03. Lonely

1.9K 396 25
                                    

Seminggu lebih tiga hari lelaki itu habiskan seluruh waktunya di kantor miliknya, malam itu Na Yongkyu kembali ke rumahnya untuk beristirahat. Kaki panjangnya melangkah memasuki rumahnya dan pemandangan yang ia dapatkan adalah keempat anaknya tengah duduk sambil menonton acara televisi.

"Appa!" Pekik Rosé tak tertahan. Ia lamgsung bangkit dari duduknya dan berlari memeluk tubuh ayahnya itu.

Yongkyu yang tidak tahu anaknya sudah kembali tentu saja terkejut bukan main. Dengan kaku ia membalas pelukan anak ketiganya itu erat. Matanya mengedar melihat keberadaan Jisoo yang juga ada di sana. Saat ini hanya satu pertanyaan muncul di kepala Yongkyu.

"Sejak kapan kalian kembali?"

Jisoo berdiri dan menghampiri ayahnya. Gadis itu tersenyum manis lalu memeluk erat Yongkyu selama beberapa detik, berbeda dengan Rosé.

"Sudah lebih dari seminggu." Sahut Jisoo.

"Benarkah? Kenapa tidak memberi tahu Appa? Kenapa juga tidak mendatangi Appa di kantor?"

"Mereka sudah datang, tapi kau tidak ada jadi mereka pulang lagi." Kali ini Jennie yang bersuara. Walaupun menetap di Korea, Jennie dan Lisa juga jarang berjumpa dengan Yongkyu.

"Ah, mian. Appa belakangan sibuk di luar kantor jadi tidak bertemu kalian." Tangan besarnya naik untuk mengelus surai Jisoo, Jennie, dan Rosé bergantian.

Lisa terbatu dalam keterdiamannya. Presensinya yang tidak terlihat memang sudah biasa ia rasakan. Tapi kali ini rasanya campur aduk. Untuk kali pertama dalam beberapa tahun, Yongkyu tersenyum hangat lagi. Walau bukan untuk dirinya, tapi Lisa tetap mensyukuri itu.

"Lisa-ya, kemarilah. Kau tidak rindu dengan Appa?" Panggil Jennie yang seketika membuat Lisa panik.

Gadis itu tersenyum kikuk, "Aniya, i-ini acaranya sedang seru." lalu kembali melempar pandangannya pada acara televisi yang membuat Lisa mengantuk sejak tadi.

Atmosfer canggung menyelimuti keluarga itu. Yongkyu berdehem untuk mengambil atensi ketiga anaknya kembali. Ia benci situasi seperti ini.

"Appa lelah. Appa masuk ke kamar dulu ya. Selamat malam, Putri Appa." Sebelum pergi, Yongkyu mengecup dahi ketiga putrinya dan masuk ke kamarnya.

Tentu saja kegiatan itu tidak lepas dari pengelihatan ekor mata Lisa. Gadis itu menahan nyeri dalam hatinya dan berusaha menepis rasa iri yang tidak seharusnya singgah.

"Lisa... " Jennie mendekati adiknya itu. Mengerti tujuan Jennie, Lisa menyunggingkan senyuman paksa dan berdiri.

"Besok aku ada kelas pagi. Aku izin tidur duluan, Unnie. Selamat malam." Lisa berlalu dari sana melewati Jisoo yang berdiri di dekat tangga.

"Perusak suasana." Padahal hanya suara pelan, namun entah mengapa Lisa bisa mendengarnya dengan jelas. Haruskah Lisa manyalahkan pendengarannya yang tajam?

Langkah Lisa sempat terhenti sejenak. Ia melirik Jisoo sekilas, sepertinya Jisoo tidak tahu jika suaranya terdengar oleh Lisa, maka dari itu wajah Jisoo santai.

"Bukankah dia bohong soal kelas pagi? Hyeri mengajak Lisa untuk membeli barang keperluan organisasi besok pagi, itu artinya Lisa tidak ada kelas besok."

Sejujurnya Jennie sudah tahu Lisa berbohong. Jadwal kuliah Lisa, Jennie juga memilikinya. Adiknya itu hanya ingin lari dari situasi tidak enak ini.

"Kembalilah ke kamarmu, Chaeng-ah. Biar Unnie yang mengurus Lisa." Jennie memberikan kecupan dan pelukan pada Rosé sebelum dirinya ke kamar Lisa.

EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang