(1) Casting

2.6K 274 6
                                    

"HAECHAN! Cobalah terlebih dahulu, tidak ada salahnya bukan?" Han Jisung, atau yang lebih dikenal dengan nama Jijie itu menarik tangan sang teman satu angkatan. Bahkan satu kos-kosan, mereka sengaja menyewa satu unit kos-kosan yang sedikit besar untuk dibayarnya berdua. Dari sejak itu mereka selalu terlihat bersama dan menjadi teman baik.

"Aku tidak mau, sebentar lagi ujian dan aku tidak mau melakukannya, aku harus menyiapkan materi dan juga harus belajar. Dan satulagi. Itu bukan keahlianku." Haechan menutup tas miliknya, dia sudah membereskan barang-barang miliknya siap kembali ke kos-kosan untuk merebahkan tubuhnya yang sedari tadi malam belum mendapatkan tidur yang cukup dikarenakan begadang menyiapkan materi.

Selain menjadi mahasiswa yang pintar melebihi yang lain dengan IQ di atas rata-rata. Haechan walau baru menginjak semester tiga sudah dipercaya menjadi asisten dosen disalah satu mata kuliah, selain mendapatkan nilai plus. Dia juga mendapat bayaran, bisa digunakan untuk membayar uang kos dan juga untuk jajan. Berbanding terbalik dengan teman seangkatannya yang sekarang berada di depan dirinya. Walau diakui bakat seni Jisung bisa dibilang di atas rata-rata juga, bahkan Haechan bingung kenapa Jisung bisa lulus di Fakultas Ekonomi sedangkan bakat seninya sungguh bisa dibilang luar biasa.

Jisung mempoutkan bibirnya membuat pipinya yang bulat semakin bulat dan mengembang. Pantas saja ia dijuluki Quokka oleh teman-teman sekelasnya.

"Ayolah Haechan, ini untuk kelangsungan hidup kita. Bukankah bulan ini bayaranmu belum ditransfer? Sedangkan kita harus membayar secepatnya, kau tau ibu pemilik kos amatlah pemarah, sedangkan aku tidak ingin pindah dari sana. Aku menyukai tempatnya, dan aku sungguh malas jika harus berbenah untuk pindah." Jisung terus saja mengekori Haechan bahkan saat dia sudah melewati pintu ruangan.

Haechan berhenti.

"Aku tidak mau, biar aku saja yang berbicara dengan ibu kos. Aku akan mengatakan jika bulan ini dan bulan depan kita bayar sekaligus. Kau tidak perlu khawatir Jie." Haechan memperbaiki letak jas selempang nya, tak lupa jas jinjing yang berada di tangan yang sama. Lorong kampus diisi oleh orang-orang yang juga baru keluar dari dalam kelas dan ada beberapa diantaranya masih belajar.

"TAPI MARK LEE IKUT DALAM CASTING INI!" Jisung berteriak, beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang berada di lorong menatapnya menghentikan kegiatan mereka hanya untuk menatap Jisung yang membuat kehebohan.

Langkah Haechan yang semula cepat kini kembali berhenti, genggaman pada tali tasnya mengerat, dia memutar tumit. Berbalik menatap teman satu kosnya itu yang tengah nyengir dengan tanda peace yang sudah mengambang di udara, matanya menyipit. Jisung yang menatap balik sang teman satu kamar kini menemukan secercah harapan. Untung saja sang musuh (menurut Haechan) juga ikut melakukan casting ini. Dengan mudahnya Haechan terpancing.

Kini laki-laki berkulit tan itu berdiri di depan Jisung dengan mata yang berapi-api, satu semangat yang sangat dikenali oleh Jisung. Semangat untuk bersaing.

"Kau yakin dia akan ikut?" tanyanya kembali.

Jisung mengangguk.

"Aku sangat yakin, tadi pagi aku melihatnya membawa poster yang sama persis dengan milikku. Temanya yang kukenal juga mengatakan seperti itu. Aku yakin dia akan ikut, kudengar juga dia ingin mendapatkan pengalaman."

Haechan terdiam, dia masih memikirkannya sebentar. Sebenernya dia tidak yakin apakah dia mampu untuk berakting, dia tidak suka dengan banyak orang yang menatap ke arahnya. Tapi mendengar nama Mark juga imut membuat jiwa kompetitifnya membara, ada perasaan ingin meraih sesuatu dari itu. Jika dia ingin mengalahkan Mark, tentu saja harus dalam segala hal. Pikirnya.

"Baiklah kalau begitu, aku akan ikut. Diamana dan kapan casting itu akan berlangsung? Apa kau memiliki refrensi atau bahan yang akan digunakan untuk itu? Aku harus mempelajarinya."

[PRSNT 2K] - Support RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang