04. Fight

2K 409 21
                                    

Dalam tidurnya, Lisa memimpikan kalau dirinya bertemu dengan seorang wanita dengan senyuman yang begitu hangat dan manis. Sejujurnya Lisa sudah sering didatangi sosok perempuan ini dalam mimpinya.

Namun sayangnya, sampai detik ini Lisa tidak tahu bagaimana rupa wajah perempuan itu walaupun Lisa penasaran. Satu hal yang bisa disimpulkan adalah itu ibunya. Ibu yang tidak permah Lisa temui seumur hidup.

Bertepatan wanita itu menghilang dari mimipinya, Lisa perlahan membuka matanya dan terbangun. Seingatnya semalam ia tidur bersama Jennie, namun saat ini dihadapannya adalah kakak ketiganya, Rosé.

"Apa Unnie membangunkanmu?" Wajah Rosé berubah panik.

Dengan cepat Lisa menggeleng dan bangun dari posisinya. "Tidak, tidak. Ini memang sudah waktunya aku bangun."

Rosé memutar kepalanya dan melirik jam kecil yang ada di atas meja belajar Lisa. "Masih pukul 6 pagi, kau biasa bangun jam segini?"

Dari gelagat Lisa, Rosé bisa menyimpulkan kalau adiknya itu masih merasa canggung saat berada dekatnya. Nyatanya tembok pembatas itu masih membatasi hubungannya dengan Lisa. Tapi Rosé tidak akan memaksa, ia akan berusaha lebih keras untuk bisa mendapatkan hati adiknya itu.

"Aku ada kelas pagi ini." Tutur Lisa.

Rosé terkekeh. "Ini hari Sabtu, Na Lisa."

"Benarkah? Astaga aku lupa." Lisa mengusap wajahnya kasar. Kalau ingat hari ini libur, bukankah ia tidak perlu repot bergadang untuk menyelesaikan tugasnya?

"Unnie kenapa ada di sini pagi-pagi?"

"Wae? Tidak boleh, ya? Kalau begitu Unnie keluar sekarang." Rosé hendak keluar namun dengan segera Lisa menahan lengannya.

"Jangan. Tetap di sini." Cegat Lisa membuat senyuman Rosé perlahan terbit di bibirnya.

"Kau memimpikan sesuatu? Kau terus tersenyum sepanjang tidur." Tangan Rosé terulur untuk merapikan helai rambut Lisa yang berantakan.

"Unnie," panggil Lisa pelan.

"Iya?" Hari ini akan Rosé tandai menjadi hari yang membahagiakan karena Lisa terlebih dahulu memanggilnya.

"Bisa ceritakan tentang Eomma? Seperti wajah atau sikapnya. Aku hanya penasaran, tapi kalau belum siap juga tidak masalah."

"Kau memimpikan Eomma?" Lisa mengangguk membenarkan.

"Sepertinya iya. Aku tidak yakin karena wajahnya tidak terlihat."

"Eomma itu cantik, Lisa. Senyum dan tatapannya begitu hangat, jadi wajar kalau Appa begitu tergila-gila dengan Eomma. Terlebih sikapnya yang lembut dan jarang sekali marah, dia seorang penyayang dan ibu yang baik."

"T-tatapannya?"

Rosé mengangguk. "Iya, matanya. Itu sebabnya setiap menatap matamu, Unnie bisa merasakan kalau Eomma ada di dekat Unnie."

"Maaf." Cicit Lisa pelan.

"Untuk apa? Kau tidak salah. Sekarang Unnie minta agar Lisa selalu bahagia dan tumbuh menjadi anak yang baik. Eomma akan senang kalau Lisa berhasil di masa depan."

"Aku akan menjadi anak yang baik dan tidak akan memberontak. Aku akan belajar dengan baik dan menjadi orang sukses supaya bisa membuat keluarga ini bangga denganku."

****

Putri kedua Na itu tengah sibuk berkutat di dapur sejak pagi. Saat bangun tadi, tiba-tiba Rosé ada di kamar Lisa sembari duduk di kursi belajar adiknya itu dan memandangi Jennie dan Lisa yang asik tertidur. Jennie terkejut awalnya, namun pada akhirnya ia menyuruh Rosé untuk tidur di sebelah Lisa.

EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang