The Comfort

1.9K 169 3
                                        

Membangun karier di bidang kreatif selepas lulus kuliah sudah jadi impian Jaeyun sejak lama. Pekerjaannya ini selain memberinya banyak peluang untuk bertemu banyak orang, dia juga bisa bertemu dengan sang kekasih, Lee Heeseung.

Tidak butuh waktu lama bagi keduanya untuk melakukan penjajakan. Setelah berkenalan kurang lebih tiga bulan, Heeseung memberanikan diri untuk mengajak Jaeyun berkencan tepat setelah event tahunan untuk kompetisi antar pro-gamer berhasil diselenggarakan oleh agensi tempat Jaeyun bekerja — yang mana event itu dimenangkan oleh Lee Heeseung yang sudah terjun ke dalam dunia E-Sports sejak lima tahun yang lalu.

Seorang Pro-Gamer (E-Sport Athlete) dan seorang Content Creator. Serupa tapi tak sama. Keduanya sama-sama punya karier yang membutuhkan dua sisi otak untuk bekerja. Kanan dan kiri, tapi dunia keduanya tidak saling bersinggungan. Meskipun begitu, Jaeyun dan Heeseung dapat saling melengkapi.

Heeseung akan membantu Jaeyun ketika otak pemuda itu sudah lelah untuk berpikir karena terbiasa melakukan multi-task. Heeseung akan mengajaknya untuk berhenti, mengambil napas yang dalam, melakukan meditasi atau hanya menyuruh Jaeyun memeluknya supaya dia bisa mencari kenyamanan sendiri.

"Jangan buru-buru, alon-alon asal kelakon*." Kata Heeseung. (*pelan-pelan asal dikerjakan)

Sama halnya dengan Heeseung, Jaeyun pun selalu punya cara untuk menghibur Heeseung yang (seringkali) cepat stress kalau strategi gaming-nya gagal saat diterapkan. Otak kreatif Jaeyun yang tidak pernah berhenti untuk menghibur Heeseung selalu berhasil membuat pemuda Pro-Gamer itu tersenyum.

Pun seperti malam ini. Ketika Jaeyun pulang dari kantor dengan tubuh yang sangat lelah karena harus pindah halte bus dan akhirnya berhasil sampai ke apartemen yang ditinggalinya berdua bersama Heeseung. Bila sudah lelah seperti ini, jiwa-jiwa manja Jaeyun akan datang dan yang dia inginkan hanya satu; membuat Heeseung menjauhi komputer malam ini saja.

Namun Jaeyun harus sabar karena ketika dia sampai ke unit apartemen, dia mendapati kekasihnya sedang sibuk di depan komputernya. Heeseung sedang melakukan turnamen dan tampaknya serius — karena saat Jaeyun menyapanya, Heeseung hanya mengangguk.

Jaeyun mengusap punggung Heeseung dengan lembut sambil berlalu. Ia mandi, lalu minum air hangat dan langsung ke kamar. Badannya kelewat lelah dan sudah tidak bisa diajak kompromi walaupun Jaeyun sebenarnya ingin langsung menarik Heeseung ke kamar, menemaninya tidur supanya dirinya merasa aman, tapi tidak bisa.

Maka Jaeyun pun tidur dengan mengenakan sweater milik Heeseung, aroma khas kekasihnya masih menguar kuat dari sana—manis dan hangat — yang suasananya akan mengingatkanmu pada segelas coklat panas yang biasa diminum sambil duduk di depan perapian.

Selama Jaeyun tidur, sang Pro-Gamer masih berkutat di depan layar komputer, dan sesekali berbicara dengan rekan tim-nya lewat headphone.

Satu, dua, tiga jam berlalu turnamen pun masih berlanjut. Malam kian larut, dan suasana apartemen hanya diisi suara dari game yang dimainkan Heeseung.

Jaeyun akhirnya terbangun karena gelisah. Sweater Heeseung tidak cukup membantunya tidur nyenyak. Pikirannya masih berkecamuk untuk mempersiapkan hari esok. Dia butuh ditenangkan — Dia butuh Heeseung.

Maka dengan mata yang masih berkunang-kunang, Jaeyun melangkah perlahan keluar dari kamar lalu menghampiri Heeseung. Tidak peduli kekasihnya itu sedang menyerang tim lawan atau mengatur strategi.

Hup!

Jaeyun langsung mendudukan dirinya di pangkuan Heeseung kemudian dua tangannya dilingkarkan di leher sang kekasih. Heeseung tidak melawan tapi dia terkejut karena Jaeyun tidak biasanya begini. Heeseung sedikit memundurkan kursi gaming-nya yang tinggi supaya Jaeyun tidak terlalu kesempitan. Selagi Jaeyun memposisikan dirinya dengan nyaman, tangan Heeseung masih berkutat dengan keyboard dan mouse di depannya.

Once Upon a LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang