Rapuh 2 - 7

47 5 0
                                    

"Awal dari kebencian adalah dendam, dan awal dari dendam adalah kebencian," - Rapuh 2

7 - Sedikit Lagi

Adel dengan beberapa tangkai bunga di tangannya mendekati TPU yang beberapa hari ini tak pernah absen dari kunjungannya, entah itu hanya sekedar untuk menanyakan kabar atau ia yang datang untuk mengeluarkan keluh kesahnya.

Langkahnya terhenti begitu melihat seorang lelaki duduk tepat di samping rumah terakhir Sesi.

Adel mendekat, kemudian menyimpan bunga itu di samping nisan Sesi membuat seseorang yang sedari tadi melamun mendongak menatapnya.

"Adel?"

Satu kata itu akhirnya keluar. Di balas senyuman hangat Adel, lelaki yang bernama lengkap Alam Adhier Saputra itu bangkit memeluk erat Adel.

Kalian masih mengingatnya bukan? Alam, sahabat Sesilia Rose Hana.

"I miss u, i really miss you," ujar Alam seraya mencium puncuk kepala Adel.

"Same, but. Lo rindu gue atau kak Sesi nih?" kekeh Adel setelah melepaskan pelukannya.

Alam ikut terkekeh, "dengan cara ngomong lo seperti itu, lo benar-benar seperti Sesi, Del," ujar Alam memilih tak menjawab pertanyaan Adel yang menurutnya bukan pertanyaan.

"Ck. She's my twins, pasti kalau kita sama," Adel memutar bola matanya.

Kembali dengan posisi duduk, Alam menatap nisan Sesi. Begitu juga Adel, gadis itu mengelus nisan Sesi.

"Lo tau kak, hidup tak lebih baik setelah kak Sesi pergi," ujar Adel dengan senyum sendu.

"Yeah, me too. And, you know? Setelah Sesi ninggalin gue, bunda juga ikut ninggalin gue setahun setelah Sesi," Alam tersenyum.

Adel menatap mata Alam, walaupun lengkungan di bibir lelaki itu terlihat biasa saja, tapi matanya tak bisa menghapus rasa sedihnya.

"Bunda nutupin penyakitnya dan milih terus mengurus keluarganya dengan alasan tak banyak waktu untuk dia di dunia, dan itu terbukti."

"Lo pasti bosan dengar kata ini, tapi gue tetap bakal ucapin," Adel menarik napasnya dalam, "sabar dan semangat."

"Yeah i know, tidak semudah itu setelah semuanya tapi apa setelah semuanya ini waktu berhenti? Tidak, waktu terus berjalan bahkan semakin cepat tanpa peduli seseorang di sini ada yang terluka karena kehilangan, waktu tentu tak peduli karena yang peduli adalah diri kita sendiri," ujar Adel panjang lebar.

"Gue gak pantas ngucapin ini kak, karena gue sadar gue gak bisa menerima setelah apa yang terjadi."

Alam mengangguk pelan, tangannya terangkat mengelus rambut Adel, "thank you," ujar lelaki itu.

Menghembuskan nafas panjang kemudian Alam berdiri, "gue duluan, nikmati waktu berdua lo," ujar lelaki itu di balas anggukan Adel.

Belum jauh lelaki itu melangkah, sesuatu yang bergetar di sakunya membuat ia berhenti sejenak untuk menjawab panggilan itu.

Adel menoleh sejenak pada Alam lalu kembali menatap nisan sang kakak.

"Halo Nang, why?"

"..."

"Haikal?"

Sontak saja kepala Adel menoleh begitu mendengar Alam menyebut sebuah nama yang baru-baru ini ia kenal.

"..."

"Lo serius?"

Di lihatnya Alam yang berlari keluar dari tempat pemakaman umum ini.

RAPUH 2 || After You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang