•
•Mindeong, wanita tersebut kini telah kembali pada kamarnya. Masih dengan kaus yang robek, juga jas putih milik sang dokter yang masih berada pada pundaknya. Ia terdiam di tempat. Tepat tiga langkah dari pintu yang baru menutup. Dirinya sendirian sekarang, karena dua orang perawat yang mengantarnya dari atap menuju kamarnya telah pergi.
Sementara dr. Byun, entah pergi kemana. Mindeong tidak begitu mempedulikan kehadiran dokter tersebut karena perasaannya campur aduk sekarang. Kalau tidak salah ia mendengar dr. Byun berniat untuk mengambil sesuatu sebelum menyusulnya ke kamar. Selalu saja ada yang menganggunya jika ia sedang bersenang-senang. Seakan takdir memberitahu bahwa dirinya tidak berhak bahagia.
Begitu telinganya mendengar suara pintu terbuka, tubuhnya reflek bergerak maju menjauhi pintu. Sepertinya kesadarannya telah kembali seratus persen. Namun Mindeong tersentak ke belakang, lagi, begitu ia merasakan seseorang mencekat pergelangan tangannya.
Ia hapal betul siapa yang datang ke kamarnya karena dr. Nakamoto tidak pernah tiba-tiba melakukan kontak fisik seperti ini. Tanpa berbicara sedikitpun, Mindeong menyentakkan tangannya. Berharap seseorang yang menggenggamnya segera melepaskannya. Sesuai perkiraannya, bukan kebebasan yang ia peroleh melainkan tarikan yang lebih kuat. Membuat dirinya kini saling berhadapan dengan sang dokter berambut putih tersebut.
dr. Byun menatap wajah Mindeong yang melihat ke bawah. Pandangan wanita tersebut tertuju ke bawah sedari tadi. Tidak kepadanya sekalipun ia berbicara. "Anything you need?" Tanya Mindeong ketus.
"Aku harus bicara denganmu" Jawab dr. Byun dengan tatapannya yang melembut. Namun ia dibuat kaget begitu maniknya bertemu manik tajam sang wanita yang tengah melihat ke arahnya. Manik yang selalu sama, memancarkan kekesalan, kebingungan, serta kesedihan tercampur menjadi satu.
"Then talk. Jika bisa jangan terlalu lama. I want to be alone."
"Alright." Sang dokter mengangguk pelan sembari menarik kursi kosong yang telah tersusun satu set dengan meja disebelahnya. Dirinya menunggu sang pasien untuk duduk di hadapannya. Mindeong menurut, karena ia tidak ingin berlama-lama melihat wajah sang dokter.
Terdapat satu map berukuran besar di atas meja. Seketika sang wanita berharap bahwa itu merupakan dokumen pengurusan dirinya keluar dari sini walaupun harapannya tersebut akan terpatahkan dalam waktu satu detik ke depan.
Benar saja. Itu merupakan berkas pasien miliknya. "Aku ingin mendengar bagaimana ceritamu-"
"You are just wasting my time, doctor." Jawabnya dengan penuh ketidaktertarikan. Mindeong beranjak dari kursinya, ia melepaskan jas putih sang dokter yang sedari tadi berada di pundaknya untuk diletakkannya di atas meja. "Aku ingin mandi. Tolong keluar. Terimakasih"
Melihat Mindeong yang bangkit dari kursinya, Baekhyun menghela napas perlahan. Ia memejamkan kedua matanya sebelum mengusap wajahnya kasar. "Min"
Langkah sang wanita terhenti seketika begitu dr. Byun memanggilnya dengan nada yang serius. Ia mendengar suara derap langkah sang dokter yang mendekat hingga pria tersebut benar-benar ada di hadapannya. "Aku ingin tahu— apa alasanmu mmelakukannya hingga kau berakhir disini"
Wanita berambut panjang tersebut membuka mulutnya, siap untuk bicara dengan intonasi yang tinggi namun Baekhyun dengan cepat mengangkat tangannya. "I need to hear it from you.. Karena aku sudah mendengar versi orang lain"
"And what would happen after I tell you my version? Kau akan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak serius karena kalian menganggap aku gila" Perkataannya penuh penekanan kali ini. Entah mengapa air matanya mulai menumpuk di ujung kelopak matanya. Tanpa basa-basi, Mindeong berjalan melewati sang dokter.
"Tidak Min- I'm trying to help-"
"Doctor.. Please. I'm tired. Is it too much to ask if I want to be alone?"
"Maaf— Tapi—" dr. Byun masih terus berusaha karena ia penasaran setelah apa yang diceritakan oleh dr. Nakamoto tentang salah satu pasiennya yang bernama Ahn Min-deong. Karena jika boleh jujur, Baekhyun sedikit percaya bahwa sebenarnya wanita ini tidak gila jika dilihat dari caranya berbicara dan bertingkah laku.
"Aku terpaksa melakukannya karena dia adalah orang yang sangat aku benci dalam hidupku demi apapun. Kau puas?!" Langkah sang wanita terhenti seketika. Ia mematung memunggungi dokter tersebut sembari mengusap air matanya kasar.
"Why— Is there any reason of why— you choose to stab him with a scissor?" Jawab sang dokter dengan nada yang melembut. Dirinya melangkah maju, mendekati Mindeong yang masih mematung membelakanginya.
"He's a sick in the head. Dia adalah— dia—" Baekhyun meletakkan telapak tangannya pada kedua bahu sang wanita. Memutar tubuhnya sebelum membawanya pada pelukan dengan perlahan.
"Tidak perlu diteruskan. Let's talk about it another time" Sang dokter mengusap punggungnya perlahan. Sementara Mindeong, ia tidak dapat menahan isak tangisnya. Tangisnya pecah dan terasa begitu pilu walaupun tangisnya tersebut hanyalah sebatas isakan kecil.
"Aku telah memberitahu semuanya kepada— dr. Nakamoto. I thought I could trust him but—" Cengkeraman jemarinya terasa semakin erat pada kemeja putih pria yang kini mendekapnya lembut. "Ia menganggap bahwa aku adalah benar-benar gila. Kupikir dirinya akan membantuku untuk keluar— tapi—"
"Alright enough" Baekhyun melepaskan pelukannya sebelum meraih wajah sang wanita untuk mendongak. Pipinya basah karena air mata. "Mulai sekarang kau dapat menceritakan semuanya kepadaku. Only if you want. Aku tidak memaksa" Ucap sang dokter meyakinkan.
"dr. Nakamoto tidak ingin mengambil resiko untuk dirinya sendiri seperti membantu pasiennya untuk kabur" Satu menit berlalu, dokter muda tersebut akhirnya melepaskan wajah Mindeong setelah ia mengusap pelan pipinya yang basah.
"Don't you know he's expecting their first child?"
Mendengar perkataan pria di hadapannya, manik Mindeong melebar seketika. "I'm sorry— what?"
Reaksi wajah Mindeong yang kaget bukan main membuat dr. Byun tertawa lepas disaat yang bersamaan. "Dia sudah beristri, Ahn Min-deong"
"Oh my God— Jika istrinya tahu bahwa aku bukanlah wanita gila mungkin dr. Nakamoto sudah digugat cerai karena kami sering satu ranjang—"
"You sleep with him frequently?!" Kali ini dokter muda berkebangsaan Korea tersebut yang dibuat kaget.
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
rough talk • bbh
FanfictionIni cerita tentang seorang wanita yang dikekang di dalam sebuah tempat dimana orang-orang 'menitipkan' entah itu kerabatnya, bahkan orang tersayangnya dengan harapan mereka akan lebih baik lagi jika memang mereka ditakdirkan keluar dari sana. Namun...