#17

15.6K 2.6K 49
                                    


Jangan lupa vote sehabis ngebaca ya reader's, karena vote anda adalah hal yang berharga buat author ..

Happy Reading guys😄😄

--------------

Kediaman marquis Trenox kini sibuk dengan dekorasi untuk menyambut kedatangan kembalinya sang kepala keluarga. siapa lagi kalau bukan Heros Luxoris Trenox, ayah dari Cellina Minuella Trenox yang tampan nan mempesona dengan segala aura sugar daddy-nya.

Bicara soal uang?? Ayah Heros urutan kedua sugar daddy terkaya sekekaisaran Ernes setelah kaisar Felipe.

Banyak wanita yang mengincar posisi marchioness, baik yang masih gadis maupun yang sudah jadi janda. Hanya saja Marquis Heros hanya memiliki satu wanita di hidupnya. Siapa lagi kalau bukan ibu kandung Cellina, Retha Rosmerry Trenox. Gadis desa yang mampu meluluhkan hati beku sang Marquis dengan segala sifat polosnya..

Karena sumpah setianya pada sang istri, Heros sampai saat ini tak memiliki niatan mencari pengganti..

Suara derap langkah kereta kuda terdengar menggema dari arah luar mension. Cellina yang sedari tadi sudah bersiap, kini menuju arah pintu utama bersama Emilio putranya menyambut ayah sekaligus kakek Emilio.

Pintu utama mension terbuka. Heros dengan gagahnya berjalan menghampiri anak dan cucunya yang sedang berdiri di sana.

"Ayah, selamat datang" sambut Cellina dengan  senyum cerahnya. "Celamat datang kekek" lanjutnya dengan menirukan suara khas anak-anak sembari menggoyang-goyangkan tangan Emilio. Pria paruh baya yang masih awet kadar ketampanannya itu tertawa melihat tingkah lucu dan respon manis dari putri dan cucunya.

Cellina rindu ayahnya, sungguh. Heros memeluk putrinya tak erat, takut yang di tengah terjepit. Siapa lagi kalau bukan cucu kesayangannya, Emilio Hilter Trenox yang tampan calon penerusnya.

Marquis Heros mencium pucuk kepala Cellina, kemudian pipi Emilio secara bergantian.

"Bagaimana perjalanan ayah?? Tak ada hambatan kan??" Tanyanya yang di angguki Heros.

"Perjalanan ayah baik-baik saja dan misi perdamaiannya berjalan lancar. Meski ada sedikit kekacauan yang tercipta" suaranya mengecil di akhir kalimat. Namun tetap saja dapat di dengar baik oleh gadis dihadapannya karena jarak di antara keduanya cukup dekat setelah pelukan tadi usai lepas.

"Kekacauan seperti apa ayah?? Ayah sungguh tidak apa-apa kan?? Apa ayah ada yang luka?? Jika iya, ayo kita periksa" raut wajah kekhawatiran muncul dari wajah cantik Cellina. Heros tersenyum bahagia melihat itu. Bagaimana tidak putrinya yang dulu ia sempat sia-siakan, kini malah nampak sangat khawatir terhadap dirinya.

Mengelus pucuk kepala Cellina "putriku tak usah khawatir, ayah baik-baik saja. Hanya saja saat kemarin di kekaisaran Irgiz, mereka menyadari jika ayah datang dengan di lindungi sihirmu. Jadi mereka meranggapan bahwa ayah berfikir kalau mereka berbahaya. Untung ayah lebih dulu menjelaskan dengan sedikit berbohong kalau ayah dilindungi sihir karena hutan Implin yang di penuhi binatang buas kadang menyerang kereta yang melintasi daerah itu, meski hanya sebatas pinggiran hutan. Beruntung ada rumor yang beredar tentang betapa bahayanya ketika kereta mencoba melewati pinggir hutan itu. Jadi ayah memiliki alasan logis untuk sihir yang kamu berikan pada ayah." Jelas Heros, Cellina mengusap dadanya. Ia bersyukur, ayahnya sungguh tak apa-apa.

Meski,begitu hutan Implin?? Bukannya hutan itu di jaga oleh Dewi Irsy?? Dewi hutan Irsy tak pernah membiarkan hewan buas atau makhluk lain yang ada di dalam hutan keluar dan menyerang meski itu hanya sebatas pinggir hutan. Sebenarnya apa yang terjadi??

"Hutan Implin??" Cellina bertanya. Marquis menarik alisnya sebelah karena tak mengerti perkataan anaknya. "Bukankah hutan Implin di jaga Dewi Irsy, ayah?? Bagaimana penghuni hutan bisa berada di perbatasan hutan dan menyerang kereta yang melewati perbatasan hutan?? Apa ayah ikut mengalami kejadian seperti itu??"

Marquis menggeleng "tidak, meski ada beberapa makhluk ayah bisa lihat sedang berada di perbatasan hutan seperti sedang menunggu menyerang. Hanya saja entah mengapa, mereka tak menyerang gerombolan ayah saat itu".

Cellina larut dalam pikirannya kini..

"Sayang.." panggil Heros. Namun tak di hiraukan Cellina. "Nak.. Nak.. ada apa denganmu??" Panggilnya lagi di akhiri dengan pertanyaan.

Wanita itu sadar dari lamunannya "ya, ayah. Aku baik-baik saja".

Heros mengangguk.

"Kalau begitu, berikan padaku Emilio. Ayah sungguh rindu pada cucu kesayangan ku ini." Cellina memberikan Emilio pada ayahnya. Setelah itu pria paruh baya itu pergi meninggalkan Cellina untuk bermain dengan putranya.

Apa yang terjadi??ada apa dengan hutan Implin?? Haruskah aku pergi dan mencari tau?? Pikirnya.

Ia menggelengkan kepalanya membuang rasa yang mengganjal di hati wanita itu. Itu bukan urusannya meski ia sedikit penasaran. Urusannya di tempat ini masih banyak, Mengapa ia harus memberatkan beban otaknya lagi??

"Lupakan, kita urus itu nanti. Orang-orang disini masih menjadi misteri. Apalagi si gila Mikhael. Untuk apa si gila itu mengundangku lagi?? Apa dia sudah bosan mencercoki Miranda??" Cellina lelah dengan tumpukan surat yang dikirim Mikhael setiap detiknya setelah kejadian kemarin bahwa Mikhael sungguh membuang waktunya.

Ia mengambil langkah pergi menyusul ayah beserta putranya yang mungkin sedang berada di ruang bermain putranya yang di bangun sang ayah.

Jika berbicara tentang Heros. Ayahnya itu sungguh bucin terhadap cucunya. Sehingga apapun yang ada didunia ini bisa saja ayahnya itu berikan hanya demi putranya merasa bahagia. Cellina merasa bahagia akan hal itu, tetapi terlalu bucin juga ia bisa kerepotan. Seperti saat bayinya baru berumur dua bulan. Ayahnya sudah memborong lebih dari lima tokoh mainan anak-anak demi cucunya yang satu itu.

Hey, putranya baru berusia dua bulan. Apa yang bisa bayi mungil itu mainkan?? Sungguh gila bukan ayahnya?

Cellina bahkan di buat sakit kepala. tidak tuan rumah, tidak pelayan semuanya sama saja. Terlalu menomor satukan putranya..

Seulas senyum kembali berpatri di wajah cantik Cellina melihat pemandangan yang ada di sana. Meski banyinya baru memasuki usia enam bulan, bayinya itu cukup baik merespon siapa saja yang ingin mengajaknya bermain.

"Ayah, jangan memberikan Lio hal aneh-aneh deh. Lioku baru berumur enam bulan ayah." Langkahnya menghampiri dua orang yang berharga di hidupnya itu. Heros yang ketahuan ingin memberikan pedang mainan untuk bermain pedang-pedangan dengan cucunya hanya bisa tersenyum canggung kepada putrinya.

"Tunggu sampai Lio usianya cukup untuk memegang pedang, baru Ayah boleh bermain pedang-pedangan dengannya. Untuk sekarang, tolong lihat kondisi cucumu ayah." Kini dua orang itu menatap ke arah Emilio yang sedang duduk dengan wajah polosnya yang tersenyum.

Haha, aku terlalu bersemangat rupanya..

TBC....

Vote and follow author ya, maaf kalau enggak nyambung atau apalah. Apa yang muncul di otak, itu yang ku tuangin dalam tulisanku. Maaf juga kalau kebanyakan typo, author cuman manusia biasa..

Sekali jangan lupa vote, karena vote dan komen anda sungguh berarti bagi saya ..

The Crazy Villain Lady (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang