chapter 6

76 25 14
                                    

••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah kurang lebih empat puluh lima menit, wanita berambut coklat kepirangan dengan sedikit warna biru di ujung rambutnya tersebut duduk di kursi taman sendirian. Orang lain berlarian satu sama lain mengintari lapangan, sesekali berlarian menuju taman hingga orang-orang yang sibuk sendiri entah dengan bonekanya, perawatnya, atau hanya sekedar mengobrol dengan angin.

Sekitar lima hari telah terlewati dengan Mindeong yang selalu menghindar jika dokter muda yang sempat satu brankar dengannya di satu malam ia bercerita tentang rumah sakit berhantu tersebut menghanpirinya. Demi apapun, semenjak kejadian pagi itu, sang wanita menjadi takut untuk berdekatan dengannya walaupun hanya sekedar untuk tuntutan konsultasi.

Ia takut jika dr. Byun tersebut adalah dokter yang akan melakukan suatu hal yang gila kepadanya. Ia takut jika dr. Byun ternyata adalah dokter mesum yang sedang melakukan pendekatan kepadanya untuk melancarkan aksinya. Bahkan Mindeong akan langsung berlari dan mengunci dirinya di dalam kamar mandi begitu dokter tersebut ketahuan memasuki ruangannya.

"Min?" Dari suaranya, ia mengetahui betul bahwa itu adalah dr. Nakamoto. Sang dokter berada di balik pintu. Bersiap untuk masuk. Sementara Mindeong, ia telah bersiap-siap memegang kenop pintu kamar mandi jika dr. Nakamoto datang bersama dr. Baekhyun.

"Aku tidak mau bertemu dokter Byun—"

"Aku tidak membawanya. Kau sedang apa? Aku akan masuk" Suara kenop pintu yang diputar membuat Mindeong mengintip dari balik tembok yang menghalangi. Jemarinya masih berada pada kenop pintu kamar mandi. Siap untuk menarik tuasnya kapanpun ia mau.

Tidak ada tanda-tanda kehadiran dokter berambut putih susu tersebut, Mindeong merasa sedikit tenang. Namun langkah tergesa ditunjukkan oleh dr. Nakamoto yang diikuti dengan beberapa perawat di belakangnya terpaksa membuat Mindeong memasuki kamar mandi dan menguncinya dari dalam.

Ia hampir saja tertangkap oleh sang dokter berkebangsaan Jepang tersebut karena Yuta berhasil meraih ujung kaus yang dikenakan sang wanita namun ia gagal karena Mindeong tidak kalah cepat. Kini bajunya robek akibat perlakuan tak sengaja dari sang dokter.

"I said I don't want to meet dr. Byun. Not yet" Ujar sang wanita dari balik kamar mandi. Tidak. Ia tidak mau diberi anestesi untuk kemudian wajah dr. Byun lah yang pertama kali ia lihat saat membuka kedua matanya.

Yuta dibuat bingung oleh kedua orang tersebut. Temannya mengaku ia hanya menemani Mindeong tidur di brankar tanpa ada aktivitas seksual sekalipun. Namun apa yang ditunjukkan oleh Mindeong seperti mengatakan sebaliknya.

Begitulah ceritanya sang wanita masih lolos dari kekangan dr. Byun selama lima hari. Awalnya ia ingin menceritakan semuanya seperti apa yang telah ia ceritakan kepada dr. Nakamoto serta keinginannya untuk keluar dari sini.

Mindeong, satu detik kemudian ia dikagetkan oleh setangkai bunga plastik yang tiba-tiba ada di pahanya. Ia menoleh, menemukan seorang pasien laki-laki yang sedang tersenyum sambil menujuk ke arah belakang Mindeong duduk.

Merasa heran, ia segera melihat ke arah belakang sembari maniknya menangkap seseorang yang ingin sekali ia temui sejak lama. Kim Jongin. Ia sedang berjalan menuju tempat dimana Mindeong duduk.

"Jongini!" Tanpa pikir panjang, sang wanita bangkit dari kursinya. Ia berjalan cepat menghampiri pria tersebut untuk menariknya dalam pelukan.

"Mmph— Jongin—" Pria tersebut juga mendekap Mindeong tidak kalah erat. Jongin membopong sang wanita sehingga kedua kakinya tidak lagi menyentuh tanah. Ia berputar-putar di tempat membuat suara gelak tawa yang keluar dari mulut Mindeong mengobati rasa rindu dari seorang pria bernama Kim Jongin.

"What are you doing put me down!" Ucapnya di tengah-tengah gelak tawa. Keduanya tertawa lepas sebelum Jongin benar-benar berhenti berputar sembari menurunkan Mindeong dari pelukannya.

Masih dengan posisi yang berdekatan, begitu pula kedua tangan Jongin yang masih berada pada pinggangnya, Mindeong menatap manik lawan bicaranya lekat-lekat. Ia rindu pria ini. Ia rindu Kim Jongin yang selalu terlihat begitu manis ketika senyumnya merekah, memperlihatkan gigi rapihnya.

"Amazing!" Sang wanita kemudian mengalihkan pandangannya ke sebelah kanan. Laki-laki yang tadi memberinya bunga tersebut tengah melihat ke arahnya disana. Ia bertepuk tangan diikuti dengan suara tepukan lain yang mengikuti. Dari situ Mindeong baru saja tersadar bahwa sekitar sepuluh orang dengan pakaian yang sama dengannya tengah menonton dirinya bersama Jongin yang masih berdekatan.

"Ya! Hentikan! Hus! Hus! Bubar!" Jongin merupakan orang yang pertama kali bereaksi. Ekspresi wajahnya berubah menjadi kesal. Menggunakan kedua tangannya, ia memerintahkan orang-orang untuk pergi.

Namun bukan Rumah Sakit Jiwa namanya jika pasien-pasien segera menurut. Bukannya segera pergi, mereka malah tetap melihat ke arah Jongin sembari memasang wajah yang mengejek sambil sesekali tertawa.

Hal tersebut tentunya membuat Jongin geram. Tak tinggal diam, ia segera mengejar satu orang yang menurutnya paling menyebalkan sambil mengumpat sumpah serapah. Sementara Mindeong, ia ditinggal sendirian dengan beberapa orang yang masih memandangnya kagum sambil bertepuk tangan.


••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
rough talk • bbhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang