#19

15K 2.4K 151
                                    


Jangan lupa vote sehabis ngebaca ya reader's, karena vote anda adalah hal yang berharga buat author ..

Happy Reading guys😄😄

--------------

Arion sudah lelah bersabar seperti perkataan Jeremy tangan kanannya  menunggu waktu yang tepat untuk mengungkap semuanya. Ia ingin mendekap tubuh putranya. Hanya saja kehadiran dua manusia yang selalu mengelilingi dunianya, membuat ia sadar jikalau laki-laki itu mengulur waktu lagi untuk mengakui perbuatannya dua tahun silam. Arion tak akan bisa membayangkan, anaknya mengganggap orang lain sebagai ayahnya.

Seperti saat ini, putranya yang ia tau bernama Emilio Hilter Trenox yang tengah bermain bersama dengan mantan tunangan ibu dari anaknya itu. Terlihat akrab di mata Arion, rasa takut kini menjalar di hati pemuda itu.

Sudah beberapa bulan terakhir ia memikirkan akan memilih siapa antara kedua wanita yang sudah merasuk ke dalam hidupnya. Takdirnya atau takdir dia yang ada di dalam tubuhnya??

Awalnya ia ragu untuk memilih. Arion takut kehilangan salah satu diantaranya. Hanya karena takdir sedang mempermainkan dia, berakhirlah dirinya yang harus memakan pil pahit akibat ulahnya sendiri.

"Apa yang harus ku lakukan??" Tanyanya pada dirinya sendiri di hadapan cermin besar yang menghubungkan antara dirinya dan orang itu.

"Reinkarnasi ku telah berakhir Arion. Meski begitu, dia  masih tak mengijinkanku bersatu dengan kekasihku. Hanya dengan adanya dirimu,  aku bisa melintasi dunia pemisah yang dia ciptakan untuk menemui duniaku. Ia putramu, tetapi juga putraku. Maaf karena memaksa tubuhmu untuk menemaninya malam itu. Aku rindu istriku Arion, sangat rindu.." wajah sendu pria tampan dari balik cermin itu membuat hati Arion tak tega.

Arion tak mencintai Cellina, karena wanita itu bukan takdirnya. Ibu Arion, Liliana Villabet adalah penyembah Dewi Edith sang Dewi takdir. Dewi takdir sudah menuliskan takdir untuk Arion dan memberitahukan padanya jikalau Miranda adalah jodoh dari anak salah satu yang menyembahnya itu.

Ketika masa hukuman Xavier telah usai. Dewi Edith meminta kepada Liliana Villabet, umatnya yang setia untuk merawat anaknya yang kembali bereinkarnasi ke tubuhnya yang semula. Namun, tak bertahan lama. Perion kembali mengetahui jikalau putranya, hidup dari Dewi Selena itu, sudah berhasil melewati masa hukumannya. Ia lalu kembali mengurung Xavier pada sangkar yang sudah ia ciptakan untuk menghalangi kembalinya dua makhluk yang sudah di takdirkan itu untuk bersama.

"Lalu bagaimana dengan diriku Xavier?? Aku membutuhkan takdirku juga.. tetapi melihat Cellina bersama pria lain, itu membuatku benci. Apa yang terjadi padaku??" Xavier tersenyum. Ia tau jikalau apa yang sudah ia ciptakan akan menghasilkan kesalahan yang harus ia terima hasilnya.

"Perasaan yang tertinggal itu dariku Arion. Tolong jaga duniaku sampai aku tau cara untuk melepaskan diri dari belenggu ayahku. Untuk Miranda, dia bukan Miranda takdirmu. Gadis yang saat ini ada di hadapanmu selama ini, Itu bukan dia. Takdirmu sedang terkurung di suatu tempat. Aku bisa melihatnya dari sini, gadis itu bukan takdir yang dikirimkan ibuku. Dia iblis yang tengah menyamar. Cari takdirmu, aku akan membantu sebisaku..." perkataan Xavier membuat bola mata Arion melebar tak percaya. Miranda yang selalu ia kejar ternyata bukan Mirandanya. Lalu siapa dia?? Dimana Mirandanya saat ini berada??

Hancur, perasaannya hancur saat mengetahui kenyataan yang baru saja ia dengar. Pantas saja Miranda seolah-olah tidak mengenalinya saat dulu kembali pulang setelah perang pertama yang ia jalani. Gadis dengan segala tingkah konyolnya berubah seperti menjadi orang lain. Awalnya Arion sadar akan hal itu, lalu kemudian ia menepisnya demi membuat Miranda kembali mengingat dirinya yang berakhir sia-sia.

Mirandanya lebih memilih putra mahkota dan Duke Vontana dari pada dirinya yang sudah di takdirkan dan berjanji akan terus bersama. Bahkan soal Xavier pun, Miranda tau karena gadis cantik itu penyembah Dewi Selena. Setidaknya setiap dua kali dalam seminggu, Miranda selalu rajin ke kuil Selena yang ada di desa Zerge untuk menunaikan tugasnya sebagai umat sang Dewi.

Hanya saja hari itu, Miranda terlambat sampai kediaman Baron Skonet saat ia kembali dari desa Zerge.

Dimana Miranda ku?? kenapa aku tak sadar akan hal itu?? Ya Dewa..

Arion larut dalam pikirannya.

Sedangkan di tempat lain Cellina kembali di pusing kan dengan kehadiran putra mahkota yang tiba-tiba datang mengunjung bersama ayahnya. Mereka kini sedang berada di ruang tamu kediaman Trenox.

"Ayah, apa yang dilakukan manusia satu ini disini??" Bisik Cellina pada ayahnya yang tengah duduk di sampingnya itu.

"Entahlah ayah juga tak tahu. Tiba-tiba kaisar memerintahkan putra mahkota untuk mengikuti ayah. Padahal ayah sudah menolaknya tadi" Balas Heros ikut berbisik. Cellina mengangguk paham.

Brian menatap dua orang yang tengah sibuk dengan dunianya itu. Ada rasa tidak enak karena harus datang ke tempat ini, padahal tadi marquis sudah menolak kehadirannya dengan alasan 'saya sedang tidak membuka sedekah makan gratis dirumah saya' yang membuat Brian menelan ludahnya kasar. Dikira pemuda itu ingin numpang makan kali..

"Yang Mulia, sebenarnya tujuan anda datang kemari itu apa?? Bukan untuk numpang makan kan?? Setahu saya makanan di istana jauh lebih enak dari kediaman ayah saya. Jadi alasan anda datang kemari itu apa yang Mulia??" Tanya Cellina dengan wajahnya yang penuh dengan rasa penasaran. Jangan sampai alasan pemuda itu klasik seperti yang lain, penuh dengan modus. dikira perebut laki orang lagi nanti Cellina nya.

"S-Saya tidak tau lady, saya hanya menurut perintah dari ayah kaisar." Jujur pria itu. Cellina menghela nafasnya lega.

"Kalau begitu silahkan anda kembali ke istana Yang Mulia. Anda kan sudah tiba disini. Paman kaisar hanya menyuruh Anda datang bukan?" Brian mengangguk. "Kalau begitu anda sudah bisa kembali pulang.." usirnya, Brian mendengus kasar. Ia baru saja tiba. Masa langsung pulang sih..

Perjalanan antara istana dengan kediaman Trenox tuh cukup jauh, meski tak sejauh kediaman Vontana sih. Tapi tetap saja jauh..

Mana tidak di tawari minum lagi..

Like father, like daughter... pikir Brian.

Hanya Marquis Heros yang bisa berlaku biasa terhadap keluarga kekaisaran karena kedekatan antara keduanya. Maka kemungkinan putrinya Cellina mengikuti jejak ayahnya untuk berlaku biasa terhadap dirinya, mungkin??

Brian bangkit dari duduknya. Ia beranjak meninggalkan dua manusia yang berstatus ayah dan anak itu menuju luar mension. Namun langkahnya terhenti saat suara Cellina  kembali menginstruksi.

"Karena saya baik, cantik, bersahaja dan segala tetek-bengeknya. Saya urungkan niat saya untuk mengusir anda. Tinggallah sebentar untuk sekedar buang angin. Saya tau perjalanan antara istana kekaisaran dengan kediaman ini cukup jauh. Lagi pula saya sudah berunding dengan ayah saya untuk menampung anda sebentar. Mengeluarkan sedikit makanan untuk menjamu tamu tak diundang kan tak akan membuat ayah saya jatuh miskin. Jadi silahkan yang Mulia tinggallah sebentar.." ucap Cellina tanpa beban.

Otak Brian serasa membeku seketika. Tadi dia di usir secara terang-terangan, sekarang dia di suruh untuk tinggal sebentar dengan acara sedikit menghinanya. Apa dua manusia ini tak takut akan keluarga kaisar??

Oh, pria itu lupa... Ayah Cellina adalah pahlawan kekaisaran. Apa yang harus ia takutkan jika ayahnya lah yang mengambil banyak peran dalam perluasan wilayah kekaisaran ini.

Aku bisa gila, keluarga macam apa ini??

TBC.....

Vote and follow author ya, maaf kalau banyak yang typo tulisannya. Author hanya manusia biasa.

Jangan benci Arion. Benci Mikhael aja, gue ikhlas kok ..

Sekali lagi vote.... Vote... vote....

Follow akun ku hehehhehe

The Crazy Villain Lady (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang