chapter 1

250 28 13
                                    

••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sinar matahari yang menyapa lembut menembus jendela ruangan kecil yang berada di lantai enam tersebut seakan menjadi teman setia seorang wanita yang kini duduk di atas brankar nya selama lima bulan terakhir. Rambutnya diikat ke belakang, berwarna coklat ke pirangan dengan sedikit warna biru yang mengikuti di ujung rambut panjangnya.

Jam dinding menunjukkan pukul sembilan pagi. Yang artinya sarapan pagi akan segera diantarkan. Selepas sarapan pagi biasanya ia diberi waktu untuk keluar kamar. Berjalan-jalan keluar bertemu yang lainnya atau sekedar untuk mencari udara segar.

Wanita itu menghela nafas, melirik ke arah pakaian khas pasien rumah sakit yang telah menjadi pakaiannya sejak lama. Ia tidak menyangka bahwa dirinya akan berakhir disini. Api yang bersemayam di balik maniknya kini mulai padam. Sang wanita telah menggunakan segala cara untuk keluar dari sini namun hasilnya tetap sia-sia karena ia tidak memiliki cukup kekuatan.

"Sarapan tiba. Jangan lupa minum obatmu setelahnya Nona Mindeong. Maksudku- vitamin. Ini vitamin"

Benar. Selama menetap di tempat ini, dirinya selalu dicekoki obat. Ia sudah paham betul mana obat mana vitamin. Mindeong tidak pernah menelan obatnya semenjak hari kedua ia terkurung disini. Sang wanita tidak suka pengaruh obat yang diberikan. Itu hanya membuatnya terasa mengantuk dan lemah.

Mindeong selalu membuangnya ke dalam kloset. Namun ia pernah ketahuan sehingga ia akan membuangnya ke sembarang tempat bila tiba waktunya jalan-jalan keluar dari kamarnya. Begitu para perawat mebgetahuinya, seminggu kemudian ia selalu ditemani oleh perawat yang menaganinya hingga ia benar-benar menelan obatnya. Tapi tidak, ia tidak melakukannya karena wanita tersebut tidak kalah cerdik. Ia menyembunyikan obat tersebut di dalam mulutnya.

Setelah perawat barusan pergi meninggalkan ruangannya, ia segera berbalik. Hal yang pertama dilakukannya adalah mengambil sebuah pil yang diletakkan di samping mangkuk. Vitamin. Mindeong beruntung kali ini. Ia tidak perlu repot-repot membuang obat-obatan tersebut dengan hati-hati.

Sepuluh menit berselang, makanan yang tersaji telah habis. Pun dengan vitaminnya yang telah ia telan. Mindeong memang telah bosan menu makanan disini. Ia rindu menu makanan restoran yang biasanya ia kunjungi dengan sang ayah di hari Kamis. Maka dari itu ia selalu makan dengan waktu yang lama.

Sang wanita kemudian kembali lagi pada posisi semula. Duduk menghadap jendela di atas brankarnya. Menunggu waktu mencari udara segar untuk tiba. Mindeong rindu kehidupan lamanya. Ia rindu apartemen nya mesikupun tidak terlalu mewah. Dirinya tidak suka dikekang seperti ini. Andai saja jika waktu itu tidak pernah terjadi-

"Nona Mindeong? Kau dipersilakan untuk berjalan-jalan keluar selama satu jam. Kau sudah menghabiskan makananmu?"

Seorang perawat yang berbeda kembali membuka pintu kamarnya. Melihat posisi sang wanita yang tidak pernah berubah. "Nona Mindeong?"

rough talk • bbhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang