04. A Simple Call

123 23 2
                                    

Mitsuya pergi bersama motor Suzuki Impulsnya menuju ke tempat yang biasa ia kunjungi dengan Draken.

Suara motornya terdengar bersamaan dengan suara kendaraan lain yang juga berada di jalan raya malam ini.

Wajahnya terasa dingin karena angin malam yang menerpa, namun ia merasa bahwa hatinya menghangat akhir-akhir ini, entah apa yang telah ia lakukan sehingga merasa senyaman itu dengan keadaannya.

Mitsuya sempat menengadahkan wajahnya ke atas, menatap langit malam yang cerah dengan ditaburi bintang-bintang. Setiap kali ia menatap malam yang indah di Tokyo, semakin besar pula rasa cintanya pada kota kelahirannya itu.

Ia memasuki sebuah gang dan memberhentikan motornya pada tempat tujuannya, yang dimana Draken sudah ada disana sembari terduduk diam memandang ke arah tembok besar yang terdapat mural buatan Mitsuya saat lelaki berambut perak itu masih di Sekolah Dasar.

"Kau terlambat, Mitsuya." Ujar Draken, beralih pada kaleng minuman milik lelaki tinggi itu.

Mitsuya berdecak pelan, "Berisik." Ujarnya yang kemudian turun dari motornya sembari membawa kantung plastik putih berisikan minuman miliknya dan mie instan cup untuknya dan Draken.

Tak lupa juga ia membawa onigiri dan gyoza isi daging sebagai tambahan makan malam mereka.

Ia terduduk di samping Draken dengan tatapan yang juga lurus pada mural hasil karyanya yang sudah sedikit memudar tetapi masih ada dan sama sekali tidak dirubah.

Ini ketiga kalinya ia berada di tempat ini bersama Draken, anggota Tokyo Manji tidak ada yang mengetahui tempat ini selain dirinya dan Draken.

Setelah saat bertemu dengan Draken untuk pertama kalinya disini, ia pun dengan Draken menyebut diri mereka sebagai "twin dragon" milik Tokyo Manji dan kembali ke tempat ini untuk kedua kalinya saat SMP.

Dan saat ini, keduanya berada di tempat ini untuk ketiga kalinya saat mereka sudah beranjak dewasa seperti sekarang ini.

Mitsuya membuka kantung plastiknya dan segera menaruh mie instan cup, onigiri dan gyoza yang ia beli ke hadapan mereka berdua yang duduk beralaskan karpet kecil entah darimana.

Draken mengambil mie instannya dan segera melahapnya sembari kepanasan sendiri karena tidak meniup dan membiarkan mienya sedikit dingin terlebih dahulu.

Mitsuya tertawa pelan, "Dasar bodoh." Ujar Mitsuya yang kemudian memakan satu gyoza dengan sumpitnya.

Draken hanya terdiam sembari mencibir Mitsuya pelan dan lanjut memakan mienya dengan hati-hati.

Sebenarnya tak ada yang dilakukan oleh keduanya disini, mereka hanya sama-sama bertukar cerita dan bertukar pikiran sembari menatap mural buatan Mitsuya sebagai kenangan, juga menatap indahnya Tokyo di malam hari.

Bahkan terkadang, keduanya bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk terdiam dan fokus pada pikirannya masing-masing, seperti keberadaan satu sama lain saja sudah terasa cukup.

Draken menghela napas pelan, ia menaruh cup mienya yang sudah habis dan menyisakan kuahnya saja, ia menatap Mitsuya dari arah samping yang masih terfokus pada aktivitasnya.

"Hey, Mitsuya." Panggil Draken dengan suara pelan yang hanya diberikan dehaman oleh Mitsuya sebagai respon atas panggilannya.

"Aku... Bertemu dengan perempuan yang sangat mirip dengan Emma beberapa hari lalu, mulai dari suaranya, wajahnya bahkan cara bicaranya. Entah untuk sifatnya, tapi sejauh ini sepertinya tidak mirip." Lanjut Draken dengan suara ragu.

Mitsuya membalas tatapan Draken dengan tatapan bertanya, "Lalu?" Tanya Mitsuya, salah satu dari kedua alisnya naik.

Draken berdecak pelan, "Bukankah hal ini terlalu tidak masuk akal? Maksudku kenapa aku harus dipertemukan dengan—" Belum selesai mengungkapkan ucapannya, Mitsuya sudah lebih dulu memotong pembicaraan Draken.

"Kenapa? Kau menyukai perempuan itu?" Tanya Mitsuya, to the point membuat Draken melotot setelah mendengarnya.

Draken menutup wajahnya dengan satu tangannya, "Euh... Itu... AH! AKU TIDAK TAU!" Ujar Draken diakhiri dengan nada suara yang lebih tinggi.

Mitsuya menaruh sumpit dan cup mienya yang baru saja habis, "Kau jelas menyukainya, dasar bodoh." Ujar Mitsuya, mengambil kaleng minumannya dan segera meneguknya sampai tandas tak tersisa.

Draken hanya terdiam, tak tahu sanggahan apa yang harus ia berikan pada Mitsuya saat ini.

Mitsuya yang melihat Draken hanya terdiam sembari memandang ke arah mural di hadapan mereka, membuat lelaki berambut perak itu jadi berdecak dan menjitak kepala Draken dari arah belakang.

Lelaki tinggi dengan tato naga di pelipisnya jadi melotot pada Mitsuya dengan tatapan nyalang, "HEY! APA YANG KAU LAKUKAN?! MAU MATI, HAH?!" Tanya Draken dengan suara tinggi.

Mitsuya menatapnya dengan santai, "Jangan menyukainya karena kau memandang ia sebagai Emma, dasar bodoh. Saat ini kau masih melihatnya sebagai Emma, bukan perempuan itu sendiri." Ujar Mitsuya, menghiraukan tatapan nyalang Draken padanya.

Draken jadi terdiam karena tersadar atas apa yang Mitsuya ucapkan padanya, pandangannya turun menatap tanah, meresapi ucapan Mitsuya barusan.

Belum sempat memberikan pertanyaan lebih lanjut pada Mitsuya, ponsel lelaki berambut perak itu berdering dengan keras membuatnya segera menatap Mitsuya dengan tatapan tanya seolah bertanya tanpa suara, 'siapa yang menghubungimu di malam hari seperti ini?'.

Mitsuya mengernyitkan dahinya dengan bingung, ia menatap Draken dan kemudian mengangkat kedua bahunya dengan tidak tahu menahu.

Tangannya merogoh ponsel yang ada pada saku jaketnya dan melihat nama yang muncul disana, matanya melebar seketika setelah melihat siapa yang menghubunginya.

Ibu jarinya segera menggeser tanda panggilan ke arah kanan dan menempatkan ponselnya pada telinga kanannya, wajahnya terlihat cerah seketika.

"Selamat malam Aya-chan!" Sapa Mitsuya dengan nada suara yang gembira, membuat Draken yang berada di sampingnya jadi mengernyitkan dahinya karena tidak mengerti kenapa Mitsuya jadi berubah drastis seperti sekarang ini.

[Malam Taka-chan, maaf menganggu malammu dan waktu istirahatmu.] Ujar Aiya dari seberang sana.

Mitsuya menggeleng pelan, "Tidak, tidak. Tidak ada kata mengganggu untukmu. Ada apa, Aya-chan?" Tanya Mitsuya.

Belum sempat mendengar jawaban dari seberang sana, Draken nyeletuk, "Aya-chan~" Celetuk Draken memanggil nama Aiya dengan nada yang menggoda dan terdengar menjijikan di telinga Mitsuya.

Mitsuya jadi menoleh dengan tatapan tajam nan menusuk, berbicara tanpa kata pada Draken. 'Diamlah bodoh!'

Kemudian, Mitsuya segera bangkit dari duduknya untuk sementara menghindari Draken yang mulai jahil padanya, sedangkan Draken malah tertawa keras melihat Mitsuya yang kesal olehnya.

Mitsuya terkekeh pelan, "Maaf, Aya-chan. Aku sedang bersama temanku dan dia memang suka seperti itu. Jadi, ada apa Aya-chan?" Tanya Mitsuya sekali lagi.

[Taka-chaaaan, aku mengacaukan bola volinya. Aku mencoba melanjutkannya di rumah dan meminjam mesin jahit punya nenek ku yang sudah lama tak terpakai, dan aku malah mengacaukannya, jahitannya jadi sedikit tertekan ke dalam. Aku harus bagaimana?] Ujar Aiya di seberang sana yang terdengar seperti rengekan anak kecil di telinga Mitsuya.

Lelaki berambut perak itu jadi tersenyum simpul nan tulus setelah mendengarnya, lalu memberikan masukan dan saran atas kacaunya boneka voli milik Aiya.

Draken yang memperhatikan itu jadi ikut tersenyum, setidaknya ia tahu saat ini bahwa temannya itu mempunyai seorang perempuan di hatinya dan ia terlihat bahagia bersama perempuan itu.

Draken merasa sedikit lega karenanya, setelah mengetahui bahwa Mitsuya juga mempunyai seseorang yang membuat lelaki berambut perak itu bahagia selain bersama adik-adiknya dan anggota Tokyo Manji.

Captain to be continue...

Captain | 𝐌𝐢𝐭𝐬𝐮𝐲𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐚𝐬𝐡𝐢 ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang