Setelah dua minggu berada di ruang klub menjahit dan menjadi anggota baru, Aiya sudah dapat menjahit setidaknya ia sudah dapat memperbaiki pakaian dan membuat benda-benda berukuran kecil seperti gantungan kunci.
Setiap sore jikalau tidak ada kegiatan di klub seni, Aiya akan pergi ke klub menjahit dan terus belajar menjahit sampai larut. Bahkan setiap kali kegiatan pada klub menjahit selesai, ia akan meminta waktu lebih lama untuknya berada di ruang klub.
Rasa penasaran dan ketertarikannya pada kegiatan menjahit semakin besar, ia sudah beberapa kali membuat sketsa untuk boneka dan pakaian yang ingin ia buat, hanya saja mengaplikasikan sketsa hasil gambarnya pada benang tidaklah mudah seperti mengaplikasikan sketsa pada lukisannya.
Terkadang, rasa frustasi muncul karena ia tak pernah merasa puas akan hasil akhir dari jahitannya. Namun, rasa cintanya terhadap seni semakin besar.
Bahkan, semenjak ia masuk ke dalam klub menjahit, Oba-sensei selalu memuji lukisannya yang semakin hari kian berkembang lebih baik lagi. Dan ia sendiripun merasa bahwa setiap kali ia menyelesaikan lukisannya di ruangan klub seni, ia merasa puas dan selalu tersenyum atas lukisannya.
Senyumnya tidak pudar seakan segala kegiatan yang ia lakukan membawanya lebih menikmati apa yang ia jalankan saat ini.
Dan kegiatannya itu tak terhenti sampai saat ini, ia masih berkutik pada mesin jahit dan pensil yang ditaruh di daun telinganya. Aiya masih berkutat dengan alat menjahit sore ini.
Padahal, ruang klub menjahit sudah sangat sepi bahkan mungkin segala kegiatan klub sudah selesai, namun ia masih berkutat dengan pekerjaannya itu.
Suasana sunyi nan senyap membuat suara dari mesin jahit terdengar dengan jelas ke segala penjuru ruangan, ia benar-benar fokus mencoba membuat boneka saat ini.
Kali ini targetnya adalah membuat boneka berbentuk bola voli berwarna putih, biru dan kuning. Percobaan pertamanya membuat boneka berukuran normal ini ia mengambil bentuk yang setidaknya tidak terlalu rumit.
Saking fokusnya ia pada dirinya, ia sampai tak sadar bahwa seseorang sudah memasuki ruang klub dan bahkan berdiri di sampingnya.
"Bukankah lebih baik kalau kau menjahitnya ke dalam?" Tanya seseorang yang mampu membuat ia terkejut dan dengan refleks memundurkan dirinya bahkan hampir saja ia terjatuh dari kursinya kalau saja tak dibantu oleh Mitsuya yang menahan dirinya dan kursinya.
Aiya menatap ke dalam mata Mitsuya dengan wajah terkejut, "T-Taka-chan, bukankah seharusnya kau tidak datang tiba-tiba seperti ini?" Tanya Aiya, wajahnya sedikit merona karena posisi keduanya yang begitu dekat.
Mitsuya melepas Aiya dan kursinya, kedua tangan lelaki itu jadi dimasukkan ke dalam kantung celananya. "Aku sudah menyapamu tau, kau saja yang sama sekali tidak mendengar sapaanku." Ujarnya dengan dengusan kecil.
Aiya jadi terkekeh pelan karena merasa bersalah, "Maaf, aku terlampau fokus pada hal-hal ini." Ujar Aiya sembari melirik meja menjahitnya yang lebar.
Mitsuya menatap pada buku gambar milik Aiya yang memperlihatkan sketsa lengkap mengenai bonekanya itu, "Wah, sketsa mu bagus sekali, Aya-chan." Ujar Mitsuya dengan mata berbinar, "Ah, kali ini kau mencoba untuk membuat bola voli ya." Lanjut Mitsuya setelah memperhatikan dengan seksama.
Aiya mengangguk pelan, "Karena ini percobaan pertamaku, aku ingin membuat boneka yang simple." Ujar Aiya.
Mitsuya menoleh untuk menatap Aiya, "Membuat boneka berbentuk bola itu lebih sulit dari perkiraannya loh, Aya-chan. Kau perlu ketelitian dan kesabaran tinggi agar jahitanmu sempurna dan akhirnya berbentuk bulat sempurna, karena jika kau salah sedikit atau tidak sengaja menekan satu sisi, itu akan mempengaruhi bentuk bola buatanmu." Ungkap Mitsuya, yang membuat Aiya tersadar bahwa ternyata menjahit tidak semudah itu.
Aiya menaruh kepalanya di atas mejanya, "Aku baru menyadarinya..." Ujar Aiya dengan bahu menurun dan suara yang terdengar lesu.
Mitsuya menarik salah satu kursi di dekatnya dan duduk di samping Aiya. "Jangan dulu menyerah, Aya-chan. Ayo kembali semangat, aku akan membantumu." Ujar Mitsuya sembari tersenyum lebar sampai kedua matanya menyipit.
Aiya menolehkan wajahnya untuk menatap wajah Mitsuya, hatinya menghangat sejak melihat senyuman lebar dari lelaki berambut perak ini.
Ia kembali terduduk dan mengerjakan percobaannya bersama Mitsuya. Bukan Mitsuya yang dominan, tetapi Aiya yang dominan mengerjakan bonekanya ini. Mitsuya berniat membantu Aiya dengan menjahit, hanya saja Aiya menolaknya karena ini adalah percobaan pertamanya, sehingga Mitsuya hanya memandang Aiya berkeja sesekali memberikan masukan pada Aiya.
Mitsuya menopang dagunya dengan sebelah tangannya, matanya masih menatap Aiya yang terfokus pada mesin jahit. "Aya-chan, aku punya satu permintaan untukmu." Ujar Mitsuya secara tiba-tiba.
Aiya menoleh sebentar dan kembali fokus pada jahitannya, "Maksudmu?" Tanya Aiya dengan dahi berkerut.
"Kau tau peraturan di klub, 'kan? Setiap karya pertama yang baru saja kau buat, itu akan disimpan di lemari kaca. Tapi karya-karya mu selanjutnya dapat kau ambil, terkecuali karya untuk hari-hari spesial." Ucap Mitsuya membuat Aiya mengangguk, tanda bahwa ia mengingat peraturan tersebut.
"Aku ingin kau membuatkanku bola voli seperti ini, hanya saja aku lebih suka mikasa jadi buatkan aku bola mikasa ya setelah kau menyelesaikan percobaanmu ini." Lanjut Mitsuya yang sontak membuat Aiya segera menoleh dengan kaget karena permintaan Mitsuya padanya.
"Tapi Taka-chan, aku bahkan belum lama belajar menjahit, jahitanku tidak serapih dan sebagus yang lainnya. Bukankah aneh kau memintaku untuk membuatkanmu boneka?" Tanya Aiya, tak habis pikir.
Mitsuya menggeleng pelan, "Ini bukan soal siapa yang lebih dulu berada di klub atau siapa yang jahitannya paling bagus, tetapi ini tentang aku yang menyukai karyamu dan menginginkannya." Ujar Mitsuya, tersenyum penuh arti pada Aiya.
"Baru saat ini aku benar-benar memperhatikanmu saat kau bekerja, dan aku menyukai segala ekspresi yang kau perlihatkan. Kau telah menunjukkannya padaku bahwa kau bekerja keras untuk hasil yang kau inginkan dan kau terlihat menikmatinya." Lanjutnya.
Aiya memegang wajahnya dengan mata melebar, "Aku... Aku tidak yakin kalau aku membuat ekspresi seperti itu. Dan lagi, aku hanyalah manusia biasa, semua orang dapat mencapai hasil sepertiku jika mereka bekerja keras juga, tidak ada yang dapat dibanggakan akan hal itu." Ungkap Aiya.
Mitsuya tersenyum simpul setelah mendengar ungkapan Aiya yang sudah ia tebak bahwa perempuan itu akan berucap seperti itu. "Tidakkah kau sadar betapa kerennya dirimu?" Tanya Mitsuya.
Aiya yang mendengar pertanyaan Mitsuya barusan, segera menoleh untuk menatap Mitsuya dengan mata melebar karena terkejut, pipinya sudah sedikit merah akibat pertanyaan Mitsuya. Terlebih lagi, lelaki itu mempertanyakan hal yang benar-benar di luar dugaannya.
Captain to be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain | 𝐌𝐢𝐭𝐬𝐮𝐲𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐚𝐬𝐡𝐢 ✓
FanficMitsuya Takashi from; Tokyo Revengers. - "Kembalilah." Ucap Mitsuya dengan sorot mata sendu. "Aku tau, kau sangat mendambakan Universitas Tokyo dan berencana untuk mengikuti ujian masuknya tahun ini, jadi kembalilah. Ujian masuk akan diselenggarakan...