chapter 15

59 16 6
                                    

••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jam dinding telah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Suasana rumah sakit mulai hening. Begitupun sebuah ruangan kecil yang kini lampunya telah dimatikan. Hanya sebuah cahaya remang dari layar laptop yang terlihat menerangi ruangan. Dua pasang mata sama-sama terlihat fokus tak berkedip ke arah laptop yang tengah memutar film keduanya.

Beruntung dr. Nakamoto tidak shift malam kali ini, karena ruangannya bersama dr. Byun seakan menggantikan perannya sebagai orang ketiga di ruangan. Sofa berwarna hijau muda tersebut diduduki oleh dua orang yang saling berdekatan. Bahunya saling bersentuhan, tak ada jarak memisahkan. Awalnya sang dokter mengajak wanita tersebut menonton di kamarnya. Namun tidak adanya tempat duduk yang nyaman membuat keduanya berakhir di sini.

Mindeong mencengkeram selimutnya erat tepat di bawah kelopak matanya. Ini adalah film kedua yang mereka putar, berjudul Gonjiam: Haunted Asylum. Pada awalnya Mindeong tidak mau, namun karena penasaran akhirnya ia mau. Sang dokter yang merekomendasikan film tersebut pun ternyata sama takutnya. Bahunya berkali-kali bergerak naik turun bersamaan dengan sang wanita di sebelahnya begitu jumpscare terlihat di layar.

Mindeong bukan penggemar film horror. Kalau boleh jujur, ia penakut. Ada satu scene yang membuatnya benar-benar berteriak. Saat dimana hantu berwajah seram tiba-tiba muncul di layar. Teriakannya pun membuat sang dokter ikut berteriak dengan reflek.

"Stop screaming into my ear!" Itu suara Mindeong. Ia menoleh ke arah sang dokter yang kini sedang bersembunyi di balik bahu pasiennya. Wanita tersebut memutar kedua bola matanya sebelum kembali melanjutkan film yang sebentar lagi akan selesai.

Menit-menit terakhir masih berjalan sama. Teriakan-teriakan kecil setiap satu menit sekali selalu terdengar hingga akhirnya film benar-benar selesai. dr. Byun yang tadinya duduk lebih condong ke arah Mindeong kini membetulkan posisi duduknya untuk lebih tegak. Mengulurkan lengannya ke sebelah kanan untuk menyalakan lampu kecil modelan lampu tidur yang tidak terlalu terang.

Maniknya melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam. "Min? How do you feel?"

Yang namanya dipanggil kemudian menoleh. "Bolehkah aku tidur di sini malam ini? Aku tidak suka tidur sendirian sehabis menonton film horror" Permintaannya yang terkesan to the point kemudian membuat sang dokter terkekeh kecil dan menggelengkan kepalanya. Ia bangkit dari sofa, beranjak pergi menuju kamar mandi tanpa sepatah kata pun yang ia ucapkan.

Wanita tersebut ditinggal sendirian walaupun kamar mandi masih berada di dalam ruangan yang sama tetapi seketika ia terbayang hantu menyeramkan yang muncul di film tadi. Cepat-cepat dirinya menarik selimut berwarna hitam yang ia cengkeram hingga kepalanya sembari setia menunggu dokternya yang satu detik kemudian keluar dari kamar mandi.

"Baiklah kau boleh bermalam di sini. Kau pilih sofa atau kasur?" Layaknya on-call room seperti biasa, terdapat satu ranjang kecil di ujung ruangan. Sang dokter biasa tidur di sana jika ia harus shift malam.

"Is your bed big enough for two people?" Jawab Mindeong kikuk. Yang benar saja, wanita tersebut terlihat seperti orang waras satu jam ke belakang. Tetapi jika sudah seperti ini, dr. Byun paham betul mengapa Mindeong berakhir di sini.

Pria berambut putih susu tersebut menghela nafas, ia mengusap wajahnya perlahan sembari menyalahi dirinya karena ia yang memaksa untuk menonton film horror. "Min— you can't—"

"Baiklah— baiklah. Aku akan tidur di sini" Mendengar jawaban pasiennya, sang dokter akhirnya berjalan menuju ranjang yang biasa ia pakai di ujung ruangan. Tanpa sepatah kata lagi, dr. Byun melepas sepatunya sebelum merebahkan tubuhnya ke atas ranjang yang tidak empuk tersebut. Lengan kirinya ia letakkan di atas wajahnya untuk menutupi cahaya remang yang terkadang masih mengganggunya.

"dr. Byun?"

"Ya?"

"Are you asleep?"

"I'm about to. Goodnight Min"

Demi Tuhan, Mindeong merasa takut. Ia tetap tidak bisa tidur karena begitu dirinya menutup kedua matanya, hantu berparas menyeramkan dari film langsung muncul di pikirannya. Maka dari itu bibirnya tak henti-henti memanggil sang dokter setiap satu menit. Memastikan bahwa pria tersebut masih terjaga. Hingga..

"dr. Byun?"

Hening.

"dr. Byun?"

"dr. Byun? Kau sudah tidur?"

"Oh shit—" Sadar bahwa hanya dirinya sendiri yang masih terjaga, wanita yang bersetelan biru muda tersebut semakin panik. Ia merasa jika ruangan yang ia tempati semakin mencekam.

Mindeong bangun dari sofanya. Dengan posisi duduk, ia dapat melihat dada sang dokter di ujung ruangan yang stabil naik turun, menandakan dirinya telah tertidur. Layar laptop yang masih terbuka memantulkan bayangan dirinya sendiri kemudian sukses membuatnya kaget. Mindeong menjerit sembari cepat-cepat menarik selimutnya hingga ujung kepala.

Jantungnya serasa berdesir dengan cepat. Ia berusaha mengatur napasnya perlahan, menanamkan mindset bahwa hantu yang ia lihat hanya ada di film hingga ia merasakan kedua bahunya disentuh oleh sesuatu. Lagi-lagi ia menjerit, kali ini cukup histeris.

"Don't touch me— don't touch me— ah! Pergi kau setan!"

"Min—"

"Tidak!"

"Min! Its just me— God" dr. Byun menarik selimut yang ia kenakan dengan satu tarikan. Rambut panjangnya yang diikat rendah kini berubah menjadi berantakan.

"Ada apa? Ya Tuhan kau ini ada-ada saja" Tanya sang dokter memastikan. Walaupun ia sudah tau betul jawaban seperti apa yang akan dilontarkan olehnya.

"Can I sleep with you? Please.." Itulah satu kalimat penutup di malam yang penuh drama hingga akhirnya dr. Byun tidak punya pilihan lain. Ranjang yang hanya di desain untuk satu orang itu pun menjadi sesak. Jarak antar keduanya sangat dekat.

Mindeong tidur di sisi ujung sebelah tembok sedangkan sang dokter tidur tepat di hadapannya. dr. Byun membelakangi sang wanita sedangkan ia sendiri bergeser lebih condong ke arah pria berambut putih susu tersebut. Dari jarak yang sedekat ini, Mindeong dapat mendengar hembusan napas pria di hadapannya perlahan dalam keheningan malam. Hal itu yang membuatnya tenang dan berhasil untuk berlari ke alam mimpi tanpa dihantui rasa takut kemudian.


••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
rough talk • bbhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang