Sudah berselang beberapa hari setelah terakhir kali ketiganya bertemu, dan kini isi pikiran Renjun penuh dengan memori dan kilasan aktivitas mereka, dapat dikatakan kini Renjun merasa dirinya berubah, bayang bayang kenikmatan dari sentuhan Jeno dan Jaemin terus terasa didirinya.
Duduk di meja kerjanya, Renjun sedari tadi hanya merenung, mangabaikan berkas berkas yang menumpuk diatas meja, pikirannya tidak bisa focus, melayang memikirkan hubungannya dengan Jeno dan Jaemin.
Renjun bingung dengan perasaannya, jauh didalam hatinya sangat ingin membuka hati, namun ada sesuatu yang menghalanginya, ada rasa takut ditinggalkan seperti sebelumnya.
'TOK TOK'
Lamunan Renjun buyar saat pintu ruangannya diketuk, menampakkan sekretarisnya yang mengintip setelah pintu sedikit dibuka "maaf pak, ada Pak Jeno dan Pak Jaemin menunggu di lobby"
"oh iya, suruh mereka tunggu dulu, saya sebentar lagi turun"
Mendengar dua orang yang sedang memenuhi kepalanya berada di bawah, entah kenapa hal itu justru membuat Renjun gugup, padahal keduanya datang hanya untuk mengajak makan siang bersama seperti biasa, tidak ada yang special.
Begitu sampai di lobby, senyum hangat Jaemin dan Jeno langsung menyambut Renjun, berdiri dari duduknya dan menghampiri yang lebih tua.
"lama banget tumben"
"tadi beresin berkas dulu sebentar" Jeno dan Jaemin mengangguk, dan ketiganya lalu pergi ke tempat mereka makan siang hari ini.
Jujur saja Renjun mendadak gugup, ketiganya berada di satu mobil dan Renjun duduk di bangku belakang, matanya menatap kedepan, menghindari kontak mata dengan kedua orang didepannya.
"lo kenapa Ren? Kok kaya gugup"
Jaemin yang menyetir mobil menengok, menatap mata Renjun lewat kaca spion yang terdapat di dashboard.
"gue gapapa"
Kedua orang didepan saling beradu tatap, memberi kode yang menyiratkan jika Renjun sedang tidak baik baik saja, mereka kelewat hafal dengan sahabatnya yang satu itu.
"okay, kalau ada apa apa cerita sama gue dan Jeno"
Tingkah Renjun yang mencurigakan tidak berlanjut hingga acara makan siang berlangsung, dirinya yang biasanya akan mengoceh hanya diam dan focus dengan makanannya, tidak mengeluarkan sepetah kata jika tidak diajak bicara.
Hal itu juga tidak lepas dari pendangan Jeno dan Jaemin yang sedari tadi saling berbicara tanpa suara, bertanya tanya ada apa yang terjadi sebenarnya dengan sahabat manis mereka.
"mau nambah baby? Biar aku pesenin"
"ngga usah Jen" Renjun melanjutkan menghabiskan makanannya, yang justru membuat dua orang lainnya yakin jika sesuatu terjadi dengan Renjun. Entah apa merekapun tidak tau, dan pasti akan mencari tahu nanti.
***
Dua lelaki tampan itu berdiri di balkon sebuah apartemen, dengan sebatang nikotin yang tersampir di sela jari masing masing, keduanya sedang memikirkan orang yang sama, orang yang tadi siang sikapnya berbeda.
"kata lo kenapa?"
"ngga tau, ngga biasanya dia gini, kalau ada masalah biasanya ngajak mabok, bukan malah diem kaya gitu"
"hmm lo bener" Jeno kembali menyesap rokoknya, menghisap dalam dalam emisi pembakaran tembakau yang menjadi candu banyak orang itu, lalu menghembuskannya kasar seraya mengusak surainya.
Mereka takut, takut jika Renjun berubah pikiran, banyak pikiran negative yang menguar di kepala Jeno maupun Jaemin.
"ngentot aja yuk, pusing gue, besok kita tanyain langsung sama Renjun, kita paksa kalau dia tetap gak mau cerita"
"lo bottom ya?" jawab Jeno
Jaemin memicing, meskipun akhirnya mengangguk sembari mematikan batang rokoknya, menarik Jeno kedalam ciuman panas yang berakhir pergumulan keduanya sepanjang malam.
Esok paginya Jeno dan Jaemin sudah berada di kantor Renjun, berniat menanyakan sikapnya yang kemarin berubah, yang membuat dua lelaki itu kepeikiran sepanjang malam bahkan ditengah kegiatan sex mereka.
Namun mereka tidak mendapatkan hasil apa apa, resepsionis kantor mengatakan jika bosnya pagi tadi terbang ke Jepang untuk mengecek proyek yang baru dimulai prosesnya.
"susul? Gue pesen tiket sekarang"
"ngga usah Jaem"cegah Jeno "biarin aja dia kerja dulu, nanti kita tanya kalau dia pulang"
"tapi gue kepikiran, dia bahkan ngga ngabarin kalau mau ke Jepang!" ucap Jaemin dengan nada yang meninggi.
"percaya aja sama Renjun, dia pasti cerita nanti"
Disisi lain Renjun baru saja sampai di kamar hotelnya, handphonenya yang baru saja dinyalakan sudah penuh oleh notif pesan dan miscall dari Jeno dan Jaemin, melihatnya Renjun hanya tersenyum kecut, pikirannya masih melarangnya untuk merespon pesan dari dua sahabatnya sebelum hatinya mantap untuk terbuka.
Sebenarnya perjalanannya ke Jepang juga bukan untuk bekerja, Renjun sengaja lari sejenak untuk mencari jawab atau perasaannya, perasaan abu abu antara dia dan dua sahabatnya.
Renjun ingin meyakinkan diri, apakah selama dia disini, bayang bayang itu tetap ada atau justru hilang terlupakan, Renjun ingin memberi jawaban pasti kepada dua sahabatnya.
Cinta atau tidak.
Suka atau nafsu.
Sayang sebagai sahabat atau yang lain.
Renjun ingin dirinya yakin begitu pulang nanti.
***
Tiga hari, Jaemin sudah mulai uring uringan, pesannya belum ada yang dibalas satupun, jangankan dibalas, dibaca saja tidak, sementara Jeno hanya memperhatikan Jaemin, dirinya juga sama khawatirnya, memikirkan apa yang terjadi dengan salah satu orang yang dicintainya.
"udah tiga hari Jen, pokoknya mala mini kita harus terbang ke Jepang" ucap Jaemin menggebu
"kalau gitu ayo, gue juga udah ngga bisa nunggu lagi kalau Renjun ngga ngasih kabar gini"
Jauh di negara lain, Renjun sedang berjalan jalan sendirian, tidak ada orang atau bodyguard yang menemani, hanya dirinya, menikmati hembusan udara hangat musim semi dan harum bunga yang bermekaran.
Tiga hari, ternyata lebih cepat dari dugaannya, hatinya sudah mantap dengan keputusannya, keputusan yang mungkin berimbas besar dengan hubungannya dan dua sahabat.
Three Prince
You
Gue di jepang, kalian pasti nyusulin kan, ini gue kirim lamat hotel gue, datang kesini, gue mau ngomong sesuatu sama kalian
Jeno
Kita terbang nanti malam
Jaemin
Lo, tunggu ya, bener bener bikin gue khawatir
To Be Continue

KAMU SEDANG MEMBACA
OUR FIRST [ norenmin ]
Fanfictionhatinya yang terus disakiti dan dikhianati oleh wanita membawa renjun mencari kesenangan lain, membawanya pada pengalaman baru dan kisah cinta yang semakin rumit PERHATIAN! CERITA MENGANDUNG KONTEN DEWASA, BUKAN UNTUK PEMBACA DIBAWAH UMUR