ucapan maaf

491 89 12
                                    


"Permisii" ucap dita pelan.

"Masukk"

Dita lantas masuk ke dalam ruang kerja bosnya itu, meskipun sebenarnya ada rasa takut yg tersembunyi dalam raut wajahnya namun sebisa mungkin ia menutupi ketakutannya itu.

Belum saja dita mengajukan permohonan maaf kepada bossnya, tiba tiba bossnya sudah mendahuluinya.

"Oowhh kamu yang nabrak saya, kamu itu kurang kerjaan apa gimana" 

"Aahh..mianhe boss, saya benar benar minta maaf atas kejadian tadi, sungguh saya tidak sengaja" dita memohon dengan sungguh sungguh.

"apa kamu ga bisa berhenti dulu kemudian meminta maaf kepada saya" sarkas taeyong.

"Maaf situasinnya tidak mendukung pak, mata saya perih karena bumbu ramyeon  jdi harus saya bilas terlebih dahuluu, maaf sekali lagi pak maaf"

Dita mencoba menjelaskan alasannya yang pergi begitu saja, namun nampaknya bossnya tak mempercayai ucapannya itu, padahal yang dita katakan adalah seratus persen kebenaran atas kejadian tadi.

"Kamu pikir saya bakal percaya" taeyong mencipatakan smirk diwajahnya.

"Saya ga mau tau, gara gara kamu cincin saya hilang" ucap taeyong nampak kesal.

Dita berusaha meneguk salivanya secara perlahan, wajahnya samar samar memperlihatkan raut ketakutan.

"Saya akan mencarinya terlebih dahulu pak, nanti jikalau hilang akan saya ganti, saya janji pak beneran saya janji"

"Ya memang sudah seharusnya begituu dan saya maunya cincin itu harus sama persis dengan cincin saya yang hilang"

"Siap pak siap, akan saya lakukan yang penting jangan pecat saya dari kantor pak saya mohon"

"Baik, kamu boleh keluar sekarang, jangan lupa tepati janjimu"

"Iya pak" dita membungkukkan badannya dan melangkah keluar dari ruang kerja bossnya.

*****

"Udah dit" tanya lea.

"Udahh" jawab dita resahh.

"Terus disuruh apa eonni" tanya denise.

"Jdii beginiii...." dita menghela napasnya sebentar.

"Tadi pas  nabrak boss, ternyata cincinya jatuh dan hilang jdi aku harus nyari cincinnya, terus kalau misal ga ketemu gw harus gantiin itu cincin dan mesti sama persis" ucap dita frustasi.

"Sabarr yak eonni, semangatt nanti aku coba bantu cari dehh" jinnya mencoba menyemangati dita.

"Iya dit tenang, nanti aku bantu carii dehh kasian gw liat muka lu mau nangis" ejek lea.

"aaa..aa eonni" dita merengek.

Soodam baru saja dari kamar mandii, ia tak tau apa yang sedang dibicarakan oleh teman sekantornya itu.

"Ada apaaaa sihh" tanya soodam.

"Ada cicak didinding"

"Ihh beneran ada apa sihh"

"Itu dita eonni, ngilangin cincinnya boss" terang denise.

"Kok bisa sihh, gmana ceritannya"

"Ceritannya panjang, pokoknya nanti bantu cari ya damii" jelas dita.

"Siapp eonnnii"

********

"Heii...kaliann pada ngapain disini" tegur taeyong kepada beberapa karyawannya yg nampak sedang mencari sesuatu.

"eee...ee maaf pak ini mereka bantu saya nyari cincin bapak yang hilang" jawab dita
Sedikit takut.

"Hehee...mari pak" lea mencoba menyapa atasannya.

Taeyong menatap dita intens, memperhatikan setiap inci badannya, seperti menelisik lebih jauh kepribadian wanita itu.

"Kamu sepertinya suka bgt ya buat masalah, apalagi sama saya, saya ga mau tau pokoknya kalo cincin itu ga ketemu kamu harus menggantinya dengan cincin yang semirip mungkin" tegas taeyong kepada dita.

Sedangkan wanita itu hanya menunduk, merasa bersalah atas cincin yang hilang. Ya dita tau, meskipun yang dilakukannya adalah hal yang tidak disengaja namun apapun alasannya, ditalah yang tetap bersalah. Kata maaf bukanlah apa apa menurut bossnya, hal yang paling penting adalah sesegara mungkin menemukan cincin yang hilang itu.

Sang manager lebih dahulu pergi, tersisa dita dan beberapa rekan kerjanya. Menyusuri setiap sudut, namun masih saja tidak menemukan hasil. Pasrah memang dita, mau tidak mau ia harus mengganti cincin itu dengan cincin baru yang modelnya harus sama dengan cincin yang hilang. Akan tetapi, buruknya adalah ia bahkan tidak tahu bentuk serta model cincin yang tak sengaja hilang karenanya. Barang kali dita ingin menanyakannya kepada bossnya, tetapi ia pikir itu adalah hal yang fatal. Dari pada pusing memikirkan itu, ia lebih memilih mengajak rekannya untuk segera kembali pulang.

****

"aaaa...nunaaa nunaaaa" haechan menghampiri nunanya, sedikit memijit mijit pundak saudara wanitanya itu.

"Kauu ingin uang, jajan atau apa echan"

"eee..tidak tidak, aq hanya ingin kau menandatangai surat mangangku nuna" haechan memberikan selembar kertas kepada dita, tak lupa ia juga sudah menyiapkan bolpoin untuk menandatangani surat tersbut.

Pikir haechan dita akan dengan mudahnya memberikan tanda tangannya, nyatanya ia terlebih dahulu diintrogasi oleh kakak perempuan kesayangannya.

"Kamu kok udah ada magang chan, emang boleh?"

"Bolehh kok, emang sekolah yang nyuruh, skrng anak semester tua itu tiap semester ada magangnya tpi cuma 2 minggu aja"

"Okeii, okeii kamu udah nentuin tempat magangnya belom?"

"Udahh, echann mah ngikut temen2"

"Emang kamu mau magang dimana?"

"ee..engga tau, kan udah echan bilang ngikut temen temen"

Plakkk .......

"Aaawww..... kok digeplakk sihh nunaaa"

Echan mengambil bantal yang ada disampingnya, niatnya ingin membalas dendam kepada dita. Namun, dita terlrbih dahulu mengancam dirinya, al hasil echan kalah telak dari sang kakak.

"Ga bakal ditanda tangani sih ini, kalo berani nggeplakk"

"Lagian nuna kenapa sih nggeplak echan, sakit tauu mana kerasa bgt lgii..."

"Ya kamuuu itu kalau mau ngikut temen, tanyain duluu bukan asal ngikutt ajaaa" cerocos dita tak henti henti.

"Iyaa iyaa besok aku tanyain, tapi tanda tangani duluu yaaa..yaaa" haechan mengangkat alisnya sambil mengerucutkan bibirnya yang memang sudah lancip.

"Hmmm nihhh" dita menyerahkan surat yang telah ia tanda tangani, dari pada lama lama berdebat lagi dengan echan lebih baik secepatnya ia tanda tanganii, lagi pula pikiran agak kacau gara gara masalah dikantor tadi.









Halllooo gaisss, maaf updatenya lamaa stay tune ya, jgn lupa vote dan komen makasihhh🤗

My bossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang