Rapuh 2 - 20

25 0 0
                                    

"Sebagaimana bumi berputar mengelilingi matahari, manusia pun berputar mengelilingi garis takdirnya." — Rapuh 2

20 - Sakit yang menetap

Kata orang, "jika kau melihat semua keberhasilan seseorang, maka lihatlah apa yang hilang darinya". Itu benar, karena terbukti bahwa Adel sangat lancar dalam menggapai pendidikan yang ia inginkan sedangkan dia mati-matian karena kehilangan sebelumnya.

Kembali ke aktivitas semula seperti biasanya, Adel sebenarnya masih ragu tentang hal itu. Apakah dia akan di terima dengan riwayat sakit mental? Tapi sepertinya kata-kata Dokter Hanum menancap didalam pikirannya. Adel tahu dia berhak bangkit dan gapai apa yang ia inginkan.

Kurang sehari sampai satu bulan ospek Fakultas Kedokteran yang dilakukan oleh Maba FK 2026 dilaksanakan, benar-benar telah memberikan Adel banyak pelajaran. Contohnya saja tentang susahnya mendapat teman yang ngeklik dengan Adel.

Adel itu pecicilan, jadi dia butuh teman yang mungkin pecicilan juga biar bisa ngereog bareng.

Jauh dari tempat Adel berdiri ia menatap seorang gadis berambut panjang, dalam hatinya menyerukan kekesalan pada gadis itu yang menurutnya sangat sok tahu. Pertanyaan demi pertanyaan telah berlalu dan gadis itu masih juga menjawab sehingga semuanya sulit kebagian pertanyaan.

Pertanyaan keempat telah diberikan yang langsung disambar oleh gadis itu. Tidak mau kalah Adel pun ikut mengangkat tangan untuk memprotes kenapa hanya gadis itu yang selalu ditunjuk untuk menjawab, apa karena dia duduk di depan?

"Kak saya juga mau menjawab!" teriak Adel.

Belum ada tanggapan panitia didepan karena seseorang tiba-tiba menginfokan bahwa sekarang waktu mereka untuk istirahat.

"Ini waktunya, simpan saja jawaban kalian terus catat di buku masing-masing, nanti saya periksa."

Adel lagi-lagi mengeluarkan serapah di dalam hatinya, dia saat ini benar-benar kesal, kesal karena hanya gadis itu yang terus menjawab dan ketika ada kesempatan dia tidak tahu apa jawabannya serta kendala seperti saat ini.

"Gue gaakan mau punya temen seperti dia," tatapan Adel begitu tajam melayang pada gadis tersebut.

"Are u okey?" Seseorang datang tiba-tiba dihadapan Adel sembari menyodorkan kotak P3K.

Adel sangat ingat tadi pagi ia terjatuh saat hendak berlari kedalam kelas. Ia terlambat karena semalaman ikut menghadiri pesta kelulusan Haikal.

"Gapapa kak," ketus Adel karena senior itulah yang mengusirnya keluar tadi karena terlambat semenit. Alhasil Adel kena hukuman dan laporannya pun tidak sempat dikumpulkan.

Padahal pagi tadi Adel sudah menahan air mata dan perih dikakinya yang terluka karena tersandung batu, senior itu bahkan sudah melihat darah yang mengucur di sikut dan lutut Adel tetapi ia tetap juga di usir.

Lelaki itu menyimpan kotak P3K tersebut di tangan Adel secara paksa, "sorry tadi gue cuma menaati peraturan dosen," ujar lelaki itu lalu meninggal Adel.

"Adel," panggil seseorang dari samping, Adel kenal suara itu. Suara laki-laki yang tiba-tiba datang sebagai pemilik jantung kakaknya.

"Kenapa sih dia harus masuk FK juga?" Adel menggerutu ketika Galih mulai mendekatinya, padahal dia yang tidak tahu bahwa Galih memang berkuliah dijurusan yang ia inginkan dan di kampus yang sama pula, universitas Nerlangga.

RAPUH 2 || After You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang