9 - Perasaan tidak nyaman

609 48 0
                                    

HAPPY READING!!!



Sesuai yang telah dikatakannya kemarin, Stela pun memanggil pendeta untuk mendoakan seisi restoran. Stela juga turut mendoakan Tyrant dan Dave untuk meminta izin pada mereka untuk memakai restoran yang pernah menjadi saksi sejarah perjalanan keberhasilan Tyrant dan Dave

        Setelah semuanya beres, Stela pun mulai mencari pelayan dan chef baru untuk dipekerjakan di restoran baru tersebut. Dengan bantuan Vilia, ia mulai membuat daftar menu, setelah menemukan chef yang dapat diandalkan untuk setiap menu yang ia catat. Stela mengajarkan kepada chef baru resep-resep makanan buatannya yang akan menjadi menu di restoran tersebut.

        Stela memulai semuanya dan menamai restorannya "Blessed Restaurant" yang artinya restoran yang diberkati, semoga saja Tuhan memberkati langkahnya untuk memulai usahanya yang terbilang masih baru ini.

        Usaha restoran yang dijalankan oleh Stela berjalan dengan cukup baik. Belum ada kejadian aneh sampai saat ini yang terjadi di restorannya.

        Sebuah senyum bulan sabit muncul dibibir mungil Stela. Ah, usahanya kini ternyata tidak sia-sia dan malah membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Jika kita selalu berpikiran positif, maka rezeki akan selalu datang menghampiri kita meskipun kondisi sulit tak lepas jauh dari kehidupan yang kejam ini.

        Vilia juga merasa lega bahwa tidak terjadi apa-apa di restoran sahabatnya dan semoga saja perasaan buruknya terhadap restoran ini hanya tebakan salah saja.

        Malam pun tiba, dan para pegawai yang ada di restoran tersebut satu per satu mulai berkemas untuk pulang. Begitupun dengan Stela yang ditemani oleh sahabatnya --Vilia. Setelah semuanya pulang, tinggalah dua sahabat sejoli itu.

        Stela mengecek seluruhnya apakah lampu di seluruh sudut ruangan sudah mati dan segala yang ada direstoran itu keadaannya sudah baik sehingga meminimalisir pemicu terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Entah mengapa, Stela dan Vilia terkadang merasa ada sesuatu yang aneh di restoran ini, mereka seperti mendengar seseorang sedang mengasah pisau namun hanya terdengar suaranya saja. Stela dan Vilia bergidik ngeri dan segera menutup restoran cepat. Kembali pulang ke rumah dan tidur dengan tenang serta nyenyak.

***

        Orang-orang sudah melupakan tragedi yang terjadi di restoran tersebut setelah Stela mengubah motif wallpaper dan perabotan restoran dengan warna yang terkesan terang dan lucu serta enak dipandang. Tidak ada kesan horor atau misterius dalam restoran itu sekarang. 

        Walaupun begitu, terkadang Stela mulai merasakan perasaan aneh pada restorannya apalagi tentang apa yang didengarnya pada malam-malam yang lewat. Suara decitan bangku, pisau yang diasah, kran air yang tiba-tiba terbuka serta suara orang bersin sering terdengar ketika restoran hendak ditutup. Ditambah lagi ketika dia sedang berada di ruang kerjanya, dia merasakan kehadiran seseorang. Memang ruangan yang ditempatinya sekarang itu bekas ruang kerja Tyrant.

        Tapi sekarang dia mulai merasa tidak nyaman dan tidak aman berada di dalam ruangan tersebut. Seseorang seperti mengawasinya dan selalu saja lewat seperti bayangan. Dia tidak kuat kalau dia sedang seorang diri di dalam suatu ruangan yang dirasanya besar namun sepi.

        Keesokan harinya, Stela menceritakan hal-hal yang dialaminya tersebut kepada Vilia. "Sudah kubilang kan dari awal, bagaimanapun juga, restoran ini tetaplah lokasi pembunuhan." Vilia menghela napasnya keras, lalu melanjutkan cecarannya,"tapi kau malah keras kepala dan rasanya aku ingin membenturkan kepalamu saja supaya kau sadar dan seharusnya juga kau tidak mengalami semua kejadian buruk ini!"

        Stela menghembuskan napasnya. Ia sangat lelah. Kepalanya menunduk, tidak berani menatap ke manik Vilia yang marah sekaligus kecewa karena ucapan sahabatnya sedari awal tidak digubris sama sekali oleh Stela.

        "Memang itu benar adanya. Tetapi aku 'kan sudah meminta izin pada mereka, Vi." ucap Stela setelah lama mendiamkan Vilia.

        Vilia meredam emosinya. Dan berusaha melembutkan suaranya."Baiklah, mungkin mereka hanya ingin mengawasi jalannya restoran ini. Lanjutkanlah pekerjaanmu. Aku akan menemanimu bekerja. Tidak usah kau takut ya?" Hibur Vilia sembari mengelus lembut lengan sahabatnya itu. Stela punmenganggukkan kepalanya dan kembali melanjutkan pekerjaannya walaupun masih saja dia merasa aneh dan takut meskipun ia akan di temani bekerja oleh Vilia.

    

*edited : 18/01/17 II Rabu*

Cannibal Restaurant (SATU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang