(10) Dari Teman Menjadi Teman Dekat [End]

2.5K 235 20
                                    

SEMUA sudah berkemas di kamar masing-masing, begitu pun dengan Mark dan Haechan yang sudah siap sedari tadi malam. Haechan dengan bawaannya yang tidak seberapa hendak mengambil tas miliknya tapi ditahan oleh Mark. Dengan tenaga yang lebih kuat ia mengambil semua bawaan milik Haechan, ransel di punggung tas jinjing sebelah kiri. Dan koper yang siapndia tarik dengan tangan kanan.

"Mark biar aku saja."

"Sudah, tidak apa-apa. Bukannya lukamu belum sembuh. Lagipula dekat.  Lebih baik kita bergegas, lebih cepat lebih baik kan? Cepat jalan, kita juga perlu mengembalikan kunci terlebih dahulu." Mark menarik kopernya, berjalan melalui Haechan kemudian laki-laki berkulit tan itu hanya bisa mengekori kemana Mark pergi.

Haechan berbincang dengan Jisung, menunggu Lee Know dan Mark yang tengah menaruh barang di dalam bagasi bus. Sedangkan yang lain satu per satu sudah masuk ke dalam bus satu dan bus lainnya.

"Ayo." ajak Jisung pada Haechan, namun segera ditolaknya karena Mark tidak kunjung datang.

"Duluan saja, hmmmm___aku sedang menunggu Mark. Ada sesuatu hal yang penting."

Jisung dan Lee Know hanya saling memandang, tidak ingin bertanya. Keduanya kini naik ke dalam bus dan duduk berseblahan tentunya.

Haechan masih setia menunggu, dengan sepatu yang diketuk di aspal dia memandang Mark yang kini sudah selasai dan berjalan ke arahnya. Namun tidak lama setelah itu, dari aeah belakang datang Tania dengan wajah memelas. Berbincang sebentar, sebelum Mark benar-benar meninggalkan Tania dengan wajah penuh kekesalan.

"Kenapa belum naik?"

"Aku, menunggumu. Bisakah kita duduk berseblahan saja?"

Mark yang mendapatkan pertanyaan malu-malu itupun tampak senang. Bahkan dia tidak peduli terhadap Tania yang kini melewati mereka berdua, menatap dengan tatapan tidak suka. Dari arah belakang tubuh Haechan, pun lini datang sosok yang amat sangat menyebalkan. Wajahnya masih memar, segera dirangkulnya Haechan dan itu membuat si empu sedikit terkejut.

"Tentu, aku juga memang berencana untuk duduk di sebelahmu. Haechan." Mark dan pak Song tanpa sepengetahuan Haechan saling menatap tajam.

Selepas pak Song naik ke dalam bus. Dilepasnya Haechan.

"Sebelum kita masuk ke dalam bus, ada satu lagi yang harusnya aku berikan padamu tadi malam selain dari bunga itu."

"Ha? Memang apalagi?" tanya Haechan kebingungan.

Dari dalam saku celana yang dikenakannya. Mark mengeluarkan dua pasang gelang yang dibelinya tadi malam di bocah laki-laki yang memiliki keramahan lokal. Diraihnya pergelangan tangan kiri Haechan dan dipasangkan gelang yang berwarna cerah. Sedangkan di pergelangan tangan kirinya sendiri Mark pasangkan gelang yang lebih gelap.

"Bagaimana? Kau suka?"

Haechan menatap pergelangan tangannya dan pergelangan tangan Mark sebelum mengangguk mengiyakan.

"Iya aku suka, terimakasih. Aku sampai lupa untuk membeli oleh-oleh."

"Nah, pas kalau begitu. Anggap saja ini oleh-oleh. Ayo masuk."

Mark menautkan tangannya dengan tangan Haechan, mereka naik bersamaan dengan Mark yang berada di depan. Tepat di barisan depan ada pak Song dan Tania, dan saat keduanya melewati barisan itu. Dapat Mark rasakan bahwa tautan tangannya menguat, ia sadar jika kejadian tadi malam masih membuat Haechan takut tentunya untuk bertemu dengan dua manusia yang menjebaknya. Terutama dengan pak Song yang mungkin melayangkan kalimat-kalimat ancaman, tapi yang Mark lakukan adalah menerima rematan di tangannya yang menguat sekaligus memeberikan tatapan tidak bersahabat pada pak Song tentunya.

[PRSNT 2K] - Support RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang