Hinata tak berhenti merutuki dirinya sendiri, matanya bergerak gelisah mengetahui bahwa ia terdampar di tempat yang tak tertulis dalam listnya hari ini.
Matanya menatap Jengkel pada seorang pria yang tadi sore memaksanya untuk ikut, hinata sudah menolaknya tapi pria itu tetap saja memasaknya, demi apapun hinata tak sedang dalam mood baik untuk sekedar berbasa-basi dengan kenalan lama seperti ini.
Mood hinata sedang buruk, sangat buruk.
Bukannya takut dengan aura gelap yang menguar dari tubuh hinata, pria itu malah terkekeh geli, ekspresi hinata yang kesal seperti ini selalu menjadi hiburan untuknya.
"Kau menatapku seolah ingin menelanku hidup-hidup".
"Memang". Jawab hinata ketus, tapi meski begitu orang di depannya sama sekali tak tersindir, pria itu malah meminum caffe lattenya dengan tenang seolah sikap hinata padanya hanya angin lalu.
Melihat itu hinata bertambah kesal, emosinya benar-benar memenuhi aliran darahnya, sial....
"Apa maumu?". Akhirnya pertanyaan itu keluar, hinata tak mau berbasa-basi lebih lama lagi.
"Tetap sama dan tak akan berubah, mauku itu kau".
Hinata mendengus pria itu bahkan lebih keras kepala ketimbang dirinya, berapa kali hinata harus menjelaskan bahwa ia masih terikat pada sebuah pertunangan yang hinata rencanakan sendiri, pertunangan yang memang ialah pengusulnya.
"Toneri....-".
"Aku akan menunggunya, kau dan dia tidak serasi sama sekali".
Hinata cengo sendiri, bukan masalah menunggu atau apa, tapi disini hinata sedang tidak dalam suasana hati baik untuk memperdebatkannya.
"Okay lupakan masalah itu, sekarang... apa kau kembali ke jepang hanya untuk ini?".
Pria yang dipanggil toneri hanya mengedikkan bahunya, "menurutmu". Gumamnya dengan ketidakpedulian akan ekspressi wajah hinata yang sedang kesal.
Hinata mendengus, semua pria sama saja, tidak peka, tidak peduli dan sangat menjengkelkan, hinata membencinya.
"Toneri, kau tau kan akibat jika bermain-main denganku?".
Perkataan hinata yang terdengar serius serta tatapan tajam yang mengintimidasi membuat toneri hanya berdehem untuk mencairkan suasana, hinata memang tak pernah bisa diajak bercanda kalau moodnya sedang kacau.
"Aku hanya bercanda jangan dianggap serius dear".
Hinata hanya menghembuskan nafasnya, seperti biasa toneri selalu membuat emosinya terombang ambing seperti sekarang ini.
Melipat tangannya di depan dada, hinata kembali memperhatikan pria yang duduk di depannya, kalau dipikir-pikir toneri tak banyak berubah, pria itu masih sama, tampan, pikirnya.
"Berhenti memandangiku seperti itu, atau aku akan salah mengartikannya".
Hinata memalingkan wajahnya, ia mengambil cangkir lattenya lalu meminumnya sedikit demi menghindari tatapan toneri yang mengejek, tertangkap basahkah?.
"By the way, aku melihatmu di pesta itu!".
"Kau datang?".
"Ya...aku ingin tau seperti apa wajah orang yang berhasil membuatmu menolakku".
"Sekarang kau tau".
Toneri mengangguk, ia bukan orang bodoh, ekspressi bahagia hinata saat sasuke mengajaknya berdansa tak teralihkan dari pandangannya, fakta bahwa hinata mencintai sasuke menjadi kendala yang cukup besar untuk misinya mendapatkan hati wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot (Tamat)
Teen Fiction19+++ Haruskah hinata membuang semua yang melekat pada dirinya setelah berhadapan dengan pria itu?. "Mau bermain?". dengan kewarasan yang masih tersisa hinata membuang jauh-jauh harga dirinya dan mulai merayu sang cassanova, uchiha sasuke.