CHAPTER 11

75 8 0
                                    

Giselle pikir kejadian ini hanyalah mimpi namun dengan keras kenyataan menamparnya. Mataharinya pergi meninggalkannya sendirian tanpa adanya ucap kata pamit pada dirinya. Gadis itu menangis di samping pusara laki-laki manis pemilik cerita indahnya di temani dengan sang sahabat Giselle mengusap tanah basah itu.

" Mungkin kata sabar  bagimu telah memuakkan tapi nyatanya kamu harus begitu sabar dan mengikhlaskan dia, aku tahu ini sulit tapi aku memintamu untuk perlahan lepas dari dia. Masih ada aku, aku pun begitu sangat sulit melepaskan kepergian dia tapi kamu tahu apa yang dia pinta sebelum pergi?" Sekilas Giselle menoleh menunggu sahabat nya itu kembali berbicara.

" Bahagia mu dan senyum indahmu," pria itu melangkah memeluk tubuh tubuh rapuh giselle dia sendiripun menangis di bahu kecil giselle.

" Mau seberapa sering kamu menyalahkan kenyataannya? bukan kamu pelakunya, bukan salahmu atau siapapun itu, ini jalan tuhan takdir tuhan yang sudah semestinya begini," pria itu kembali berbicara dengan mengusap lembut air mata giselle.

" Ikhlas kan ya?" Ia bertanya lirih meminta giselle melepaskan semuanya.

Dengan perlahan giselle mengangguk ragu, " Sekarang aku ikhlas dengan pergi mu, tapi kamu harus tau ya? Kamu satu-satunya manusia yang punya ruang luas di hati aku, aku berjanji tidak akan membuka ruang ini untuk siapa pun selain kamu, tolong tidur dengan nyenyak di surga tuhan ah aku juga titip salam kepada Mama? Bilang kalau aku rindu, sangat." Giselle berkata dengan bibir bergetar menahan sekuat tenaga agar tidak menangis lagi.

Sedang, pria di sampingnya menahan isak tangis air matanya telah luruh sejak tadi saat giselle berbicara. Dia Narendra Fasha Julian atau kerap di panggil Nana, laki-laki bergigi kelinci yang menggemaskan dan sangat imut saat tertawa sahabat Giselle dan juga Hema ( Hema yang di maksud disini tokoh yang meninggal ini ya!).

Dari kecil mereka bersama dan juga satu lagi sahabat mereka sayang nya ia sedang tidak berada di bandung melainkan di china untuk mengurus studi dan juga perusahaan nya. Namanya Renjana dia sama dengan giselle dan juga nana dia juga memiliki senyum manis sangat manis bahkan. Ah, jangan lupakan satu lagi bagian dari mereka yaitu Mahen si paling freindly dari mereka semua.

" Sudah cukup bersedih nya sekarang kita pulang," Nana menuntun Giselle untuk berdiri namun tertahan karena giselle menggeleng kan kepalanya menolak.

" Untuk hari ini aku ingin melihatnya lebih lama lagi," kata giselle sendu

" Sudah gelap kamu bisa datang kemari kapan saja dengan ku," Nana mencoba memberikan pengertian.

" Baiklah," pada akhirnya Giselle menurut sebelum pergi giselle menyempatkan untuk mencium nisan Hema.

Mereka berjalan dengan pelan dengan Nana yang merangkulkan tangannya di bahu giselle.

" Ayo semangat bersinar kembali menjadi bunga untuk matahari," Nana mencoba untuk mencairkan suasana.

" Besok antar aku keliling taman dengan sepeda ya?" Kata giselle.

" Siap tuan putri," jawab Nana menjawil hidung Giselle.

" Lihat itu, cewek itu harus cantik kayak kakaknya itu jangan ingusan kaya gini Jela!" Suara seorang anak kecil di sebrang jalan pemakaman.

" Kamu itu sewot banget jadi human i not not like ya! Listen to me im beautiful kapan pun karena aku ini princess, princess Jel," si cewek berkata gemas mempout bibirnya lucu.

Giselle sedikit tertawa saat melihat perdebatan antara mereka terlebih si laki-laki mungil dengan hanya dua gigi di depannya.

Giselle mendekat, " Hai," sapa giselle ramah.

GISELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang