17. dayzero

154 16 1
                                    


kelas dua belas ini aji beruntung banget bisa sekelas lagi sama jia, jadi lebih mudah buat tanyain soal sasha. yaa walaupun mereka sekomplek tapi tetap lebih enak kalau sekelas karena bisa setiap hari ketemu. lebih beruntung lagi karena aji dapat tempat duduk di belakang jia.

beruntung buat aji, bukan buat jia.

jia sebel banget karena di setiap kesempatan aji selalu tanyain soal sasha. sasha terus, sasha mulu. telinga jia sampai jadi sebel denger nama sasha, padahal sasha sepupu paling dekatnya.

"jia, sasha nanti mau daftar ptn mana?"

"ji, sasha beneran lagi sibuk?"

"ji...."

"jiaaaaa."

"jia, sasha---"

"BERISIIIIIKKKKK!"

jia menggerutu. bukan hanya jia yang keberisikan, tapi teman sebangkunya; deya, sampai nyaris memukul aji dengan buku paket fisika.

"lo bisa diem gak, ji? bahas sasha kalo berdua aja. deya sama kamil bisa keganggu."

"mil, lo keganggu?" tanya aji ke teman sebangkunya. kamil yang lagi pake headset nonton drakor noleh bentar. "engga. selama lo gak ganggu gue drakoran, aman ji."

"nah."

"tapi gue keganggu, monyeeeettt." deya jadi beneran nabok tangan aji pake paket fisika.

akhirnya aji diem sampe bel pulang berdering.

"aji," panggil jia setelah selesai pakai ranselnya.

aji yang baru saja kembali meminjam sapu di kelas sebelah segera mendekat. "apa jia?"

"lo bisa ketemu sasha malem minggu nanti." begitu jia mengatakan demikian, mata aji berbinar. senyumnya berubah sumringah, membayangkan kegiatan apa saja yang akan dia lakukan berdua bersama sasha.

dua tiket mini konser yang sejak tadi jia genggam, kini dia ulurkan ke aji. "ini, sasha pengen banget ke konser dayzero. dia ngajak gue, gue bilang gak bisa dan lo yang gantiin gue buat nemenin dia."

senyum aji perlahan memudar, matanya berubah kelam. "gue gak bisa."

"aji, sumpah yaaa---terus ngapain ngerecokin gue?" jia sebel banget. masalahnya dia udah bela-belain ngeluarin dua ratus ribu buat harga satu tiket konsernya. "gue gak suka band itu, ajiii," rengek gadis itu.

"gue juga gak suka," jawab aji.

"yaa lo bisa pura-pura nikmatin? katanya mau mepet sasha? gimana sih masa cuma karena gak suka bandnya lo jadi---"

"lo gak tau apa-apa."

jia berhenti nyerocos. nada aji sudah terdengar tidak bersahabat. "aji, maaf ..."

"sampein maaf ke sasha, ya, jia." aji sebenarnya merasa tidak enak, terlebih kepada jia yang mau dia repotkan. tapi aji gak kuat kalau harus lihat wajah basist band itu. aji juga muak sama wajah vokalisnya.

"aji, lo kenapa?"

mengabaikan jia yang bertanya, aji memilih untuk segera menyelesaikan piketnya agar bisa bergegas pulang ke rumah. di kelas hanya tersisa mereka berdua serta dua murid lainnya yang juga berada di jadwal piket hari ini---sisanya pada kabur piket, pura-pura lupa.

jia menghampiri aji dan menahan lengannya. "gue siap jadi temen cerita lo, ji. jangan mendem sendirian. lo juga butuh temen buat nyemangatin masalah lo."

"ayo ke kantin abis gue piket."

jia langsung bantuin aji beresin kelas biar bisa buru-buru ke kantin.










Mama Muda | gfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang