chapter 13

95 21 20
                                    

••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara langkah kaki yang sedikit tergesa-gesa menggema memenuhi lobby rumah sakit di pagi hari begitu sol sepatu milik sang dokter beradu dengan lantai disetiap langkahnya. Ia berjalan sembari menggunakan jas putihnya yang sedikit kusut. Begitupun rambutnya yang masih setengah basah karena ia tidak sempat mengeringkan rambutnya.

Baekhyun tidak tahu bahwa Mindeong mengalami sedikit kecelakaan. Dirinya sengaja untuk izin pulang lebih awal kemarin sore karena acara reuni dengan teman-teman semasa SMAnya. Jika tidak diberitahu oleh Yuta, Baekhyun pun mungkin akan masih tertidur pulas di atas ranjangnya akibat apa yang dilakukannya semalam.

Di sisi lain, ia juga tidak menyangka bahwa teman berkebangsaan Jepang nya tersebut memilih untuk lembur hingga pagi hari padahal istrinya sedang mengandung. Tidak mungkin kan jika dr. Nakamoto membalas perasaan Mindeong yang pernah menyukainya disaat ada seseorang yang lebih dahulu mencintainya dengan tulus?

"dr. Byun? You're early"

"Oh yeah— aku harus menjenguk Mindeong. Kudengar pasien lain memukulnya dengan mangkuk nasi?" Sang dokter sedikit meringis begitu ia membayangkan kepalanya dipukul oleh mangkuk nasi porselen yang kebetulan seorang perawat yang bertemu dengannya di lorong sedang membawa trolley dorong yang penuh dengan menu sarapan.

"Apa kau sudah mengantarkan ke ruangan Mindeong?" Ujarnya sembari bertanya.

"Belum—"

"Kalau begitu biar aku saja yang membawanya" Belum sempat perawat wanita tersebut menyelesaikan kalimatnya, dr. Byun telah mengambil satu menu dan segera berjalan kembali menuju kamar Mindeong yang terdapat di ujung lorong. Kebetulan ia bertemu sang perawat di lantai dimana Mindeong berada. Jadi dr. Byun tidak perlu repot-repot membawa makanan dari bawah.

Dengan perlahan, Baekhyun membuka pintu yang masih terkunci. Gorden yang menutupi jendela masih tertutup, lampu kecil yang terletak di ujung meja masih menyala. Begitupun tubuh wanita tersebut yang masih berbalutkan selimut menghadap ke arah jendela. Sang pria menyangka mungkin Mindeong baru saja melewati hari yang berat.

Tanpa pikir panjang, dokter berkebangsaan Korea tersebut meletakkan nampannya di atas meja. Tidak berniat untuk membangunkan nya sama sekali namun ia dibuat kaget begitu maniknya menangkap Mindeong yang tengah duduk di atas ranjang sambil melihat ke arahnya begitu ia berbalik.

Dahinya mengkerut, juga sorot maniknya yang tidak ramah ia tunjukkan. Rambutnya yang sedikit berantakan, kerah bajunya yang menurun hingga plester berwarna putih di ujung dahinya. Satu detik bertukar tatap, tatapan Mindeong melembut karena ia tersadar bahwa pria tersebut bukanlah orang yang menjebloskannya kesini. Melainkan dokternya sendiri.

Tidak biasanya sang dokter terlihat seperti itu. Rambutnya yang masih setengah basah menutupi hampir seluruh dahinya, mengingatkan Mindeong pada anjingnya sendiri yang kebetulan berjenis golden retriever.

Kehadirannya yang muncul secara tiba-tiba memaksa dirinya untuk memutar kembali mimpinya semalam. Bukan darah, bukan pula gunting yang diingat melainkan adegan di depan figura besar yang berhasil membuat Mindeong tersipu malu dibuatnya. Ia masih bisa merasakan bagaimana rasanya saat bibirnya bersentuhan dengan milik sang dokter dalam mimpinya.

Tanpa sepatah kata apapun, Mindeong melompat turun dari ranjangnya untuk kemudian berlari masuk menuju kamar mandi tidak lupa mengunci pintu. Sang wanita bersandar di balik pintu sembari menyentuh bibirnya perlahan menggunakan jemarinya.

"Yang benar saja" Begitu tersadar apa yang dilakukannya, Mindeong segera berteriak dari dalam untuk sekedar alibi padahal dirinya belum ingin bertemu dengan dr. Byun apalagi dirinya baru saja bangun dari tidur.

"Aku akan menyikat gigi terlebih dahulu—"

"Aku akan menunggumu" Sahutnya dari luar. Membuat Mindeong memutar kedua bola matanya dengan spontan.

Selama kurang lebih dua puluh menit wanita yang rambutnya telah diikat rendah ke belakang tersebut menghabiskan waktunya di kamar mandi padahal ia tidak membersihkan dirinya. Hanya buang air kecil, menyikat gigi dan mencuci muka. Ia berharap bahwa dirinya mendengar suara pintu yang tertutup namun ia tak kunjung mendengarnya.

Mindeong menghela napas sebelum membuka kenop pintu dan melangkah keluar. Sang dokter kini telah duduk di depan meja kecil tempat ia meletakkan sarapan. Maniknya tertuju kepada ponselnya sedari tadi. Tak ingin menganggu, Mindeong segera duduk di hadapannya tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya karena pria di hadapannya sedang sibuk mengetik pesan di ponselnya yang entah ditujukan kepada siapa.

Wanita tersebut kemudian meraih sumpit lengkap dengan lauknya, siap untuk melahap sembari sedikit menunduk namun dahinya tiba-tiba tertahan jemari sang dokter. "Wait a second let me see your wound"

Tak punya pilihan, Mindeong menurut saja. Ia meletakkan kembali sumpitnya sebelum mendongak. Maniknya kembali bertemu dengan manik sang dokter yang hangat. "Hmm.. Baiklah. Aku akan menggantinya nanti"

Hanya mengangguk kecil, itulah reaksi timbal balik yang Baekhyun terima dari lawan bicaranya. Sang wanita segera mengambil kembali sumpit yang tadi ia simpan. Namun sebuah luka memar yang terdapat pada lehernya membuat dr. Byun kembali menghentikan aktivitas sarapannya yang belum juga mulai.

Ia memerintahkan Mindeong untuk mendongak kembali. Dengan perlahan, sang dokter menyentuh lehernya yang memar menggunakan jemarinya. Mengusap kulitnya yang kini berubah warna menjadi merah keunguan. Sementara Mindeong, hatinya malah berdebar cukup kencang karena manik sang dokter yang sedang memperhatikan luka memar di lehernya secara intens. Ia takut bahwa dr. Byun dapat mengetahui hatinya yang sedang berdebar.

"What happened to you?" Lima detik menahan napasnya, akhirnya Mindeong dapat kembali bernapas lega karena dr. Byun telah menarik lengannya.

"Pasienmu mencekikku setelah ini" Jawab Mindeong sembari menunjuk ke arah dahinya yang di plester.

Mendengar jawaban pasiennya, dr. Byun menaikkan satu alisnya tidak percaya. "Secara tiba-tiba?"

Mindeong yang sedang melanjutkan aktivitasnya sarapannya menghentikannya kembali. "Of course? Jika kau lupa ini adalah rumah sakit jiwa" Ujarnya sembari menunjuk pria tersebut dengan kedua sumpitnya.

"Alasannya?"

"Ia berkata jika aku adalah jal— nevermind. Thankyou for checking on me. Aku akan menghabiskannya terlebih dahu—"

"Jalang? Jangan katakan bahwa ia bilang kau adalah jalang milikku?" Jelasnya sembari tertawa terbahak-bahak secara tiba-tiba. Membuat wajah Mindeong yang pucat berubah menjadi merah padam karena malu.


••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
rough talk • bbhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang