HAPPY READING!!!!
Semuanya tidak terjadi apa-apa. Masalah akan sesuatu hal pun tidak. Stela yakin, seyakin-yakinnya bahwa hal buruk harus selalu jauh-jauh dari kehidupannya.
"Are you okay, Stela?" itu suara Vilia yang baru saja masuk ke ruangannya.
Kebiasaan seorang Vilia yang tidak mengetuk pintu dahulu untuk kesopanan. Dan malah seenaknya menyelonong masuk. Beruntung jika Vilia itu sahabatnya, jika orang lain, tentu Vilia akan ditegur karena tidak mempunyai kesopan-santunan dalam bersikap.
"Yeah, I'm okay, Vi." jawaban Stela berbanding terbalik dengan nada suaranya yang terdengar lesu.
"Oh ya?" Vilia mengangkat sebelah alisnya. "Aku tidak percaya kau baik-baik saja. Apakah ada hal aneh yang terjadi akhir-akhir ini?" tanya Vilia pelan, takut Stela berubah menjadi parno akan sesuatu yang tidak enak dirasaknnya beberapa pekan ini.
"Sejauh ini sih, tidak." Ucapnya tanpa memandang Vilia dan sibuk dengan berkas kurva penjualan di restorannya.
"Stela..." panggil Vilia. Stela pun mendongakkan kepalanya dan menoleh ke Vilia. "Ada apa?"
"Sepertinya aku merasakan ada hal yang janggal."
Stela mengerutkan dahinya, bingung akan perkataan vilia yang seperti itu. "Janggal? Setauku ini lebih baik daripada yang terjadi 2 bulan yang lalu, Vi. Tenanglah, itu mungkin hanya perasaanmu saja." Ucapnya menenangkan Vilia.
Vilia langsung diam. Ia mempersilakan Stela untuk bekerja kembali.
Sesungguhnya, Vilia ingin menceritakan suatu kejadian pada sahabatnya ini. Namun, Stela sedang sibuk dan tak ingin mendengar satu patah kata pun tentang restoran. Ia mengurungkan niatnya. Tapi firasat akan restoran ini masih janggal saja di dalam hati Vilia. Sudahlah, lebih baik Vilia diam dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
****
Sudah seminggu berlalu. Sejak Vilia mengutarakan perasaannya yang janggal kepada Stela, entah mengapa sering sekali terjadi kericuhan di restoran miliknya.
Semuanya terjadi begitu saja, dan hal itu membuat kepala stela serasa ingin meledak mengeluarkan laharnya. Belum lagi rasa takut mulai muncul, menyergapnya tanpa bisa dengan mudah untuk melepaskannya.
Lihat saja pada weekend seperti ini. Yang biasanya pelanggan berdatangan sangat banyak bahkan harus menambah kursi cadangan, malah semakin menurun. Alasan yang dikatakan pelanggan bahwa mereka dikecewakan dengan adanya potongan tubuh manusia dalam makanan mereka.
Stela pusing bukan main. Vilia yang sebagai sahabatnya saja hanya bisa diam dan tidak dapat berbuat apa-apa. Stela meringis pelan. Ia merutuki kebodohannya yang tidak mendengarkan perkataan Vilia tempo hari yang lalu.
Prang!
"Apa-apaan ini! Ternyata restoran ini benar-benar tidak berubah! DASAR RESTORAN KANIBALLL!" keluh salah satu pembeli yang melemparkan makanannya ke lantai. Pembeli yang lain ikut memperhatikan kejadian itu jadi berbisik-bisik mengenai pernyataan heboh tersebut.
Stela yang mendengar keributan itu pun segera berlari menghadap pelanggan yang membuat keributan.
"Excuse me, Sir. Apa yang terjadi sehingga anda membuat keributan di restoran ini?" tanya Stela dengan sopan.
"Begini... Kau lihat makanan ini! Ini potongan tubuh manusia. Apa-apaan kalian menghidangkan makanan seperti ini?" ujar pembeli itu marah dan menyodorkan makanan yang dilemparkannya tadi dengan kakinya. Stela memperhatikan makanan yang ditunjukkan oleh pembeli ini. Tidak ada yang aneh. Yang aneh mungkin pembeli ini, ujarnya dalam hati.
"Tapi tadi ketika aku mengawasi chef yang memasak daging ini, sama sekali aman dan tidak ada potongan tubuh manusia seperti sekarang ini!" Stela membela diri.
"Hah!!!! Aku sungguh dan sangat muak melihat restoran ini. Dasar kanibal, tetap sajalah selamanya menjadi kanibal!" Usai mengucapkan kalimat hinaannya, pembeli tersebut meninggalkan restoran tersebut dengan rasa marah. Para pembeli yang datang di restoran milik Stela juga satu per satu pergi hingga restoran kosong melompong.
Great! Hari ini, restoran mendadak jadi sepi akibat insiden tadi.
Stela benar-benar bingung. Ia selalu mengawasi setiap chef yang memasak. Semuanya normal, tak ada daging manusia. Tapi di meja tamu tetap saja ada potongan tubuh yang ditemukan. Huff masalah kembali muncul. Stela hanya tersenyum kecut akan kegagalannya membangun sebuah usaha yang tengah dirintisnya kini.
****
Malam ini, Stela memutuskan untuk menginap di restoran. Ia ingin menyelidiki penyebab hal-hal aneh yang sering terjadi.
Stela memutuskan untuk beristirahat sejenak di dalam ruang kerjanya. Nah, sepertinya ide yang bagus untuk merileksasikan otot-otot yang kaku akibat masalah yang terjadi.
Saking asik memejamkan matanya, ada suara ribut yang kedengarannya sumbernya berasal dari arah dapur. Stela dapat mendengarkannya karna ia sudah mengubah ruangan yang tadinya kedap suara menjadi normal. Ini juga demi menghindarkan sesuatu kejadian yang buruk yang kemungkinan saja akan terjadi pada dirinya.
Stela tidak mengajakVilia, sebab Vilia sudah terbang ke Aussie sejak pagi tadi –sebelum insiden teriakan protes dari seorang pelanggan. Dan jelas Stela tidak ingin menceritakannya kepada Vilia. Bisa-bisa ia dinasehati 40 hari 40 malam oleh sahabatnya itu.
Suara berisik itu kembali muncul. Stela beranjak dari tempat duduknya menuju dapur. Ketika ia sudah sampai di dapur, nihil, tidak ada apa-apa yang tertangkap oleh manik hitamnya. Tidak ada siapa-siapa disana.
Stela ingin kembali ke ruang kerjanya. Tiba-tiba saja ada sepasang tangan tak dikenal menarik rambut Stela, dan sepasang lain mengambil sebilah pisau yang tajam-baru diasah oleh chef pagi tadi.
"Tolong......" Stela menjerit ketakutan. Tubuhnya gemetar ketika ia melihat siapa yang menarik rambutnya dan mengambil pisau tajam itu.
Terdengar suara tawa yang sangat mengerikan di tengah ketakutan yang dialami oleh Stela.
"Hiks." isakan tangis keluar dari bibir mungil Stela. Ia sangat ketakutan melihat dua sosok yang sangat mengerikan. Sungguh tidak beruntung bagi Stela bertemu dengan dua orang yang tidak diinginkannya untuk bertemu.
"Hiks... maafkan aku yang telah mengganggu ketenangan kalian berdua. Tolong lepaskan aku.." isaknya, mengiba pada Tyrant dan Dave untuk melepaskan dirinya.
"Tolong... aku masih ingin hidup. Apapun yang kalian inginkan akan aku berikan."
Tyrant makin tertawa lebar. "Apapun?" Stela menganggukkan kepalanya. "Ya, Apapun."
"Baiklah...kalau begitu...." Dave dan Tyrant pun mengajukan syarat atau jaminan pada Stela agar bisa terbebas dari mereka.
"I-iya... Aku akan memasukkan daging manusia ke dalam menu di restoranku.." ucap Stela lirih lalu dengan cepat keluar dari restoran itu setelah dibebaskan.
Finish
Extra Part?? Kalo viewer, vote dan komennya sesuai dengan yg aku targetin, langsung update extra part dan spoiler untuk masuk ke Cannibal Series yang ke-2. Udah meluncur belum ke works aku yang lainnya? Tyrant dan Dave bakalan ada main-main disana, entah chapter ke berapa, tapi scene mereka hanya sedikit. Karena si Psikopat Stepfather dan anak-anak tirinya bakalan kebagian banyak scene dan pastinya akan lebih banyak chapternya dibanding Cannibal Restaurant ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cannibal Restaurant (SATU)
HorrorMana yg kau pilih: "Kekuasaan atau Persahabatan?" cover oleh @amighost © copyright 2015 Electric Blitz