Sabtu pagi di taman Central Park, New York.
Pagi itu Jake membawa anjing kesayangannya Layla untuk jalan-jalan rutin. Suhu setempat cukup dingin karena baru memasuki musim gugur, salah satu musim yang sangat disukai Jake. Menurut temannya, Sunoo, musim gugur itu memberikan kesan magis, manis, dan romantis. Tentu saja Sunoo akan berkata begitu karena dia memang tipe old romantic.
Tapi diam-diam, Jake menyukai analogi Sunoo tentang musim gugur. Walaupun seumur hidupnya Jake tidak pernah merasakan sesuatu yang romantis, ia tetap menyukai penjelasan Sunoo.
Sejak itulah ia jadi lebih sering mengajak Layla jalan-jalan di sekitar Central Park dan berhenti di jembatan untuk melihat riak-riak air yang sekarang makin membeku dan dedaunan yang berubah warna.
"Layla, here." ujar Jake memberikan kudapan kesukaan Layla dengan tangannya. Anjing itu dengan sigap langsung meraih kudapan itu dengan lidahnya, Jake tersenyum melihat respon anjing yang selalu ia anggap sebagai princess-nya itu.
"Good girl," puji Jake dengan lembut, kemudian Layla langsung menempelkan kepalanya di sela-sela kaki Jake. "Capek yah? Duduk dulu yuk."
Jake menuntun Layla dengan tali pengaman yang ia pasang untuk menjaga Layla supaya tidak lepas kendali. Akhir-akhir anjing itu jadi lebih aktif daripada biasanya, Jake tidak bisa memprediksi kapan Layla sewaktu-waktu ingin berkelana sendiri, jadi terpaksa ia menggunakan tali untuk menjaganya.
Ketika Layla sudah duduk tenang, Jake melepaskan tali itu dan mengawasinya sejenak. Layla tampak tenang, ia justru fokus melihat daun-daun musim gugur yang berjatuhan dan mulai mengenai hidungnya, sehingga membuatnya menggonggong kecil.
"It's just leaves darling." kata Jake sambil mengambil satu daun kemerahan yang tidak mau lepas dari hidung Layla. "Lucu banget sih kamu, yauda deh...sana baring-baring."
Jake menggosokkan kedua tangannya dan meniupnya supaya tetap hangat, ia lupa membawa hot pad karena Layla semakin rewel tidak sabar ingin keluar dan teman satu apartemennya, Sunoo juga ikut-ikutan rewel karena tidak bisa menemukan coat favoritnya, mungkin sekarang Sunoo sudah pergi meninggalkan apartemen dan menemui Sunghoon, kekasihnya yang sudah dikencani selama 4 tahun terakhir.
Jake menatap daun-daun musim gugur yang masih terus berjatuhan, beberapa diantarnya mengenai sepatu boots hitamnya yang mengilap, Jake semakin merapatkan coat cokelat tuanya dan merapikan syal merahnya kemudian ia larut dalam lamunan.
Jake suka memikirkan hal-hal kecil. Di hidupnya yang menurut orang sangat membosankan, hanya berkutat dengan buku fisika dan astronomi, tapi Jake menemukan kebahagiaan disana. Menurutnya, hal-hal kecil bisa jadi sangat besar ketika kita menghargainya.
Sama seperti syal yang ia kenakan saat ini, sepatu yang ia rawat, dan Layla. Sejauh ini kebahagiaan kecil itu cukup untuknya. Tapi mau sampai kapan?
Dalam kesendiriannya diam-diam Jake berharap akan ada hal yang yang bisa menambah kebahagiaan kecilnya itu.
"Hattchi!!!"
"Hattchi!!"
Jake mendongak ke sumber suara. Seorang pemuda jangkung dengan coat hitam sedang menutup mulutnya dan bersin hingga dua kali. Untuk cuaca yang lumayan dingin, pemuda itu nekat juga berada di sini tanpa sarung tangan dan syal.
Jake kasihan melihat pemuda itu yang kini jalan tertatih-tatih hingga akhirnya berhasil duduk di bangku yang sama dengan Jake bersebelahan.
Layla yang sadar ada orang asing yang mendekati Jake malah menggonggong, "Hey, hey Layla. Behave!" tegas Jake yang berhasil membuat Layla diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Love
Fanfiction∙ HEEJAKE AREA ∙ Kumpulan one shot, two-three shot, dan cerita pendek lainnya untuk HEEJAKE. ∙ bxb ∙ dominant sfw, slightly nsfw ∙ mostly happy ending, tapi nggak selalu :> ∙ mungkin menyebutkan tentang ciuman, konsumsi alkohol, rokok/vape, terga...