemin dibawa masuk kedalam gendongan Jeno, sementara tangannya yang leluasa menggenggam tangan Renjun, menuntunnya yang masih sedikit tertatih agar ikut menuju kamar mandi.

Sisa hari hari Renjun di jepang digunakan untuk liburan bersama dua kekasihnya, menghabiskan waktu bertiga selama 24 jam penuh, waktu waktu yang sulit didapat jika mereka sudah kembali.

Jaemin juga mencetuskan ide untuk tinggal bersama, membeli sebuah apartemen mewah untuk dihuni bersama, begitu pulang nanti, ide itu tentu saja disetujui oleh Renjun dan Jeno, ketiganya tidak perlu memikirkan uang lagi untuk hal hal semacam ini.

Ketiganya tentu sadar, hubungan yang akan mereka jalani akan sangat sulit, rasa cemburu bisa saja datang kapanpun, menjalin hubugan dengan satu orang saja sulit, apalagi dua.

Namun ketiganya yakin, jika mereka bisa melakukannya, mereka saling mencintai satu sama lain, tidak berat sebelah ke satu orang saja, mereka peduli satu sama lain.

Buktinya jika ada salah satu dari mereka mengalami kesulitan, maka semuanya yang akan datang menolong, melakukan segala cara agar tidak ada diantara mereka yang sulit, sakit, atau terlibat masalah, bahkan sejak jauh sebelum rasa cinta itu tumbuh.


To Be Continue

OUR FIRST [ norenmin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang