11/. ANGKASA VS JEANDRA

12.4K 1.7K 51
                                    

Hari demi hari telah berlalu sejak Angkasa mengantarkan Naura pulang dengan kondisi basah kuyup karena hujan-hujanan di jalan. Tiga hari telah berlalu sejak hari itu, dalam tiga hari Angkasa dan Naura menjadi semakin dekat. Di sekolah secara terang-terangan mereka memperlihatkan kedekatan mereka.

Mereka sering makan bersama di kantin- bersama Haikal, Widya dan Alika. Sering bersenda gurau bersama di lapangan, taman atau di depan kelas, tak jarang jika kelas Angkasa selesai lebih dulu Angkasa akan ke kelas Naura dan menunggu Naura keluar untuk pulang bersama.

Kini Angkasa sudah berada di kelasnya, sepertinya Haikal agak terlambat hari ini karena saat Angkasa memasuki ruang kelas Haikal tidak terlihat ada di sana.

Angkasa menyapa teman-teman; Hanif, Budy, Lanang dan Asep, berbincang-bincang sejenak sebelum Angkasa melangkah menuju mejanya. Namun baru saja Angkasa hendak duduk di kursinya, seseorang tiba-tiba datang mencengkram kerah seragamnya dengan sangat kuat, dan seseorang itu adalah-Jeandra Anggara Biantara.

Jeandra menarik Angkasa- membawa Angkasa secara paksa keluar kelas lalu mendorong Angkasa dengan tangan kanannya sekuat mungkin hingga punggung Angkasa menabrak dinding kelas. Angkasa memejamkan matanya sejenak merasakan sakit di bagian punggungnya.

Tatapan Jeandra pada Angkasa begitu tajam dan terkesan mengintimidasi, tampak sekali saat ini Jeandra sedang emosi. Sedangkan mimik wajah Angkasa begitu tenang, datar dan terkesan dingin bahkan tak terlihat gentar atau merasa terintimidasi sedikitpun.

Sejak tiga hari belakangan ini, kebersamaan Angkasa dan Naura mengganggu pikiran Jeandra, melihat Naura tertawa dengan laki-laki lain membuat Jeandra cemburu.

Tunggu, emang punya hak buat cemburu?

"Gue kasih peringatan sama lo, jauhi Naura!" Jeandra mengancam Angkasa.

Angkasa dengan santai menyeringai. "Emang lo siapa ngatur-ngatur gue?"

Kepalan tangan Jeandra semakin menguat, nampak sekali Jeandra mengerahkan seluruh kekuatannya di kepalan tangan kanannya, dan dalam satu kali pukulan yang Jeandra layangkan mendarat di pipi Angkasa menimbulkan bekas luka baru lagi di sudut bibir laki-laki itu.

Jeandra menarik Angkasa agar menatapnya, lalu mendekat ke sisi kiri telinga Angkasa dan berbisik. "Gue nggak suka liat lo deket - deket sama Naura! Jadi jauhi Naura!"

Angkasa menyeringai lalu berkata. "Kenapa?"

"Lo takut kalah saing sama gue yang anak yatim piatu dan miskin ini?" Tanya Angkasa pelan seperti berbisik.

Jeandra semakin naik darah mendengar penuturan Angkasa, Jeandra menyeringai. "Lo bener - bener gak kenal takut."

Berulangkali Jeandra melayangkan kepalan tangannya, sedang Angkasa hanya menghalau pukulan yang diterima dengan kedua tangannya, melindungi kepalanya dari pukulan yang membabi buta karena Jeandra benar-benar tidak memberi kesempatan untuk Angkasa bisa melawan, hingga satu tendangan penuh dari kaki kanan Jeandra dapat membuat Angkasa jatuh ke lantai.

Wajah Angkasa memerah menahan sakit akibat perlakuan Jeandra, pukulan dan tendangan Jeandra tidak main-main. Sebenarnya Angkasa hendak melawan namun teringat pesan Naura, bahwa sebisa mungkin Angkasa jangan sampai terlibat masalah dengan Jeandra.

Jeandra hendak menendang Angkasa lagi namun mengurungkan niatnya, laki-laki itu berdecak menyisir sekali rambutnya dengan tangan ke belakang, Jeandra berjongkok. "Gue baru tau kalau lo punya adek," bisiknya.

Banyak murid-murid di sana namun mereka hanya menonton, bahkan teman-teman sekelas Angkasa tidak ada yang berani memisahkan keduannya, mungkin karena Jeandra anak dari kepala sekolah.

Angkasa dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang