Prolog

4.9K 362 5
                                    

HAECHAN tidak suka disaingi, sangat tidak suka. Terutama pada seseorang yang menurutnya melampaui dirinya. Dia yang terbaik, harus itu. Dia dituntut sempurna, oleh dirinya sendiri. Menurut dirinya penampilannya kurang begitu menarik. Oleh karena itu dia harus pintar dan bisa melakukan sesuatu lebih dari satu. Skill itu sangat diperlukan bagi dirinya yang memiliki wajah tak menarik untuk menarik orang lain.

Haechan duduk tenang di kursi miliknya, dekat jendela di lantai dua universitas yang sangat dia idam-idamkan. Saat ini ujian kemasukan sedang dilaksanakan, dan target utamanya adalah menjadi mahasiswa baru dengan nilai yang bagus. Lebih tepatnya menjadi mahasiswa baru terbaik, dia harus melakukannya. Jika targetnya tercapai, dia akan melakukan pidato penyambutan saat penerimaan mahasiswa baru. Hatinya kini sedang menggebu-gebu tak sabar untuk menjawab soal-soal yang sudah dia pelajari hampir tiap hati selama liburan sehabis kelulusan sekolah menengah.

Sembari menunggu kertas ujian yang akan mendarat di atas meja miliknya, Haechan memantau keadaan sekitarnya yang teramat tenang. Antara mengumpulkan keberanian atau malah dalam ketegangan karena akan melakukan ujian dengan soal-soal yang mungkin berada di level berbeda. Mata coklatnya mengarah keluar jendela, di bawah sana terdapat taman kecil dengan dua bangku berjejer rapi. Dan yang dilihatnya adalah, salah satu bangku di sana sudah terisi oleh seseorang yang tengah berbaring dengan lengan menutupi matanya.

"Tidur?" Haechan memperhatikan kalung peserta yang berada di atas perut milik seorang laki-laki yang masih dengan tenangnya tertidur. Itu berarti anak laki-laki itu juga merupakan calon mahasiswa baru, Haechan menatap jam tangannya. "Sebentar lagi." Haechan mengambil kamus bahasa Inggrisnya yang selalu di bawa di dalam tas. Dengan perkiraan yang baik dan benar kamus itu dilemparnya ke bawah. Dan benar saja, kamus itu langsung mengenai sasaran.

Anak laki-laki itu terbangun dengan tubuh yang langsung terduduk di atas bangku. Bingung karena baru saja dilempar sebuah kamus, laki-laki itu masih setengah sadar dengan kepala terlihat celinguk mencari sang pemilik kamus.

Haechan melambaikan tangan dari lantai dua.

"Hai!"

Sang laki-laki merespon panggilan Haechan. Dia mendongak.

Mendapatkan perhatian dari sang laki-laki, Haechan mengangkat tangan kirinya dan mengetuk-ngetuk jam yang melingkar di sana untuk memberikan kode terhadap sang calon mahasiswa. Paham akan kode itu, sang calon mahasiswa yang tadi sedang tertidur pulas langsung berdiri berlari memasuki gedung yang berbeda dan tidak lupa calon mahasiswa itu membawa kamus milik Haechan yang dilemparkan ke arahnya.

"Ah____kamusku."

Haechan menggengam tangannya erat di atas paha yang tertekuk karena duduk di kursi yang telah disediakan. Saat ini dia sedang berada di atas panggung penerimaan mahasiswa baru, ya. Haechan berhasil menjadi mahasiswa baru terbaik dengan sembilan lainnya.

Tapi sayang.

Bukan dirinya yang menjadi terbaik nomor satu, dia berada di urutan nomor dua. NOMOR DUA! Betapa kesalnya dirinya saat menatap namanya pada papan pengumuman dengan angka dua pada kolom, dia belum maksimal dalam belajar, atau karena kurang beruntung? Sekarang, dia kecewa pada diri sendiri. Tapi yang lebih membuatnya kecewa adalah sosok yang menempati urutan nomor satu, sosok yang menjadi ancaman untuk dirinya.

"Seharusnya aku tidak menolongnya waktu itu, harusnya aku membiarkannya tertidur saja." geram Haechan dengan tetap menatap tangannya yang diletakkan di atas paha.

Laki-laki yang ditolongnya itu kini sedang berdiri di podium untuk melakukan pidato. Harusnya dirinya yang ada di sana. Dengan senyuman yang dibuat semenawan mungkin, laki-laki itu melancarkan kalimat-kalimat motivasi dan rasa syukur.

"Cih cari muka." bisik Haechan pelan.

Dia mengangkat wajahnya kembali, dan sekali lagi dia melihat senyuman laki-laki itu, laki-laki dengan nametag Mark Lee di sana, bahkan marga mereka pun sama.

Menyebalkan.

Mulai saat ini Haechan di dalam dirinya sudah menyematkan nama Mark Lee sebagai musuh nomor satunya. Dia sudah berjanji pada dirinya, dia akan mengalahkan Mark dalam bidang apapun yang diikuti oleh saingannya itu.

 Dia sudah berjanji pada dirinya, dia akan mengalahkan Mark dalam bidang apapun yang diikuti oleh saingannya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

book present krena lapak ini udh 2K...yoksii
enjoy for reading kawan2

dwaekki🐻

[PRSNT 2K] - Support RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang