Mitsuya, lelaki berambut perak itu berjalan memasuki ruang klub seni yang sudah benar-benar sepi karena Oba-sensei merupakan orang yang sangat disiplin waktu.
Matanya menangkap satu lukisan pada canvas besar, belum dilukis sampai selesai namun ia dapat ditarik untuk mendekati lukisan tersebut dan memperhatikan lebih jauh serta mencari maksud dari lukisan tersebut.
Lukisan pada canvas besar yang belum selesai ini menggambar kota Shibuya dengan dasar berwarna biru pekat.
Mitsuya terlalu terpaku pada lukisan besar tersebut sehingga tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memasuki ruang klub seni dan berdiri tepat di sampingnya.
Siapa lagi kalau bukan Aiya yang masuk ke ruang klubnya setelah bertanya pada anggota klub menjahit, kemana perginya Mitsuya.
"Apakah lukisannya se-memukau itu sampai kau tak sadar bahwa aku datang?" Tanya Aiya mampu membuat Mitsuya menoleh dengan cepat sembari mata yang melotot karena terkejut.
Lelaki berambut perak itu hampir saja mengumpat kalau-kalau ia tak melihat wajah manis Aiya di sampingnya saat ini.
Mitsuya mengusap dadanya pelan, "Kau benar-benar membuatku kaget." Ungkap Mitsuya, masih berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdetak sangat cepat.
Aiya malah tertawa keras, "Aku tidak bermaksud untuk membuatmu kaget, aku kesini karena mencarimu." Ucap Aiya, memberitahukan maksudnya masuk ke ruang klub seni.
Mitsuya mengalihkan tatapannya ke arah lain, ia berjalan lebih dulu keluar dari ruang klub seni. "Ada apa? Apakah ada yang membutuhkan bantuanku?" Tanya Mitsuya, sekilas wajahnya terlihat sedikit merona.
Aiya mensejajarkan langkahnya agar dapat menyeimbangi langkah lebar Mitsuya, "Kau sudah berjanji untuk melihat bola voliku setelah kegiatan klub selesai, tapi aku sama sekali tidak melihatmu tadi. Jadi, aku mencarimu." Ucap Aiya.
"Hey, aku tak akan pergi kemana-mana santai saja. Aku tidak akan meninggalkanmu." Ujar Mitsuya yang tanpa sadar kalimat terakhirnya mengundang rasa ambigu yang muncul, bahkan mampu membuat wajah Aiya sedikit merona mendengarnya.
"A–ah itu, maksudku aku tidak akan meninggalkan klub dan semua anggota klub menjahit! Iya itu!" Lanjut Mitsuya dengan suara sedikit gugup.
Aiya yang mendengarnya jadi terkekeh pelan, "Kau memang menarik, Taka-chan." Ujar Aiya, tangannya bergerak untuk memegang kenop pintu klub menjahit, namun terhenti karena tangan Mitsuya memegangnya.
"Aya-chan." Panggil Mitsuya membuat Aiya menoleh dan menatap ke dalam mata Mitsuya yang tengah menatapnya dalam. "Aku... Ingin tau siapa yang membuat lukisan besar kota Shibuya tadi." Lanjut Mitsuya dengan serius.
Aiya meneguk salivanya dengan kasar, "Kau... Betulan ingin mengetahuinya?" Tanya Aiya, menatap Mitsuya dengan ragu.
Mitsuya mengangguk mantap sebagai jawaban dan respon atas pertanyaan Aiya barusan.
Aiya jadi berdeham pelan, "Itu... lukisan Shibuya yang aku buat setelah mendapat izin untuk memakai canvas sebesar itu dari Oba-sensei." Jawab Aiya dengan suara pelan.
Mata Mitsuya melebar, "Kau sangat berbakat dalam seni! Walau belum selesai, untuk pertama kali lihat saja kau sudah dapat memberikan kesan 'tertarik' dari orang-orang terhadap lukisanmu. Lalu tujuan yang kau sampaikan begitu jelas, detail-detail kota yang kau gambar pun sangat menakjubkan." Ungkap Mitsuya, matanya berbinar seolah anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru.
Aiya terkekeh pelan saat mendengar pujian dari Mitsuya, "Bukankah kau juga dapat membuat sketsa secara detail, Taka-chan? Aku dengar dari anggota yang lain, sketsamu yang paling baik diantara yang lainnya." Ucap Aiya, menatap Mitsuya dengan rasa penasaran yang kian membuncah, karena ingin mengetahui lebih lanjut mengenai lelaki berambut perak ini.
Mitsuya berdeham pelan, ia mengalihkan wajahnya ke arah lain dan menghindari tatapan penasaran Aiya, "Aku... Tidak sehebat itu dalam membuat sketsa jika dibandingkan denganmu, Aya-chan." Ujar Mitsuya dengan suara pelan.
Aiya menggelengkan kepalanya, "Semua orang bisa membuat lukisan yang sama sepertiku jika mereka juga melakukan hal yang sama denganku, aku tidak sehebat itu, Taka-chan." Sanggah Aiya, tidak setuju dengan pernyataan Mitsuya mengenai dirinya.
Mata Mitsuya menangkap tangannya yang masih menggenggam tangan Aiya, ia tersadar dan segera melepaskan tangan Aiya dengan canggung.
Keduanya jadi terdiam satu sama lain karena sama-sama merasa canggung akibat genggaman tangan itu. Pada akhirnya, tangan Mitsuya bergerak untuk memegang kenop pintu ruang klubnya, namun sedetik kemudian ia tersentak karena suatu hal yang tiba-tiba saja terlintas dalam pikirannya.
Ia menoleh untuk menatap Aiya yang jadi tersentak karena gerakan tiba-tiba Mitsuya, "Aya-chan! Ayo buat proyek menjahit bersama!" Ucap Mitsuya dengan antusias.
Aiya sedikit memundurkan dirinya ke belakang lantarana Mitsuya begitu memajukan dirinya saat mengajaknya untuk membuat proyek bersama, ia jadi sedikit tersipu karenanya. "Boleh saja... Tapi apa yang harus aku lakukan?" Tanya Aiya dengan suara yang pelan.
"Kita dapat membagi tugas, kau membuat sketsa secara mendetail dan aku yang menjahit dasar-dasarnya agar kau dapat membantu jahitan selanjutnya, bagaimana?" Tawar Mitsuya, terdengar menarik.
Aiya merasa tertarik namun ia jadi mengurungkan niatnya untuk menyetujui ajakan Mitsuya, "Tapi aku belum pernah membuat sketsa untuk desain baju dengan benar, apakah tidak apa-apa?" Tanya Aiya, ia merasa ragu dan takut membuat Mitsuya kewalahan sendirian karenanya.
Mitsuya menggelengkan kepalanya pelan, "Tentu tidak apa-apa, sesekali kau harus keluar dari zona nyamanmu, bukan?" Tanya Mitsuya, auranya benar-benar positif.
Aiya jadi tersenyum karena melihat Mitsuya yang tersenyum lebar, "Baiklah, mari membuat proyek menjahit bersama!" Ujar Aiya dengan semangat.
Mitsuya yang melihat Aiya sudah kembali semangat, membuat senyumnya yang sudah merekah, tak dapat dihentikan. Ia mengangguk pelan sebagai respon atas ucapan Aiya.
Saat hendak membuka pintu ruang klubnya, tiba-tiba saja pintu sudah dibuka dari arah dalam membuatnya sedikit tersentak.
"Hey, Kapten. Kau pandai merayu anak baru ya, ponselmu terus berdering di atas mejamu. Siapa lagi kalau bukan Hayashi-kun." Ucap salah satu anggota klub menjahit yang memiliki poni rata.
Aiya yang mendengar kalimat pertama dari ucapan perempuan itu malah menimbulkan rona kemerahan di pipinya, namun ia segera mengalihkannya ke arah lain dan ikut masuk ke dalam ruang klub.
"Hey, jaga ucapanmu ya. Kenapa tidak kau angkat telfon dari Peh-yan? Dan lagi, kenapa ia tidak langsung menemuiku saja?" Tanya Mitsuya tak habis pikir.
Perempuan yang memberitahunya pun mengangkat kedua bahunya tanda ia tak tahu menahu atas pertanyaan yang Mitsuya lontarkan.
Aiya beralih duduk ke kursi dan meja jahitnya, ia mulai memikirkan saat sepulang dari klub nanti harus langsung mencari referensi mengenai desain pakaian yang setidaknya cocok dengan stylenya dan Mitsuya.
Dalam artian, style dalam pembuatan sketsanya dan jahitan Mitsuya.
Captain to be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain | 𝐌𝐢𝐭𝐬𝐮𝐲𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐚𝐬𝐡𝐢 ✓
FanficMitsuya Takashi from; Tokyo Revengers. - "Kembalilah." Ucap Mitsuya dengan sorot mata sendu. "Aku tau, kau sangat mendambakan Universitas Tokyo dan berencana untuk mengikuti ujian masuknya tahun ini, jadi kembalilah. Ujian masuk akan diselenggarakan...