Selepas kunjungan mendadak ke rumah Wonpil sepekan yang lalu, Jae tak lagi melihat batang hidung Si Pemuda Kelinci. Entah karena dirinya sekarang selalu sibuk di studio musik untuk latihan, atau memang karena takdir sedang tak berpihak pada mereka saja.
Jae seringkali berharap bahwa sesekali Wonpil berkunjung ke studio mereka, meski hanya untuk menemani Yoon Dowoon saja. Namun, harapannya itu selalu saja nihil.
"Sendiri aja, Woon?" Seperti biasa, Jae bertanya kala Dowoon-pemuda yang kini resmi menjadi drummer band Enamhari itu tiba di studio.
Dowoon yang jengah mendengar pertanyaan itu, hanya memutar bola mata.
Jae masih menatap pintu masuk, binar harapan di matanya masih terpancar. Hingga beberapa detik kemudian, sinar tersebut redup perlahan. Penantiannya lagi-lagi tak berbuah manis. Kelinci kecilnya tak kunjung menampakkan diri.
Dowoon menyaksikan redupnya sinar dari netra sewarna arang. Gelagat seniornya menunjukkan bahwa firasat pemuda itu mungkin benar.
"Kak, bukannya gua nggak sopan nih, ya. Gua cuma mau tanya. Lu suka sama temen gua?" Akhirnya, Dowoon berani mengemukakan apa yang ada di pikirannya.
Jae mengalihkan pandangan pada Dowoon seketika. Namun, pria itu hanya terdiam. Bibirnya masih merekat, tak ada tanda-tanda untuk menjawab.
Keadaan berubah canggung, hingga pintu studio terbuka dan muncul Sungjin pun Brian dari baliknya.
Tanpa jawaban, pertanyaan tadi hanya menguap bersama lantunan melodi yang kemudian Enamhari mainkan.
Sedang dalam hati seseorang, kalimat itu masih terputar jelas. Menggema dan berkecamuk dengan pertanyaan yang muncul dari dirinya.
Benarkah?
***
Wonpil rebah di pembaringan. Netranya lamat-lamat menatap plafon kamar tidur dengan tatapan kosong. Hujan dan lantunan nada dari piano sore itu masih menghantuinya. Menimbulkan rasa takut, namun hangat sekaligus.
Jemarinya begitu cantik ketika menari di atas piano
Wonpil berbicara dalam hati.
Perlahan, pemuda itu mengangkat tangannya ke udara, kemudian menatap jemarinya dengan sendu.
Mengapa milikku tak pernah secantik itu?
Beruntung, sebelum terlalu larut dalam lamunan serta rasa sakit yang mengikuti, bunyi notifikasi dari telepon genggam milik Wonpil mengembalikan pemuda itu ke dunia nyata.
Sudah merasa lebih baik?
Seulas senyum terukir di bibir Wonpil ketika membaca pesan yang kini muncul di layar. Pemuda itu pun membalas pesan dengan segera.
Latihannya udah selesai?
.
.
.
.
.Holla, Readers!
Sedikit sharing aja, cerita ini bagiku adalah sebuah cara untuk healing. Terlepas dari bagus atau tidaknya, itu aku kembalikan ke kalian. Meski nanti hanya satu atau dua pembaca yang tersisa, meski aku butuh waktu lama untuk menyelesaikannya, semoga semua tak keberatan, semoga semua tak jadi sia-sia❤️

YOU ARE READING
MELLIFLUOUS | Jaepil
Romancemel‧li‧flu‧ous /məˈlɪfluəs/ (adj) A mellifluous voice or piece of music sounds pleasantly smooth. Musik memang milik semua orang, namun Kim Wonpil hanyalah milikku seorang -Jae Ft. Day6 Members