mel‧li‧flu‧ous
/məˈlɪfluəs/
(adj) A mellifluous voice or piece of music sounds pleasantly smooth.
Musik memang milik semua orang, namun Kim Wonpil hanyalah milikku seorang -Jae
Ft. Day6 Members
Wonpil menggandeng tangan Dowoon agar sahabat sehidup sematinya itu bergegas. Dowoon berusaha mengikuti kecepatan langkah Wonpil. Awalnya dia heran, mengapa Wonpil bisa sangat bersemangat seperti ini hanya untuk menonton sebuah pertunjukan band kampus, band bernama Enamhari, bandnya-itupun kalau ia diterima nanti.
Tidak biasanya Wonpil begitu excited dengan pertunjukan seperti ini, apalagi di hari Minggu pagi. Jangankan untuk pergi keluar rumah, untuk beranjak dari kasur saja pria muda itu sudah ogah-ogahan.
Hari ini memang hari penutupan pameran universitas yang telah dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut. Khusus hari penutupan ini, pihak universitas melaksanakan beberapa pertunjukan dari Unit Kegiatan Mahasiswa, salah satunya ya, band kebanggaan universitas itu. Tak heran, ketika Dowoon dan Wonpil sampai di halaman utama, mereka bisa melihat kepadatan yang luar biasa. Padahal pertunjukan baru akan dimulai sekitar satu jam lagi.
"Pil, apa gua bilang, kita udah kesiangan. Itu orang-orang udah pada datang dari subuh biar dapat tempat paling depan!"
Dowoon mengomel, berharap Wonpil mengurungkan niatnya. Sebab jujur, ia enggan berdesak-desakan.
"Loh, kata siapa kita harus desak-desakan? Nih, aku punya dua tiket VIP."
Wonpil tersenyum lebar sembari menunjukan dua buah tiket VIP yang bahkan katanya sudah soldout sejak hari pertama.
Dowoon sempat terkejut, dari mana temannya itu bisa mendapatkan tiket? Tidak mungkin kan pria reinkarnasi koala penyuka tidur ini ikut war tiket?
Tapi, bukan Dowoon namanya jika ia tak bisa memanfaatkan peluang sebesar ini. Gaskeun aja lah, kapan lagi ia bisa menonton calon bandnya secara gratis? VIP pula. Hitung-hitung berdaptasi dengan lingkungan barunya nanti-jangan lupa, itupun kalau dia diterima.
Oh iya, asal kalian tahu, tiket VIP di sini memiliki banyak keuntungan. Pertama, dapat mengunjungi back stage secara bebas. Asal tidak menganggu crew dan artis saat sedang persiapan. Kedua, posisi mereka ketika menonton pertunjukan ada di dalam pagar-tempat paling dekat dari panggung. Meski sama-sama berdiri, tapi itu worth it. Toh, tiket VIP tidak banyak, itu membuat mereka tak perlu berdesak-desakan.
Wonpil dan Dowoon segera menuju belakang panggung. Saat akan memasuki ruangan, terdapat seorang bodyguard berbadan tegap yang menghalangi jalan mereka. Wonpil yang paham segera menunjukan tiketnya. Sepersekian detik, Bodyguard itu menaik turunkan kacamata yang ia gunakan, memperhatikan Wonpil dengan seksama lebih tepatnya.
"Tunggu sebentar," ujar bodyguard itu, sembari menuju ke dalam ruangan.
Setelah kurang lebih dua menit berlalu, akhirnya bodyguard itu kembali dengan membawa bingkisan kecil. Kemudian ia menyerahkannya pada Wonpil.
"Ini merchandise, untukmu."
Kim Wonpil mengucapkan terima kasih sembari menerima bingkisan tersebut.
"Hanya satu?" Dowoon bertanya, melihat bingkisannya hanya ada satu, dan diberikan untuk Kim Wonpil seorang.
"Seseorang akan menemuimu di dalam, nanti dia yang akan memberikannya," pungkas bodyguard itu.
Setelahnya, dua pemuda tadi bergegas menuju ke dalam ruangan. Tempat segala persiapan dilakukan.
Jika tadi di awal Kim Wonpil yang begitu excited untuk datang ke pertunjukan ini, di sini, di tempat instrumen berkumpul, terdapat Yoon Dowoon dengan mata berbinar. Lelaki muda itu berlarian menghampiri semua instrumen favoritnya, terkhusus drum bernuansa silver-black yang tersusun megah di tengah instrumen lainnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Yap, semua instrumen itu memang belum diletakkan di panggung. Sebab, panggung masih dipenuhi oleh alat-alat yang mendukung penampilan UKM lain.
"Pil!! Sumpah, lu harus lihat ini. Anjir, keren banget! Mahal nih pasti," Dowoon amat sangat menggebu-gebu.
"Pil?" Dowoon menoleh saat ia tak mendapatkan respons apapun dari temannya itu. Di sisi lain, ia dapat menyaksikan Wonpil yang terdiam memandangi sebuah piano yang juga tak kalah indah.
Baru saja Dowoon hendak menghampiri Wonpil, pergelangan tangannya digenggam oleh seseorang.
"Eh, Kak Brian? Ada apa, Kak?" Tanya Dowoon setelah mengenali orang yang menggenggam pergelangan tangannya.
"Gua mau ngasih merchandise stand pas lu daftar kemarin, sekalian juga sama merchandise performs hari ini," Brian menjelaskan.
"Ohh.. Terus barangnya mana, Kak?" Dowoon bertanya lagi, bingung sebab manusia di hadapannya ini berdiri dengan tangan kosong.
"Di meja rias gua, lu ikut yuk, bentar doang. "
"Tapi, Kak, Si Wonpil-"
Belum juga Dowoon menyelesaikan ucapannya, Brian sudah menyeretnya menjauh dari tempat kumpulan instrumen itu.
"Nih, simpen baik-baik ya," ujar Brian sembari memberikan dua bingkisan berisi merchandise pada Dowoon. Pemuda yang diberi bingkisan hanya berdeham pelan sembari menerimanya. Entah kenapa, dirinya merasa canggung saat berdua bersama tetangganya ini.
"Gua nggak nyangka lu bakal ikut war tiket juga, saking ngefansnya sama gua, " lagi-lagi Brian yang memulai pembicaraan.
"Eh? Bentar-bentar, siapa yang bilang kalau gua ngefans sama kakak?" Dowoon menaikan sedikit oktafnya. Manusia di hadapannya ini masih narsis seperti dulu ternyata.
"Hahahaha, ya terus? Enggak mungkin kan lu jadiin alasan war tiket VIP buat alasan diterima jadi member? "
"Dih, enggak lah!! Gua itu percaya sama skill gua. Enggak usah nyogok juga gua udah yakin bakal diterima."
"Terus itu tiket lu dapat darimana?"
"Enggak tahu, tuh Si Wonpil dapat darimana. Gua sih nurut-nurut aja buat ikut. Gratisan mana bisa ditolak,"
Brian yang mendengar tuturan Dowoon hanya menggeleng-gelengkan kepala, tak habis pikir.
"Udah ya, Kak! Gua balik ke Wonpil dulu," ujar Dowoon kemudian.
Brian tersenyum
Lu ternyata nggak berubah, ya, Woon.
*** Hai, Guys! Gimana ceritanya?? Bosenin nggak sih? Maafkan aku yang memang nggak begitu baik dalam menggambarkan suasana atau mendeskripsikan suatu hal. Makanya, di cerita ini aku selipkan gambar dengan harapan kalian paham dan mengerti terkait apa yang aku maksud. Semoga kalian enggak keberatan ya!! Enjoy the story! Jangan lupa vote kalau suka dan comment buat jadi masukan aku ya❤