Sepulang sekolah, Lia mampir ke sebuah toko komik yang dekat dengan komplek rumahnya. Dia berniat membeli beberapa komik untuk mengisi waktu liburnya nanti. Toko komik itu berada di pinggir sebuah jalan besar, yang selalu ramai oleh kendaraan seperti biasanya. Dengan langkah ringan, Lia memasuki toko dan mulai mencari dengan semangat komik-komik yang sudah dia list di ponsel miliknya. Setelah dapat, tanpa berlama-lama Lia langsung membayar ke kasir dan mulai berjalan untuk keluar dari toko. Tetapi baru saja selangkah kakinya keluar dari pintu, terdengar suara riuh tembakan dan gerombolan pelajar yang berlari kencang sambil membawa senjata tajam.
Brak brak brak!!!
Dor dor dor!!!
"Minggir-minggir, woi!!!!!!"
Suara tembakan gas air mata disusul dengan asap lumayan tebal membuat pandangan Lia sedikit kabur, hingga dia melihat samar-samar kilatan dari sebuah senjata yang hampir saja mengenai kepalanya jika tidak ada seseorang yang menariknya masuk kembali ke dalam toko. Jantung Lia berdebar keras, dengan wajahnya yang seketika berubah pias karena dia hampir saja mati kena sambitan dari pelajar yang membawa sebuah celurit yang dikibaskan dengan asal. Jika seseorang itu tidak menarik Lia tepat waktu, sudah dapat dipastikan jika Lia pasti akan pulang dengan kepala yang sudah tidak berada di tempatnya.
"Hei, lo nggak apa-apa?"
Tepukan dari orang yang menyelamatkan Lia membuat gadis berkaca mata itu mengerjap, menatap sosok lelaki tinggi di depannya yang kini sedang menatap Lia dengan khawatir.
"Muka lo pucat banget." Kata cowok itu lagi.
"A... Aku...." Lia berkata terbata-bata sambil menatap kosong pada wajah lelaki di depannya.
"A... Aku... barusan hampir mati, kak."
"Nggak, lo udah aman sekarang."
Lia mengangguk, berusaha tetap membuat kakinya dapat berdiri dengan tegap meskipun tak lama ia meraih lengan cowok di hadapannya sebagai tumpuan tubuhnya.
"Kak, maaf..."
"Nggak apa-apa. Lo pasti lemes banget. Pegangan sama gue aja."
Lia kembali mengangguk sambil berusaha mengatur napasnya yang sempat tertahan. Cukup lama Lia berpegangan pada lengan cowok tinggi itu hingga perlahan detak jantung dan wajahnya kembali normal. Tetapi seketika, wajah Lia tampak memerah saat cowok itu memajukan tubuhnya hingga wajah Lia menempel pada dadanya.
"Yang tawuran udah nggak ada, jadi lo udah benar-benar aman sekarang." Kata cowok itu sambil kembali memundurkan tubuhnya setelah mengintip ke pintu kaca di depan mereka.
Meskipun wajah Lia hanya menempel selama beberapa detik, tetapi seperti ada rasa kehilangan saat cowok itu kembali memundurkan tubuhnya hingga Lia dan cowok itu kembali berjarak, dengan tangan Lia masih setia berpegangan pada lengan kokoh cowok di depannya.
Ya ampun, kakaknya wangi banget.
Lia kini mendongak, menatap secara terang-terangan wajah lelaki bertopi di depannya yang juga sedang menatapnya. Mata bulat Lia yang terlindung oleh kaca matanya tidak dapat menyembunyikan tatapan kagum karena ketampanan cowok itu. Mulai dari rambutnya yang mengintip di sela topi yang dia pakai, alisnya, sorot matanya yang tajam, hidung mancungnya, rahang tegasnya, dan bibir tipisnya. Belum lagi tinggi dan bahu lebar cowok itu yang membuat Lia seakan benar-benar merasa terlindungi.
"Hei,"
Lia kini mengerjap saat cowok bertopi itu menggerakkan tangannya di depan wajah Lia. Dengan refleks Lia melepaskan pegangan pada lengan cowok itu sambil memundurkan tubuh, membuat jarak sedikit lebar hingga punggung Lia membentur pintu kaca di depannya.
"Hei, Lo nggak apa-apa?"
Lagi-lagi pertanyaan itu dilontarkan oleh cowok di depan Lia.
"Ng... Nggak apa-apa kak." Jawab Lia sambil menunduk, enggan menatap wajah cowok itu yang kini sedang menatapnya dengan heran.
"Lo mau minum? Muka lo sekarang merah banget, masih takut ya?"
Lia menggeleng dengan cepat, "aku nggak haus, kak. Dan udah nggak apa-apa juga."
"Oke."
Cowok itu kini menunduk, mengambil beberapa komik dan buku raport milik Lia yang sempat terjatuh saat dia menarik tubuhnya untuk menyelamatkannya beberapa saat yang lalu.
"SMA Negeri 31 Jakarta, Alyanara Indriani."
Cowok itu menyebutkan nama sekolah dan nama Lia yang tertera pada raportnya.
"Ini punya lo."
"Makasih, kak." Kata Lia pelan setelah menerima kembali komik dan raport miliknya.
"Makasih juga tadi kakak udah mau repot-repot menyelamatkan hidup aku."
Cowok itu tertawa, merasa lucu karena Lia berterima kasih dengan tatapan dan ekspresi sepolos itu.
"Sama-sama, Alyanara." Jawabnya sambil tersenyum manis.
"Panggil Lia aja, kak."
"Oke, Lia." Balas cowok itu, masih sambil tersenyum manis. Lalu dia mengulurkan tangannya.
"Nama gue Hema, Hema Aksara. Senang bisa menyelamatkan hidup lo hari ini."
°°°
Hema Aksara
(Hema)
KAMU SEDANG MEMBACA
1 to 14 (Completed)
Fanfiction"Cinta pertama itu nggak pernah ada yang berhasil, Lia. Jadi, kita relakan aja ya?" ° Haechan x Lia Dipublish 16 Oktober 2022 Cover pinterest