notes :
– post break-up – song fiction – breaking down lyrics from a song by rebelsuns – headlights. (I recommend you to listen to it, it's really a good song!) – lyrics written in bold italic
*
Deadline, due date. Rasanya dua kata itu sudah overused di dalam benak Azka. Membaca salah satu dari kata itu membuat kepalanya pening, karena hanya itu yang dia baca setiap membuka email saat bekerja.
Azka, deadline campaign Teh Kotak udah? Azka, due date buat visual produk ini kapan bisa selesai? Azka.. Azka... Dear Azka, I hope this email finds you well......
"Ya ampun capek..." Azka kelepasan mengeluh, kemudian tangannya buru-buru diletakkan di depan mulutnya.
"Kak mending lu pulang deh." kata Sena, rekan kerjanya yang kini duduk di sampingnya.
"Bentar lagi Sen, nanggung."
Sena tidak mengindahkan alasan Azka hingga pemuda itu merampas laptop kecil milik Azka. "Kak lu udah lembur dua hari di kantor, tadi Mas Ali ngasih tau gue. Tenang aja, visual udah mau selesai, besok lu bisa cek. Sekarang lu pulang, istirahat."
Dibalik pekerjaannya di dunia digital yang terlihat seru, Azka sebenarnya berusaha mengalihkan perhatiannya dari malam-malam panjang yang sendu. Ia kuat menghadapi siang hari tapi lemah saat malam datang.
Jadi dia lebih memilih untuk menyibukan diri, karena tidak mungkin dia berharap ada kekuatan ajaib yang bisa membawanya langsung ke rumah, tanpa perlu naik Transjakarta dan melewati transit di halte yang panjang.
Iya dia benci harus melewati halte transit Bendungan Hilir, transit paling panjang di seluruh halte bus di Jakarta, dan Sena tahu betul soal itu.
"Kak?" Sena memecahkan lamunan Azka.
"Iya?"
"Pulang," suara Sena lebih dalam. "Lu bisa bantu kita semua dengan beristirahat, please?"
Sena kini memohon karena dia tahu betul keadaan hati Azka memang kacau. Dia hanya ingin rekan kerjanya jangan sampai menyakiti diri sendiri.
"Gue, nggak berani pulang. Gue takut nangis."
"Lu beneran mau hilangin jejak Hessa kan?" kini Sena jadi berani mengucapkan nama terlarang itu. "Minggu depan Transjakarta Halte 13 udah dibuka, artinya lu nggak perlu lewat halte transit Bendungan Hilir yang panjang itu. Lu tinggal transit di Tendean aja dan pindah ke arah Blok M langsung."
Azka menatap Sena lekat-lekat, tertarik dengan arah pembicaraan ini. "Serius?"
"Hmm. Malah Senin depan udah beroperasi jadi sebenarnya ini hari terakhir lu buat ngelewatin transit panjang penuh kenangan sesak itu."
"Gue, nggak harus lewat sana lagi? Beneran?"
"Beneran, kak." Sena meyakinkan Azka sambil tersenyum. "Udah saatnya lu harus mengakhiri penderitaan ini. Lu mau gue tegas? Hessa nggak akan balik. Sakit memang tapi lebih baik tahu di depan daripada belakangan kan?"
Setiap Sena menegaskan hal itu, hati Azka serasa dihantam, walaupun pelan tapi perihnya terasa. Anehnya, Azka menerima saja itu semua. Dia butuh disadarkan.
"Oke deh, gue... Gue pulang sekarang."
"Hati-hati, kak. Kabarin gue kalau udah sampai ya?"
"Lu jangan gantian lembur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Love
Fanfiction∙ HEEJAKE AREA ∙ Kumpulan one shot, two-three shot, dan cerita pendek lainnya untuk HEEJAKE. ∙ bxb ∙ dominant sfw, slightly nsfw ∙ mostly happy ending, tapi nggak selalu :> ∙ mungkin menyebutkan tentang ciuman, konsumsi alkohol, rokok/vape, terga...