"Kak Una,"
"Kenapa?"
"Kak Una pernah jatuh cinta?"
Una yang tadinya sedang fokus pada iPadnya kini menoleh, menatap pada adiknya yang sedang rebahan dengan berbagai cemilan dan beberapa komik di atas kasur. Gadis yang lebih muda setahun darinya itu masih tampak fokus dengan komik yang sedang dibaca, membuat Una bertanya-tanya kenapa adik polosnya itu bisa tiba-tiba menanyakan hal ini.
"Kenapa emangnya?"
"Hng..."
Lia menurunkan komiknya, balas menatap Una yang ternyata juga sedang menatap lekat kepadanya.
"Nggak apa-apa, aku cuma pengen tau aja." Katanya, lalu merubah posisinya menjadi duduk.
"Kak Una pernah jatuh cinta?"
Tanya Lia lagi, membuat Una langsung meletakkan iPadnya dan menghampiri adiknya untuk ikut duduk di atas ranjang.
"Kak Una sibuk belajar, jadi nggak punya waktu buat jatuh cinta, Lia."
"Oh, okedeh."
Lia mengangguk dan berniat kembali melanjutkan membaca komik, tetapi Una menahan tangannya.
"Kenapa tiba-tiba nanyain itu? Kamu lagi jatuh cinta?"
Lia mengerjap, sedikit gugup karena tatapan Una kepadanya yang tampak begitu penasaran. Sebenarnya, Lia menanyakan hal ini karena ingin tahu saja bagaimana rasanya jatuh cinta menurut orang lain. Dia hanya ingin tahu, apakah jika orang lain jatuh cinta perasaannya akan sama seperti Lia yang selalu merasa kagum, senang dan bahagia jika sedang bersama Hema atau tidak.
Karena yah, selama hampir seminggu ini Lia kenal dengan Hema dan beberapa kali menghabiskan waktu dengan cowok manis dan baik hati itu, Lia merasa perasaannya seperti ingin terbang terus, dia merasa lebih bahagia jika sedang bersama cowok itu. Rasanya setiap melihat Hema tersenyum atau tertawa, seperti ada perasaan berbunga yang bermekaran dalam dadanya.
"Lia?"
Una memanggil, membuat Lia kembali mengerjap dan langsung berdehem singkat.
"Hng... Aku---,"
"Kamu lagi jatuh cinta sama cowok yang beberapa hari ini suka nganterin kamu pulang?"
Mata Lia membulat.
Bagaimana kakaknya bisa tahu? Padahal setiap Lia diantar pulang oleh Hema dia pasti selalu memastikan jika ibu atau kakaknya tidak melihatnya.
"Oh, jadi benar."
Una menghela napas, lalu melepaskan cekalannya pada Lia.
"Kak Una, aku---,"
"Lia, kita ini belum dewasa. Belum saatnya kita boleh jatuh cinta. Kalo ibu tau, pasti ibu makin kecewa sama kamu."
Lia bungkam. Dia tahu, pasti sebentar lagi hal ini akan dihubungkan dengan nilai-nilainya yang jelek. Nilai-nilai yang selalu membuat ibunya kecewa karena dia tidak bisa seperti Una yang selalu mendapat nilai sempurna.
"Jatuh cinta itu, bisa bikin kamu makin nggak fokus belajar, Lia. Apalagi kalau misalnya jatuh cintanya kamu itu ternyata sama orang yang salah, kamu bakal patah hati. Yang nantinya pasti akan makin memperburuk nilai-nilai kamu. Ujung-ujungnya, nanti kamu bakal sering dimarahin sama ibu."
Lia menghela napas, ternyata dugaannya benar. Nilai jeleknya pasti akan selalu dibahas. Padahal, Lia kan cuma jatuh cinta sama Hema. Dia tidak berharap Hema juga harus membalas perasaannya, jadi dia tidak akan merasakan yang namanya patah hati. Lia hanya ingin menikmati saja rasa berbunga-bunga saat bersama dengan lelaki itu. Apakah tidak boleh?
Lagipula, mau jatuh cinta atau tidak, nilai-nilainya pasti tidak akan pernah seperti nilai-nilai Una yang sempurna. Karena kemampuan otak mereka juga jelas berbeda.
"Lia, kita itu cuma punya ibu. Jadi sebisa mungkin, jangan terlalu mengecewakan ibu ya."
Lia lagi-lagi menghela napas, tetapi tetap mengiyakan perkataan Una.
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
1 to 14 (Completed)
Fanfiction"Cinta pertama itu nggak pernah ada yang berhasil, Lia. Jadi, kita relakan aja ya?" ° Haechan x Lia Dipublish 16 Oktober 2022 Cover pinterest