(3) Workshop

1.9K 261 6
                                    

HARI ini dilakukannya pembacaan naskah, semua pemain melakukan perkenalan dan karakter yang akan diperankan dalam drama. Semuanya berada dalam satu ruangan, ruangan yang luas dengan cermin penuh pada satu bagian dinding. Semua duduk dengan pasangan, cukup banyak yang ikut terlibat, tidak hanya mereka berempat saja. Ada pemain wanita juga dan dia akan memerankan karakter sang perebut pemeran utama, Lee Know. Tapi dari kelihatannya dia mengincar Mark dalam dunia nyata.

Haechan kembali membaca naskahnya, ia sudah mendapat giliran latihan barusan bersama Mark. Namun kata sang pengarah dirinya dan Mark belum mendapatkan sebuah chemistry, padahal mereka harus cocok satu sama lain. Dan kritikan keras melayang pada dirinya, saat casting Haechan baik-baik saja, sang sutradara menyukai tipikal wajah Haechan yang terlihat sedikit cuek dan tengil. Dan itu cocok dengan perannya, tapi saat dihadapkan dengan lawan mainnya, semua itu menghilang.

Sura riuh terdengar, membuat Haechan mengangkat wajahnya sebentar. Di tengah ruangan dengan yang lain duduk di atas lantai, semuanya menyaksikan bagaimana chemistry yang dilakukan oleh kedua pemeran utama; Jisung dan Lee Know. Keduanya hanyut dalam peran masing-masing, seolah mereka adalah karakter itu sendiri. Bagaimana Lee Know menatap Jisung dengan hangat, bahkan membuat tubuh Haechan tergelitik karena hawa yang disebarkan oleh mereka berdua. Jisung memang hebat, dia memiliki bakat yang hebat. Dia dapat mengimbangi akting dari seorang yang sudah beberapa kali main di drama.

"Jangan melamun kita juga bisa melakukannya, yang kita perlu lakukan hanya latihan." Mark datang dengan satu buah minuman di tangan, dan minuman dingin itu dia tempelkan pada pipi Haechan yang terdapat titik-titik keringat.

"Untuk apa kau kemari? Harusnya kau bersama Tania." Haechan menggeser posisinya, perlu digaris bawahi. Dekat-dekat dengan Mark membuatnya mendapatkan serangan alergi seketika.

"Sutradara menyuruhku untuk melakukan pendekatan, bukannya harus seperti itu? Jadi dari tadi kau memerhatikanku?" Mark menaik turunkan alisnya, ia duduk di dekat Haechan, "lawan mainku itu kamu. Jadi wajar saja aku duduk denganmu."

Haechan melirik Mark.

"Jadi jika bukan aku lawan mainmu kau tidak akan duduk didekatku begitu?" Haechan menyambar air dingin yang berada di depannya, meminumnya hingga beberapa tetesnya membasahi leher dan kerah baju yang ia kenakan.

Mark terdiam beberapa saat lalu tersenyum di ujung bibirnya yang tipis.

"Jadi kau cemburu?"

Dan dalam sekejap wajah Mark basah karena disembur oleh Haechan yang masih meneguk air dingin. Mark hanya bisa pasrah mendapatkan air dingin di wajahnya ditambah dengan air liur Haechan yang sudah tercampur di sana. Semua yang berada di sana tidak bisa untuk tidak melihat mereka berdua, Haechan hanya bisa mengucapkan maaf tanpa bersuara.

Dia kembali menghadapi Mark yang sudah menghilangkan beberapa jejak air di wajahnya.

"Untuk apa aku cemburu? Aku bukan kekasihmu, bahkan bukan juga temanmu. Jangan bermimpi."

"Kalau begitu, kau menjadi kekasihku agar aku bisa menikmati wajah cemberutmu itu?" Mark mendekatkan wajahnya dan itu berhasil membuat pipi Haechan memerah.

Dilihat dari dekat pun Mark benar-benar tampan, garis wajahnya benar-benar sempurna, tegas dan mesum tentunya. Tapi Haechan tak peduli akan semua itu, otaknya mulai tak brfungsi sekarang, selalu seperti itu saat Mark mulai mendekati dirinya. Apa karena Mark adalah virus itu sendiri? Virus dan bakteri bagi dirinya.

"Ok cut!" sang sutradara berteriak dari sudut ruangan yang lain, "harusnya kalian melakukannya dari tadi. Pertahankan acting kalian seperti itu saat kita shooting nanti. Kalian berdua benar-benar cocok. Aku tidak salah memilih kalian, ingat itu Haechan. Ekspresimu bagus sekali, aku menyukainya." sang sutradara tersenyum ramah.

[PRSNT 2K] - Support RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang