chapter 18

54 15 0
                                    

••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara derap langkah kaki terdengar seiring dengan sang dokter yang kali ini berjalan menuju taman indoor di lantai pertama. Bukan tanpa tujuan ia datang kesini. Melainkan untuk bertemu pasien wanitanya. dr. Byun telah mengunjungi kamarnya dan tidak menemukan siapa-siapa. Kemudian ia diberitahu bahwa wanita yang ia cari sedang berada di taman.

Kegilaan Mindeong berada di level yang aman menurut rumah sakit. Maka dari itu terkadang ia diperbolehkan keluar dari kamar sendirian. Dari kejauhan, manik dr. Byun telah melihat kehadirannya. Rambutnya diikat rendah ke belakang seperti biasa, serta pandangan kosong terpancar dari manik wanita tersebut yang kini sedang duduk di kursi taman sembari menikmati hangatnya sinar matahari pagi. Kepalanya sudah tak lagi berbalut perban berwarna putih. Lukanya sudah sembuh.

"Enjoying yourself?" Sebuah suara yang familiar seakan mengganggunya dan membuyarkan lamunannya yang telah bertahan selama sepuluh menit.

Mindeong menoleh, menemukan seseorang yang belum mau ia temui tengah duduk dalam bangku yang sama dan melihat ke arahnya dengan pandangan yang lembut. Mindeong yang kaget sontak berdiri, sudah bersiap untuk berlari dan melangkahkan kakinya ke depan sebelum tubuhnya kembali tertarik ke belakang akibat tarikan dari pergelangan tangannya.

"Ada apa? Talk to me" Tak punya pilihan lain, Mindeong kembali duduk di bangku semula. Ia memandang ke arah sang dokter yang kini tengah menatapnya juga. dr. Byun hanya menggunakan setelan dokter ber-jas putih tetapi Mindeong tidak bisa bohong bahwa ia sangat attractive.

"Things has never run smoothly ever since I met you, doctor" Memandangnya lebih lama, membuat sang wanita menjadi teringat mimpi-mimpi anehnya bersama sang dokter yang padahal sama sekali tidak nyata, tapi berbekas.

"Kenapa?" Pria bersetelan jas putih di sebelahnya tersebut bertanya. Ia selalu berbicara dengan pelan, tenang sekali.

"I don't know.. Its complicated. Aku tidak bisa mengatakannya" Mindeong mengangkat kedua bahunya sembari melirik ke arah lain.

"Did I treat you wrong?" Sebentar. Mindeong baru sadar jika percakapan kedua nya terasa seperti percakapan serius yang biasa dilakukan oleh sepasang kekasih. Ada apa ini? Ia tidak salah dengar kan?

"Can you stop being like this?" Menghiraukan wajahnya yang mulai memerah, wanita tersebut kembali menoleh. Manik keduanya bertemu. Entah apa maksud yang ingin disampaikan oleh sang dokter lewat tatapannya.

"Like what?"

"This!" Mindeong akhirnya membentak saat pria di hadapannya pura-pura tidak tahu. Ia hanya memperburuk situasi dan aliran darah yang dipompa menuju jantungnya saja dengan salah satu tangannya yang berada di atas tangan sang wanita.

"I already said it multiple times that I'm not crazy. Stop treating me like one.. I have a heart too. I am a woman." Ia menarik tangannya sendiri dari kekungan tangan hangat dr. Byun sebelum membuang pandangannya ke arah depan.

Sementara dr. Byun, ia bangkit dari kursi. Meregangkan tubuhnya dan kembali bicara. "Baiklah. I'll treat you like a woman. Kau belum sarapan kan? Ayo sarapan di luar bersamaku"

Belum sempat Mindeong menjawab, dr. Byun telah berjalan meninggalkan nya sendirian. Ia tidak salah dengar kan? dr. Byun mengajaknya sarapan di luar? Pikirannya sedang memproses. Apakah dr. Byun benar-benar mengajaknya makan di luar rumah sakit... Atau di mana?

"Hey are you coming or not?" Itu suara dr. Byun lagi. Ia memanggilnya dari kejauhan.

Dengan sedikit keraguan, Mindeong bangkit untuk berjalan menuju sang dokter yang kini telah kembali berjalan menuju rute keluar. Walaupun sebenarnya ia tidak mau berdua lebih lama dengannya, tapi ini merupakan kesempatannya untuk keluar! Tepat di lorong lobby terakhir, sang dokter berhenti karena terdapat resepsionis di sana. Ia berbalik, mengisyaratkan Mindeong untuk cepat menyusul yang diikuti dengan larian kecil oleh sang wanita.

Dua orang resepsionis tersebut tentunya bertanya, apa urgensi untuk membawa Mindeong ke luar rumah sakit, dan apa jaminannya jika pasiennya tidak akan kabur. dr. Byun menjawab semua pertanyaan tersebut dengan meyakinkan hingga Mindeong diperbolehkan pergi dengan pendampingan penuh sang dokter sebagai syarat.

Kini keduanya telah berada di dalam mobil sang dokter. Sedari tadi, Mindeong diam tak bicara. Ia hanya memperhatikan jalanan dengan musik volume kecil di radio sembari memikirkan skenario bagaimana caranya ia dapat melarikan diri karena ini adalah kesempatan pertamanya semenjak berbulan bulan ia terjebak di rumah sakit.

Ngomong-ngomong rumah sakit, Mindeong memakai sweater berwarna cokelat milik dr. Byun yang sebenarnya menjadi oversized jika dipakai olehnya. Dengan sweater tersebut, membuat Mindeong terlihat seperti wanita normal biasa dan bukan pasien rumah sakit jiwa akibat pakaiannya yang khas.

Selama kurang lebih lima belas menit perjalanan tanpa percakapan, sang dokter memarkirkan audinya yang berwarna hitam di depan sebuah kedai kecil sederhana yang menjual makanan Korea. Kalau boleh jujur, Mindeong benar-benar bosan dengan menu yang disediakan di rumah sakit.

Tanpa basa-basi, ia pun melangkahkan kakinya untuk turun dari mobil mengikuti dr. Byun yang telah berjalan lebih dulu. Bel kecil yang dipasang di pintu restoran berbunyi begitu pria tersebut memasuki kedai yang diikuti Mindeong di belakang.

Suasana kedai begitu sepi. Hanya ada dirinya dan dr. Byun hingga seorang wanita yang kira-kira telah berusia 60-an tersebut datang. Ekspresinya yang ramah berubah menjadi kaget begitu ia melihat siapa yang datang.

"Yah Byun Baekhyun! Sudah lama sekali kau tidak mengunjungi ku" Sapa wanita tersebut yang kemudian memeluk dr. Byun seperti anaknya sendiri.

Sementara Mindeong, ia hanya mematung karena kehadirannya tidak disadari dan tidak terlihat karena terhalang oleh bahu lebar sang dokter. Namun dirinya salah mengira, karena wanita tersebut mengintip ke arah belakang dr. Byun berdiri. "Oh— kau tidak datang sendirian? Siapa wanita ini? Istrimu?"


••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
rough talk • bbhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang