Nana korobi, ya oki 💪

473 64 41
                                    

Ini sebenernya mau post akhir tahun lalu sih, tapi kelupaan sampe sekarang hahaha. Soalnya  lalu aku tutup dengan cukup banyak kegagalan. Temen-temen ada yang sama juga?

Apa yang temen-temen lakuin saat gagal? Gimana cara kalian mengeluarkan emosi negatif?

Aku?

Nangis berhari-hari. Literally berhari-hari bangun dengan mata bengkak. Sampe udah nggak peduli lagi sama pendapat orang kalo liat ini muka udah kayak susu bantal wkwkwkw.

Marah-marah, jelas. Bahkan sama Tuhan kayak sok-sokan ngambek gitu, sebersit ngide pindah agama aja apa ya kan Tuhan kayaknya nggak sayang lagi ㅡterus eling lagi kalo apa pun agamanya, Tuhan itu satu (dan sayang sama kita).

Males ngapa-ngapain, terutama berinteraksi sama orang lain. Kayak nggak ada energi sama sekali gitu loh.

Existential crisis (nggak tau untuk ke berapa juta kalinya), mulai mempertanyakan ngapain hidup kalo nggak ada gunanya di dunia ini. 

And et cetera. Ya kayak gimana lah orang patah hati, mixed negative feeling.


Kembali ke tahun lalu.

Tahun lalu aku udah fokus sama diri sendiri dan tujuan yang ingin diraih. Belum pernah sefokus ini seumur hidup. Memperbaiki diri di segala aspek mulai dari kepribadian, ibadah, manajemen waktu, manajemen stress, manajemen segalanya~ Susah banget loh jujur, apalagi untuk seseorang berjiwa liar yang nggak mau diatur kayak aku wkwkwk

Berkorban waktu dan uang nggak sedikit, berkorban ego juga, berkorban segalanya. Udah gitu akhirnya masih dapet hasil yang nggak diinginkan juga. Hm... ancur nggak tuh? Duh, buka mata aja rasanya males. Udah hidup nggak mau tapi mati juga takut. Orang mungkin mikirnya 'ah elah gitu doang'. Ya silakan, hak mereka. But dude y'all don't know the entire story. And IDGAF about your opinion. I'm currently broken enough to care.

Udah, udah, bagian nggak baiknya nggak usah kebanyakan diceritain haha

Bohong kalau harga diriku nggak terluka. Tapi waktu menulis ini, aku nggak merasa malu lagi. Ini justru akan jadi pengingat kalau kubaca lagi saat udah berhasil. Kok ya yakin banget? Ya harus dong, yang bisa jadi penguat paling pertama kan emang diri sendiri.

Orang lain juga ada sih yang kasih simpati, menguatkan, mendoakan kalau semua kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Cuma bisa senyam senyum pait aja sambil mengaminkan dalam hati. Padahal masih desperate lah, masih pengen berubah jadi bis tayo aja pokoknya daripada hidup tapi jiwanya kayak udah wasallam. Tapi masa orang ngedoain kitanya diem-diem bae kan nggak baik bestieh.

Emang ya, ternyata bener kalau keberanian untuk lanjut setelah jatuh atau gagal itu adalah sesuatu yang penting banget.

Cukup berani aja dulu gitu loh ㅡsoalnya kalau kita memutuskan buat terus berlarut dalam kubangan emosi negatif, nggak akan dapet apa-apa. Semua doa baik dan penghiburan dari orang-orang nggak tau tuh kapan terwujudnya kalau kitanya sendiri nggak mau move on. Berharap keajaiban boleh, tapi realistis aja. Di jaman yang penuh pekerja keras gini, banyak yang menjemput keajaiban mereka sendiri.

Pernah denger pepatah orang Jawa: "Wong pinter kalah karo wong bejo, tapi wong pinter mesti bejo."

Yang artinya kurang lebih "Orang pintar kalah dengan orang beruntung, tapi orang pintar pasti lebih beruntung."

Hm... masuk akal. Pernah di sini atau Dear Me By Me aku bilang kalau kita nggak harus menunggu keajaiban atau keberuntungan datang. Dua hal itu bisa kita ciptakan atau jemput lebih cepat dengan bekerja lebih keras.

Terus ya gengs, alau dipikir-pikir, kegagalan itu nggak seburuk itu loh. Walaupun pasti bikin terpukul, ada sisi lain yang bisa kita lihat. Betul; awal yang baru. Seperti benih, kalau jatuh ya tumbuh aja lagi. Mulai dari awal bukan suatu hal yang memalukan. Lebih malu-maluin menyerah gitu aja nggak sih? Inget, yang kita butuh itu istirahat bukannya berhenti selamanya.

Kita butuh berdamai sama diri sendiri, dan caranya beda tiap orang.

Sekedar sharing siapa tau bisa membantu, kalau bingung mau mulai dari mana setelah gagal, temen-temen bisa liat beberapa poin berikut sebagai reminder:

- Emosi negatif harus keluar dulu. Kayak diluapkan aja marah sama sedihnya secara wajar (nggak merugikan diri sendiri atau orang lain).

- Self care. Me time, meditasi, olahraga, menekuni hobi, ngobrol sama orang yang kita percaya, terserah mau yang mana yang menurut kamu paling ampuh.

- Ini agak nyeleneh sih wkwk, tapi bisa juga loh meyakinkan diri kalau kegagalan itu adalah sukses yang tertunda dengan cara liat biografi orang-orang sukses. Mereka juga pasti pernah gagal sebelum bisa meraih cita-cita, dan hal yang sama bisa berlaku ke semua orang.

- Kalau udah mulai tenang, bikin list apa yang bisa dipelajari dari kegagalan ini. Pasti ada lah~ Selalu ada hikmah dan pelajaran dari setiap kejadian.

- Waktunya move on! Tetapkan tujuan baru. Terjatuh seperti benih, lalu berani tumbuh. Berani memulai dari awal alih-alih membusuk di tanah.

Terlepas dari semua poin itu,  perlu diingat  kalau kemampuan manusia tetap beda-beda dalam menghadapi masalah yang menerpa hidupnya. Ada yang bisa move on dengan cepat, ada juga yang kesulitan membenahi diri sendiri. Nah, kalau misanya kamu merasa udah nggak sanggup lagi berjuang sendiri, berarti kamu butuh bantuan dari profesional.

Mencari bantuan buat kesehatan mental bukan suatu hal yang memalukan kok~ Nggak perlu takut atau malu. Privasi pasti terjamin dan mereka nggak akan menghakimi kita. Banyak yang mau mengulurkan bantuan asal kitanya juga mau menerima dan mencari.

Nana korobi, ya oki ㅡfall down seven times, stand up eight.

Ini udah Februari, apakah saya masih sedih? Oh jelas iya WKWKWKWK
Bukan sedih yang terus-terusan kok, sambil jalan aja cari alternatif baru. Masih males ngapa-ngapain tapi dilawan terus biar kenggakjelasan hidup ini nggak berkepanjangan. Cari titik terang lah walaupun lagi gelap banget. Slowly, carefully.

Yang paling penting sih harus dipaksain berpikir kalau ini bukan akhir (karena emang bukan), dan kamu nggak berjuang sendirian. Di luar sana ribuan orang juga patah. Ini emang udah jalannya jadi manusia yang tumbuh makin dewasa. Harus terus punya tujuan baru demi kelangsungan hidup yang nggak asal hidup doang.


Seperti quotes dari orang bijak China yang aku lupa namanya; 

"Kalau tidak membidik, kamu tidak akan mengenai apa-apa."

Edankeun, barudak.

Membidik ayam hutan bisa aja meleset ke sarang lebah, bisa juga lain kali melesetnya ke rusa. Suatu waktu lagi laper malah digembrong tawon, lain waktu cuma pengen ayam dapet daging rusa. We never know~

Mudah-mudahan tahun ini lebih baik segalanya. Nggak ditunda-tunda lagi hal baik yang udah didambakan. Jangan lupa nikmat Tuhan yang paling dihitung paling sering, bukannya kengenesan hidup ㅡapalagi jumlah retweet atau like di sosmed hehehe.



вraιnѕтorмTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang