Cukup lama mereka berpelukan, sebelum pada akhirnya Narendra membuka sara.
" Berhenti berpikir jika kamu adalah penyebab kepergian Hema, Giselle. Semua ini garis Tuhan yang memang sudah di takdir kan seperti ini. Untuk segala perasaan yang ada, aku tidak meminta untuk melupakan namun aku meminta untuk perlahan mengikhlaskan. Bukankah level tertinggi dari mencintai adalah ikhlas? " Tegas Narendra.
" Untuk menyesali suatu keterlambatan bagiku hanyalah sia-sia." Imbuhnya.
Giselle termenung yang dikatakan Narendra itu semua adalah kebenaran. Akan tetapi, sekuat apapun diri menyangkal jika yang dilawan adalah hati tetap saja yang ia dapatkan kekalahan.
" Namun, segalanya ini bermula dari aku Nana," lirih Giselle.
" Masa lalu ini tidak dimulai oleh siapapun Gii----"
"... Aku mohon... kamu berhenti menjadi kamu yang sekarang, berhenti untuk mengalihkan segalanya Giselle dan yang terpenting... Berhenti menjadi model," Narendra berucap memohon kepada Giselle.
Giselle terkejut mendengar perkataan Narendra sedikit tidak percaya jika Narendra memintanya untuk berhenti menjadi publik figur bukankah dulu Narendra sangat mendukung nya.
" Apa maksudmu Na?" Giselle bertanya dengan tenang bahkan saat ini ia masih tersenyum tulus kepada Narendra.
" Dunia model tak sebersih seperti yang sedang kamu jalani sekarang Gii," ucap Narendra.
Ah, Giselle paham ternyata sahabat nya ini sedang mengkhawatirkan nya.
Giselle tertawa pelan " jangan terlalu berpikir terhadap hal yang belum tentu terjadi Nana,"
" Tanpa kamu beritahu pun aku sudah tahu jika dunia ini jahat Nana,"
Setelah tidak ada lagi yang bersuara Giselle menikmati hembusan angin sore ini dengan kepala yang sedang mengingat kenangan manis yang pernah dia ukir bersama orang-orang manis dalam hidupnya. Sedangkan Narendra mengamati wajah damai Giselle yang sedikit di tertepa angin danau mengagumi ciptaan indah Tuhan di sampingnya. Narendra sadar ucapannya tadi menyinggung Giselle namun sungguh Narendra mengatakan itu sebab ia merasa akan terjadi hal yang lebih buruk kepada sahabatnya itu.
***
Malam nya Giselle dan Yoora pergi makan malam di restoran kota Kasablanka. Sejak pertama masuk area restoran banyak mobil-mobil mewah terparkir di sana. Giselle berpikir akan ada private party atau semacamnya.
Giselle duduk di meja yang telah mereka pesan, view yang sangat pas dengan kaca di depannya dan kolam renang cocok untuk berfoto.
Saat mereka sedang menikmati hidangan, mereka di kejutkan dengan suara letusan petasan dan balon yang berasal dari sekumpulan remaja muda.
( Anggap saja percakapan mengunakan bahasa Korea)
" Apa yang terjadi?" Tanya Yoora.
" Mungkin mereka sedang mengadakan party," jawab Giselle tampak biasa saja karena sudah menjadi kebiasaan remaja jakarta mengadakan party di restoran seperti ini.
" Wah itu sangat keren mereka sangat terlihat seru,"
" Giselle lihat pria berambut hitam panjang itu, sangat tampan,"
Ck. Tidak di Korea tidak di Indonesia Yoora selalu membahas tentang pria tampan.
Giselle mengalihkan pandangannya dari makanannya menatap pria yang di katakan Yoora barusan.
Tidak mengelak pria itu memang tampan namun berantakan tampang preman pikir Giselle.
" Lebih berkharisma yang di sebelahnya yang itu seperti preman," komentar Giselle
KAMU SEDANG MEMBACA
GISELLE
Teen Fiction[ SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE HARAP FOLOW DULU] *** Mewujudkan cita-cita sebagai model terkenal mengharuskan Giselle untuk merantau di negri ginseng. Bermodalkan tekad dan keyakinan Giselle mencoba beradaptasi dengan budaya disana. Namun, sialnya sa...