09. Approved

1.7K 268 35
                                    

"berapa banyak karyawan yang harus kita rekrut untuk gelombang pertama pembukaan lowongan kerja ini, Sajangnim?"

"mungkin sekitar tiga sampai lima orang per bagian. perhatikan kualifikasi dan kualitas pelamar sebelum kalian merekrut nanti. kita butuh karyawan yang berkualitas untuk perusahaan ini."

dengan sigap, Jennie menuliskan semua perkataan atasannya tadi di sebuah ipad yang ada digenggaman tangannya.

"baik. berarti kesimpulannya, kita akan membuka gelombang pelamar pertama untuk perekrutan karyawan baru minggu depan dan tim kita akan memasang iklannya di semua sosial media mulai besok. apa semuanya sudah sesuai rencana, Sajangnim?" tanya Hyoyeon memastikan. atasan mereka yang bermarga Park itu mengangguk, membenarkan.

"jalani semuanya sesuai rencana. saya percayakan semuanya pada kalian berdua. Jennie dan Hyoyeon, saya yakin kalian bisa membuat saya puas dengan hasil kerja kalian yang selalu bagus. baiklah, karena kalian akan sangat sibuk mulai besok, kalian boleh pulang cepat hari ini."

Jennie dan Hyoyeon tersenyum tipis dan membungkuk hormat sebelum mereka berdua keluar dari ruangan boss mereka.

"hari yang baik untuk bersenang-senang, bukan? ayo kita pergi minum sekaligus makan siang." ajak Hyoyeon semangat. pulang cepat? ini sungguh hal baru dan sangat membahagiakan dalam kamus kerjanya selain hari gajian!

"minum saat siang hari? jangan konyol. kau tidak boleh membuat masalah di siang hari, Jung Hyoyeon. lagipula aku tidak mau minum lagi, aku tidak boleh melewatkan sesuatu lagi tentang adikku." sahut Jennie santai. ia mendongakkan kepalanya dan matanya sedikit menyipit memandang langit yang begitu cerah siang ini.

"Jennie-ya," panggil Hyoyeon yang dibalas deheman oleh Jennie.

"apa hidupmu harus selalu tentang adikmu?"

Jennie sempat terdiam sebentar dengan dahi yang berkerut. pertanyaan Hyoyeon membuatnya bingung dan tidak paham dengan situasi saat ini.

"maksudnya?"

"ya, seperti yang kau lakukan selama ini. apa kau tidak merasa hidupmu jadi terbatasi dan tidak bebas karena kau harus selalu mengaitkan segalanya dengan urusan adikmu? mereka sudah cukup dewasa dan bisa mengurus kehidupan mereka sendiri, kan?"

mendengar tutur kata Hyoyeon, Jennie berdecih pelan. Jennie sama sekali tidak tersinggung atau marah, ia mengerti bagaimana pemikiran Hyoyeon karena ini bukan kali pertama ia menghadapi orang-orang dengan pemikiran seperti ini, sebelumnya sudah banyak.

"keluargaku tidak semudah yang kau pikirkan, Hyoyeon-ah. hubungan kami sangat rumit, terutama jika sudah menyangkut adik bungsuku, Lisa. kau tahu sendiri bagaimana situasinya. posisi Lisa selalu dirugikan dan hanya aku yang dia punya untuk bertumpu. ya walaupun sekarang sudah ada Chaeyoung yang membantu, tapi tetap saja, aku yang bertanggung jawab atasnya walau Lisa juga sering kali menolak." jelas Jennie. ia menghela napasnya pelan sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Jisoo Unnie masih keras dengan dirinya sendiri dan Lisa, begitu juga Appa. jika bukan aku dan Chaeyoung, ke mana lagi Lisa harus mencari seseorang untuk pulang jika rumah tidak bisa membuatnya nyaman? Hyoyeon-ah, maafkan aku karena selalu sulit menghabiskan waktu bersamamu karena aku lebih memprioritaskan adikku."

"dulu aku memiliki banyak teman saat kuliah ataupun saat awal masuk kerja, tapi pada akhirnya mereka pergi meninggalkanku karena mereka tidak bisa mengerti dan menerima keputusanku yang membuat adikku sebagai prioritas utamaku. aku tidak mempermasalahkan itu, aku menempatkan diriku sebagai nomor dua dan adikku yang terpenting."

Hyoyeon terenyuh mendengar penuturan Jennie. Hyoyeon sadar jika rasa sayang dan cinta Jennie pada adikknya memang luar biasa. akan sulit menemukan kakak seperti Jennie.

EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang