7/. BERTEMAN?

13.3K 1.6K 61
                                    

Happy Reading

Angkasa dan Jidan pagi ini akan berangkat ke sekolah. Mereke berdua sedang dalam perjalanan menuju sekolah Jidan. Seperti biasa Jidan akan menyanyikan lagu-lagu yang terlintas di pikirannya. "Tumpa se ahe, yumush kurae, tuminem emak Bang Haikal, kucek kucek motoe."

Angkasa yang mendengar nyanyian Jidan sontak langsung tertawa. "Kamu nyanyi lagu apaan sih, Ji?"

"Nggak tau, karena saya ngarang," jawab anak kecil itu dengan santai kemudian tertawa geli.

"Tapi 'kan nama ibunya Bang Haikal namanya bukan tuminem."

"Nggak tau Bang, saya 'kan cuman ngarang," ketus Jidan lucu lalu kembali tertawa membuat Angkasa geleng-geleng kepala sambil tertawa.

"Hobinya nyanyi kok cita-citanya jadi tentara tentara," sindir Angkasa.

"Loh Abang juga hobinya dengerin musik India tapi cita-citanya jadi kayak eyang BJ. Habibie mau buat pesawat."

Angkasa tertawa. "Itu bukan hobi, itu namanya mengisi waktu luang. Sambil bersihin rumah sambil dengerin musik juga."

"Jadi hobi Abang apa?"

"Nyari duit," sahut Angkasa lalu tertawa.

"Emang nyari duit itu hobi ya, Bang?" Tanya Jidan polos.

"Nggak tau, karena saya ngarang," ujar Angkasa balas dendam kemudian remaja laki-laki itu tertawa.

"Coba nanti kamu tanya sama Buk Guru ya!" Titah Angkasa dan Jidan mengangguk.

"Bang, nanti kalau Abang uda bikin pesawatnya, Jidan harus jadi penumpang pertamanya ya! Cuman kita berdua, Bang Haikal nggak boleh ikut," pinta Jidan.

"Nanti kalau Jidan udah jadi tentara Jidan gendong Bang Asa keliling kampung deh," timpal Jidan lalu anak itu tertawa terpingkal-pingkal karena ucapannya sendiri sambil membayangkan dirinya suatu saat akan menggendong Angkasa keliling kampung.

Angkasa merasa lucu karena mendengar suara tertawa Jidan jadi Angkasa ikut tertawa. "Siap kapten," sahut Angkasa sekenanya.

Sesampainya di sekolah Jidan turun dari motor lalu membuka helm dan memberikannya pada Angkasa.

"Nanti, Jidan pulang sama Buk Halimah ya! Abang nggak bisa jemput Jidan. Ada urusan sama Bang Haikal." Urusan yang Angkasa maksud adalah janji bermain basket sepulang sekolah bersama Haikal mengingat keduanya tidak bisa main basket karena Jeandra dan hanya bisa bermain di lapangan basket jika pelajaran olahraga saja atau saat pulang sekolah.

Jidan mengangguk lalu menatap lekat wajah Angkasa. "Itu pipi Bang Asa beneran nggak apa-apa?"

Angkasa memegang luka akibat pukulan dari Jeandra kemarin, Angkasa tersenyum. "Nggak apa-apa, udah diobati sama bidadari," ujarnya sambil merapikan seragam Jidan.

"Makanya kalau jalan itu pakai mata Bang, bisa-bisanya nabrak pintu, 'kan jadi bonyok mukanya, untung masih ganteng."

Ya, Angkasa berbohong terkait luka lebam yang ia dapat. Angkasa mengatakan pada Jidan bahwa luka itu ia dapat karena menabrak pintu dan untung saja Jidan yang masih polos itu percaya.

Angkasa tertawa. "Jalan itu pakai kaki bukan pakai mata."

"Yaudah, Abang berangkat ke sekolah dulu ya, takut telat," ujar Angkasa dan Jidan mengangguk.

Setelah Angkasa pergi, Jidan berlari kecil sambil bersenandung menuju kelasnya sehingga tas di punggungnya terombang-ambing. "Kau bidadari jatuh dari surga tepat di hati Bang Asa, EAAAAA."

Angkasa dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang