Dufan

103 24 0
                                    

"Kok bisa Kak Hema dapet izin dari ibu aku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok bisa Kak Hema dapet izin dari ibu aku?"

"Bisa dong."

"Gimana caranya?"

Lia mendongak untuk menatap Hema yang sedang memakaikan helm di kepalanya, membuat cowok tinggi itu tertawa sebentar karena tatapan penasaran Lia yang sangat lucu. Lalu cowok itu berdehem, sekedar untuk menutupi rasa gemasnya pada cewek di depannya.

"Ih kak Hema, ayok kasih tau aku!"

Lia berseru kala melihat Hema seperti mengabaikan pertanyaannya dan lebih memilih untuk menaiki Vespa merah milik cowok itu yang terparkir di depan pagar rumah Lia. Sungguh, dia begitu penasaran dengan cara Hema bisa datang ke rumahnya siang ini hanya untuk menjemputnya main.

Bukan hanya itu, tetapi Hema juga berani meminta izin kepada ibunya secara langsung dan anehnya, ibu Lia mengizinkan. Padahal saat pertama kali Hema datang ke rumahnya, ibu Lia tampak enggan menanggapi dan malah memberikan tatapan tidak suka kepada Hema. Tetapi entah apa yang Hema katakan ke ibu Lia, ibunya itu bisa tiba-tiba mengizinkan Hema mengajaknya keluar.

"Ayok naik dulu, nanti gue ceritain."

Hema menepuk-nepuk bagian belakang jok motornya, membuat Lia lantas menurut dan mulai duduk di belakang cowok itu.

Di perjalanan, Hema mengatakan jika mulai hari ini Lia tidak usah khawatir kalau mau bertemu atau main dengan Hema karena ibu Lia tidak akan melarang. Ketika ditanya alasannya, Hema hanya tertawa dan berkata;

"Nanti juga lo tau sendiri."

Lalu, Lia tidak bertanya lagi karena Hema mengalihkan pembicaraan ke topik yang lain dengan tangan cowok itu yang tiba-tiba menarik tangan Lia untuk memeluk pinggangnya. Sebelum tangan Hema kembali ke stir motor, cowok itu sempat mengusap tangan mungil Lia. Membuat pipi gadis itu bersemu merah dengan degup jantung yang mulai berdebar keras.

Setelah sampai di tempat tujuan, lagi-lagi Hema membantu Lia melepas helm. Tidak lupa dengan senyuman manis yang selalu cowok itu perlihatkan hari ini. Entah kenapa, senyuman Hema hari ini terlihat sedikit berbeda, cowok itu terlihat seperti lebih bahagia dari biasanya. Padahal harusnya kan Lia yang lebih bahagia karena dia bisa kembali menghabiskan waktu bersama Hema.

"Ayok, Lia."

Hema menggenggam tangan Lia dan mulai menariknya keluar dari tempat parkir. Merasakan tangan besar Hema yang membungkus tangannya, membuat Lia kembali merasakan letupan-letupan hangat pada dadanya. Ini pertama kalinya tangan mereka saling bertaut, dan Lia sangat menyukai ini.

"Mau naik wahana apa dulu?"

Hema kini bertanya, menatap Lia di sampingnya yang sedang mengamati orang-orang berlalu-lalang di sekitar mereka. Ternyata, Hema mengajaknya ke Dufan. Dan di hari Minggu saat liburan sekolah seperti ini sudah pasti tempat itu sangat ramai dan antrian di wahana permainannya juga cukup panjang.

Akhirnya mereka memutuskan untuk naik rollercoaster terlebih dahulu meskipun harus antri cukup lama, dilanjut dengan kora-kora, komidi putar dan terakhir bianglala. Tidak banyak wahana yang bisa mereka coba karena waktunya juga tidak memungkinkan, apalagi ternyata Lia lebih tertarik untuk berjalan-jalan sambil membeli beberapa jajanan yang ada di sana. Jadi kebanyakan, waktu mereka dihabiskan untuk makan dan jajan.

Hema tentu tidak keberatan karena tujuannya hari ini hanya ingin membuat Lia senang, dan sepertinya dia berhasil karena cewek itu tidak pernah melepaskan senyum lebar di wajahnya meskipun Jakarta siang tadi cukup terik.

Saat ini, jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Mereka sedang kembali antri di wahana bianglala karena Lia ingin naik sekali lagi. Katanya, naik bianglala itu enaknya memang pada sore hari karena mereka bisa melihat indahnya kota Jakarta dan laut Ancol dari ketinggian yang dibalut dengan langit senja.

"Pasti bagus banget, kak! Dari bawah aja udah sebagus ini, apalagi kalo dari atas!"

Kata Lia dengan semangat. Lalu perempuan itu mengambil ponselnya dari tas ransel kecil yang dia bawa kemudian memotret langit sore ini. Kemudian secara tiba-tiba, kameranya dia arahkan kepada Hema. Yang dengan kebetulan cowok itu sedang menatap ke arahnya.

 Yang dengan kebetulan cowok itu sedang menatap ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kak Hema ganteng banget!

Rasanya Lia ingin meneriakkan kalimat itu keras-keras.

"Hayo, lo fotoin gue ya."

Kini Hema mendekat, membuat Lia lantas tertawa dan malah menggandeng tangan cowok itu.

"Sini kak, kita foto bareng."

Hema mengangguk, dan mereka mengambil beberapa foto Selfi di depan bianglala. Tidak lupa Lia juga meminta tolong kepada orang lain untuk mengabadikan gambar mereka berdua.

Lia tersenyum senang saat melihat hasil foto mereka di poselnya. Di foto tersebut, Lia dan Hema tampak tersenyum bahagia, dengan tangan saling menggenggam. Rasanya, dia seperti sedang berkencan dengan Hema hari ini. Apalagi tangan cowok itu selalu tidak lepas menggenggam tangannya, memberikan Lia kenyamanan dan perlindungan untuknya. Hema juga terlihat tidak ragu merangkul bahkan menggendongnya saat Lia kelelahan waktu mereka berkeliling.

Dengan seluruh perlakukan Hema hari ini untuknya, bolehkah Lia berharap agar lelaki itu jadi miliknya saja?

°°°

1 to 14 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang