02. Past

2.2K 398 32
                                    

Setelah kembalinya Jisoo dan Rosé ke Korea Selatan, Lisa lebih sering menghabiskan waktunya di kamar. Melakukan segala hal yang bisa ia lakukan, dari melukis, menulis, membaca, dan pastinya belajar.

Lisa adalah mahasiswa semester lima di salah satu kampus ternama dan idaman di Korea. Kampus yang setiap tahunnya hanya menerima ratusan dari ribuan yang mendaftar. Dengan hasil usaha dan kerja kerasnya, Lisa berhasil.

Ceklek~

"Lisa-ya." Gadis berponi itu menoleh dan teraenyum saat mendapati Jennie yang datang membawa sebuah amplop kecil dan sudah Lisa ketahui apa isinya.

"Hari ini ada kelas?" Tanya Jennie.

Lisa mengangguk. "Ada nanti siang. Setelahnya aku akan mengajar sampai malam."

Sebuah informasi, Lisa bekerja sebagai guru les private anak sekolah menengah dan juga menjadi mentor untuk anak baru di kampusnya. Maka dari itu jadwal Lisa sering kali padat walaupun tidak ada kelas kuliah.

"Unnie," akhirnya Lisa buka suara mendapati keterdiaman dan keraguan Jennie. Lisa tahu apa tujuan Jennie.

"Tolong, kali ini saja terima ini untuk uang sakumu." Ujarnya pelan. Jennie menyerahkan amplop kecil berisi uang ke arah Lisa, membuat gadis itu membuang napasnya lelah.

"Aku sudah bekerja, Unnie. Aku punya penghasilan sendiri yang bisa memenuhi kebutuhan pokokku. Lagi pula aku tidak memiliki banyak kebutuhan sekarang."

"Lisㅡ"

"Unnie, kalau aku butuh uang, aku akan bilang padamu. Tapi untuk sekarang aku belum perlu dan butuh."

Terpaksa Jennie mengangguk dan setuju. Adiknya itu memang keras kepala dan teguh dengan prinsipnya sendiri. Terkadang Jennie kesulitan menghadapi sikap adiknya itu.

"Memangnya, uang yang Appa berikan ke mana? Setiap bulan kan, Appa kasih uang bulanan."

"Tidak ke mana-mana uangnya. Aku simpan dan gunakan dengan sangat baik. Bukan untuk keperluanku, tapi untuk hal lain yang lebih baik."

Sejujurnya Jennie juga tidak tahu ke mana semua uang yang ayah mereka berikan setiap bulannya. Lisa harus bekerja keras dulu untuk membeli sesuatu, padahal uang yang mereka terima dari ayah mereka cukup besar.

"Ya sudah, bersiaplah. Kau bawa mobil kan hari ini?" Lisa mengangguk.

Setidaknya Jennie bersyukur Lisa tidak menolak fasilitas mobil yang diberikan ayah mereka. Karena aktifitas Lisa padat setiap harinya, jadi lebih baik bawa kendaraan sendiri.

"Unnie, terima kasih karena sudah menerimaku dan menyayangiku."

"Sudah kewajiban Unnie, Sayang."

****

Rosé baru saja memasuki area kampus. Mobil putih khasnya sudah terparkir sempurna di area depan gedung. Sejak terlihatnya mobil Rosé memasuki gerbang kampus, banyak mahasiswa keluar untuk memastikan apakah pemilik mobil itu sesuai dengan dugaan mereka atau tidak.

"Benar kataku! Dia Na Rosé, anak pertukaran pelajar dari Inggris tahun ini."

"Aku satu sekolah dengannya saat sekolah menengah dulu. Dia sangat pintar dan menjadi kebanggan sekolah. Sudah tidak terhitung berapa banyak mendali yang ia miliki."

Suara-suara itu masuk ke telinga Rosé. Sebuah senyuman tipis terulas diwajah cantik nan bersinar Rosé. Rosé memang cukup terkenal di Seoul dulu. Wajahnya sering muncul si televisi karena prestasinya yang membanggakan.

EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang