05. Trauma

2.5K 435 47
                                    

Melangkahkan kakinya nemasuki ruang kelasnya, Lisa menghela napasnya lega saat melihat kalau kelasnya masih belum ramai. Sejujurnya Lisa tidak terlalu suka suasana ramai, ia akan merasa gelisah. Lagipula sebelum kelas dimulai biasanya Lisa mencuri waktu untuk membaca buku materi pelajaran murid yang ia ajari setelah pulang nanti.

Brak!

Lisa yang sedang membolak-balikkan buku pelajaran tingkat menengah atas itu terkejut saat sebuah tas terlempar ke atas meja panjang yang ia duduki. Pandangan Lisa naik untuk melihat siapa pelakunya.

"Eunbi-ya, kau membuatku terkejut." Gadis berponi itu memilih tidak mengambil pusing kelakukan sahabatnya itu. Ia kembali fokus pada pekerjaan awalnya.

"A-aku belum terlambat, kan?" Dengan napas terengah, Eunbi mendudukan dirinya disebelah Lisa.

"Buka matamu dan lihatlah kelas ini masih kosong dan tidak ada dosen." Sahut Lisa acuh tanpa melihat Eunbi.

"Lagipula kenapa kau terburu-buru seperti ini? Biasa juga kau terlambat." Ucapan Lisa dijawab desisan tak suka dari Eunbi, walaupun memang itu fakta.

"Tentu saja aku tidak mau terlambat di kelas gabungan. Membayangkan aku masuk kelas dengan puluhan pasang mata kakak kelas mengarah padakh saja sudah membuatku merinding."

Kegiatan Lisa terhenti. Kelas gabungan? Kakak kelas? Kenapa ia tidak tahu tentang hal ini? Sampai sebelum Eunbi berucap tadi, Lisa tidak akan tahu tentang kelas gabungan ini.

"Sejak kapan jadwalnya diganti? Aku tidak tahu tentang kelas gabungan ini." Kini giliran Eunbi yang bingung.

"Semalam anak-anak sudah ribut di grup angkatan. Kau tidak membacanya? Hari ini kita kuliah umum, jadi akan digabung dengan kakak kelas. Kakakmu tidak memberitahunya? Rosé sunbaenim juga bergabung di kelas hari ini." Jelas Eunbi panjang lebar.

Lisa ini memang jarang sekali memegang ponselnya. Maka tidak heran ia sering ketinggalan berita apapun di luar sana. Dan itulah salah satu alasan kuat kenapa Jennie ikut memegang jadwal Lisa dan kegiatan adiknya itu.

"Benar kataku. Itu Rosé sunbaenim." Bisik Eunbi dengan tatapan mengarah pada Rosé yang baru saja memasuki kelas dengan Hyeri dan Suhyun di sisinya. Tatapan Lisa kini ikut mengarah ke ambang pintu kelasnya.

"Lisa! Annyeong~" Hyeri menyapa Lisa riang sembari melambaikan tangannya.

"Ya! Jangan mengganggunya." Suhyun memukul pelan lengan Hyeri dan menariknya untuk duduk di belakang kursi Lisa dan Eunbi.

"Aku hanya menyapanya! Ini namanya usaha. Usaha untuk memecahkan batu."

"Maksudmu adikku batu? Dasar!" Suara Rosé masuk dalam pendengarannya. Seulas senyuman tipis langsung menghiasi wajah Lisa yang jarang berekspresi selama ini.

"Kakakmu terlihat sangat bersinar walaupun hanya jalan masuk tadi." Bisik Eunbi yang kebetulan salah satu penggagum Rosé sejak dulu.

Lisa tersenyum tipis. "Kalau begitu sapalah dia. Selama ini kau selalu membanggakannya, kan? Sekarang dia ada di depan matamu."

"Nyaliku tidak sebesar itu, Na Lisa. Kalian terlihat terlalu besar dimataku, berteman denganmu saja sering membuatku terheran-heran."

"Berlebihan. Kalau bukan kau, aku tidak akan memiliki teman di kampus ini." Pada akhirnya mereka hanya bisa bersyukur karena memiliki satu sama lain sebagai sahabat.

"Kuliah umum hari ini akan ada guess star. Katanya seorang business women yang sukses diusia muda. Tidak ada yang tahu siapa dia, tapi aku sangat penasaran. Kau tidak penasaran?"

EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang