09. Launch

142 18 1
                                    

Aiya terduduk di kantin, dengan tujuan untuk menunggu Mitsuya dan menyantap makan siang bersama. Namun sampai saat ini, supnya sudah mulai dingin, Mitsuya tak kunjung datang.

Aiya jadi menghela napas pelan, waktu istirahat sudah semakin menipis sehingga membuatnya mulai menyantap supnya agar tidak terbuang mubazir dan perutnya tidak lapar lagi

Saat baru saja beberapa suapan, terdengar suara kursi yang digeser membuatnya segera mendongak dengan wajah cerah, berpikiran bahwa seseorang di hadapannya adalah Mitsuya.

Namun ternyata ia salah, seseorang itu bukan Mitsuya dan tak lain adalah teman masa kecilnya dari kelas yang berbeda sekaligus cinta pertamanya.

Aiya memutar matanya dengan ekspresi malas melihat cengiran dari teman masa kecilnya, "Apa yang kau lakukan disini, Ka-chan?" Tanya Aiya dengan intonasi suara yang jelas-jelas mengusir lelaki dengan panggilan Ka-chan, dari namanya Seiya Kato.

Kato terkekeh pelan dengan cengiran lebar, "Sapaan yang sangat menyayat hati ya, Aya-chan." Ujar Kato, "Aku disini tentu menemani gadis malang yang makan sendirian di kantin." Lanjut Kato, membuat Aiya segera menatapnya dengan tatapan tajam.

"Jaga mulutmu, Ka-chan." Ujar Aiya dengan suara dinginnya.

Kato tertawa terbahak mendengar hal tersebut dari Aiya, apalagi melihat ekspresi Aiya yang sangat menggemaskan jika dijahili seperti saat ini. "Baiklah, aku akan menjaga mulutku." Ucap Kato dengan gerakan tangan seolah lelaki tinggi itu mengunci mulutnya.

Aiya mengangkat satu jempol tangannya kepada Kato, melanjutkan untuk menghabiskan makan siangnya.

Tetapi Kato tetaplah Kato, belum ada dua menit lelaki tinggi itu terdiam, ia kembali mengeluarkan suaranya. "Tapi mulutku bukan sebuah resleting, jadi aku tak bisa menutupnya seperti itu." Celetuk Kato.

Aiya tidak menanggapi dan tetap fokus pada supnya, namun pertanyaan yang Kato lontarkan untuknya membuat ia tersedak dan batuk. "Kemana pacarmu?" Tanya Kato, suaranya kali ini serius dan sama sekali tidak ada candaan.

Kato yang melihat Aiya tersedak dan terbatuk, segera menyodorkan botol air mineral dan berpindah tempat ke samping Aiya agar dapat memijat dengan halus leher belakang Aiya.

Belum sempat menjawab, seseorang yang ia tanyakan datang dan duduk di hadapan Aiya dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam kantung celananya, menatap Aiya dan Kato secara bergantian dengan dahi berkerut.

"Maaf, Aya-chan. Keita-sensei membuatku melakukan banyak hal sampai menguras waktu istirahatku." Ungkap Mitsuya dengan intonasi suara yang rendah nan pelan, di tengah bisingnya kantin.

Aiya melebar dan segera mengangkat wajahnya, ia mendapati wajah tampan Mitsuya yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sedikit lebih.... Seram dibandingkan biasanya.

Aiya tersadar bahwa tangan Kato masih memijatnya halus di belakang lehernya, ia segera melepaskan tangan Kato pada dirinya dan memperkenalkan keduanya. "Ka-chan, ini pacarku, Taka-chan. Taka-chan, ini teman masa kecilku, Ka-chan." Ucap Aiya dengan tersenyum tanggung karena merasa canggung.

Kato tersenyum lebar sembari mengulurkan tangannya, "Seiya Kato, kau dapat memanggilku Ka-chan." Ujar Kato.

Mitsuya menerima uluran tangan Kato dengan eskpresi datar, "Taka-chan." Ujar Mitsuya singkat, dan segera melepaskan tangannya dari uluran tangan Kato.

Tatapan Mitsuya beralih menatap Aiya yang masih menyantap makan siangnya yang sebentar lagi habis, ia menaruh kedua tangannya di atas meja dan tangan kanannya ia jadikan tumpuan untuk pipinya.

Kato benar-benar diperlihatkan dengan pandangan seseorang yang sedang jatuh cinta, melihat tatapan Mitsuya kepada Aiya saja sudah mampu menjelaskan semuanya.

Aiya yang merasa sedang diperhatikan, jadi mendongakkan wajahnya dan menatap Mitsuya dengan tersenyum lebar, sumpitnya yang menjepit daging ayam ia sodorkan kepada Mitsuya, dan dengan segera Mitsuya membuka mulutnya untuk menerima suapan ayam dari Aiya.

Namun perempuan itu ternyata hanya menggodanya, ayam yang disodorkan padanya hanya sebuah tipuan untuk Mitsuya.

Mitsuya tersenyum kesal karena merasa dibodohi seperti ini, tangannya segera menarik tangan kanan Aiya dan ia berbicara dengan pelan. "Kau main-main padaku ya." Ucap Mitsuya, membuat Aiya tertawa kecil karenanya. "Cepat suapi aku, kalau tidak aku cium di depan banyak orang." Lanjutnya.

Wajah Aiya berubah menjadi merah padam setelah mendengar permintaan Mitsuya yang begitu memaksa, ia bergumam pelan dan segera memberikan suapan pada Mitsuya.

Kato berdiri secara tiba-tiba membuat kedua orang yang ada di sampingnya itu jadi tersentak dan menatapnya dengan heran. "Ah! Aku tidak bisa terus menerus melihat hal-hal seperti ini." Ujar Kato dan segera pergi menjauh dari kantin.

Aiya kembali tertawa, memang sepertinya tindakannya dan Mitsuya terlalu menggelikan untuk diperlihatkan kepada orang lain.

Ekspresi wajah Mitsuya berubah, kali ini ia menatap Aiya dengan intens, kedua tangannya disilangkan di depan dadanya. "Tadi, Sae? Seiya?" Tanya Mitsuya, melupakan nama Kato.

"Ka-chan." Ucap Aiya.

Mitsuya memejamkan matanya pelan, kenapa juga ia harus menyebutkan nama panggilan manis itu untuk lelaki seperti Kato? Ia menghela napas pelan, "Ka-chan, dia hanya teman masa kecilmu?" Tanya Mitsuya, menatap Aiya dengan tatapan mengintrohasi.

Aiya yang baru saja menghabiskan makan siangnya jadi menelan salivanya dengan kasar dan menatap Mitsuya dengan sedikit takut, "Iya, dia hanya teman masa kecilku." Ucap Aiya, segera mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

"Kau berbohong." Ucap Mitsuya dengan suara pelan namun tegas.

Aiya mengambil napas panjang lalu menghembuskannya, "Aahhh, baiklah! Dia cinta pertamaku juga." Ungkap Aiya, kembali menatap Mitsuya dengan serius.

Namun, Mitsuya sama sekali tidak merubah ekspresinya yang tetap datar dan mengintrogasi. Kedua tangan yang menyilang di depan dada itu dilepaskan, lelaki berambut perak itu mendekat dirinya kepada Aiya yang hanya terhalang oleh meja kantin, seraya berucap dengan suara pelan. "Aya-chan, bolehkah aku menciummu sekarang dan disini?" Tanya Mitsuya, tersenyum sampai kedua matanya menyipit, tangan kanan lelaki berambut perak itu juga mengelus lembut puncak kepala Aiya.

Aiya menatap Mitsuya dengan sebelah alis yang naik, "Taka-chan, apakah kau cemburu?" Tanya Aiya dengan tatapan yang polos, menatap Mitsuya.

Mitsuya melepaskan tangannya pada puncak kepala Aiya dan segera menatap ke arah lain, "Aku sangat cemburu sampai aku rasa aku harus menciummu agar semua orang tau bahwa kau milik Mitsuya Takashi. Ah, lihat saja Ka-chan itu, ia berani-beraninya menyentuhmu? Aku saat melihatnya ingin segera menendang Ka-chan di wajahnya, namun aku tau aku tak dapat melakukan hal itu. Terlebih lagi, apa-apaan dengan senyumnya itu? Ew, menjijikan." Ungkap Mitsuya yang terdengar seperti keluhan untuk Aiya.

Lelaki berambut perak dengan pembawaan tenang itu akhirnya terlihat cemas dan kesal, membuat Aiya malah tertawa setelah mendenganrya.

"Taka-chan, kau tidak perlu cemburu. Aku dan Ka-chan tidak ada apa-apa, itu hanya perasaan masa lalu saja. Mungkin ia memang cinta pertamaku, tapi aku memberikan yang pertama untukmu." Ucap Aiya sembari tersenyum simpul.

Mitsuya yang langsung mengerti ke arah mana pembicaraan mereka segera mengalihkan tatapannya ke arah lain, wajahnya terasa panas saat ini sehingga ia menutup wajahnya dengan sebelah tangannya.

"Ah! Taka-chan, apakah kau sudah makan? Sepuluh menit lagi kita sudah masuk." Ucap Aiya, baru saja teringat kalau Mitsuya mendatanginya dengan tangan kosong.

Mitsuya menggeleng pelan masih dengan wajah merah, "Aku sudah kenyang." Ujar Mitsuya.

Namun Aiya tetaplah Aiya, perempuan itu segera menaruh nampannya yang kotor dan segera pergi membeli sandwich dan susu untuk makan siang Mitsuya.

Aiya segera membuka sandwichnya dan memberikannya pada Mitsuya, "Hey, aku sudah kenyang." Ucap Mitsuya.

"Apakah kau akan menolak setelah aku membeli ini? Sudahlah makan saja, lagi pula ini bukan ramen semangkuk penuh atau semangkuk penuh nasi kare." Ucap Aiya, membuat Mitsuya segera memakan sandwich yang sudah dibelikan untuknya itu.

Captain to be continue...

Captain | 𝐌𝐢𝐭𝐬𝐮𝐲𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐚𝐬𝐡𝐢 ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang