◃───────────▹
Ringisan kecil keluar dari bibirnya ketika kapas dengan tetesan obat merah itu sengaja ditekan ke lukanya. Rayan melirik kecil cewek yang sejak tadi masih diam, tak mengeluarkan sepatah kata pun.Dan mereka diam disini sudah hampir satu jam. Terakhir, luka bagian sisi bibirnya. Kayla sedikit menghela nafas, membalas tatapan Rayan.
"Kay ...," cicit Rayan entah ke berapa kalinya.
Sama seperti sebelumnya, Kayla hanya mendengus dan membalikan badannya untuk mengganti kapas.
"Sayang ... Mau sampe kapan diem gini?"
Kayla memutar bola matanya. Di saat seperti ini Rayan memang selalu menggunakan intonasi yang lembut. Entahlah apa gunanya, intinya Kayla selalu berhasil luruh.
"Kay ...."
"Ngedongak." Akhirnya, satu kata keluar dari bibir Kayla. Walaupun nadanya terkesan sangat tajam tapi mampu membuat Rayan sedikit lega.
"Marah ya?"
Tetap tak menjawab, Kayla hanya membalas tatapan Rayan sekilas.
Tak berselang lama, tangannya pun di jauhkan karena semua luka pacarnya telah selesai diobati.
"Kayla mau sampe kap—"
"Diem. Gue ngomong juga gak ada gunanya, lo gak dengerin kata-kata gue," potong Kayla. Kali ini matanya benar-benar menatap bola mata Rayan.
Cowok yang sejak tadi duduk di atas brankar sekarang turun dan menghampiri Kayla yang tengah mencuci tangannya di westafle.
"Kay dengerin dulu dong." Raut cemas jelas terlihat pada Rayan. Bagaimana bisa tenang? Melihat Kayla yang sangat marah seperti ini, hatinya tidak akan tenang.
Apalagi tadi, saat pukulan keras terkena pada dirinya, cewek itu menangis deras. Untungnya, Aldi langsung berhenti saat itu juga.
Mungkin dia juga sama tidak teganya melihat Kayla yang menangis seperti itu.
"Gue harus ke Ruang Osis. Terserah lo mau ngapain." Kayla melangkah, hendak meninggalkan UKS sebelum suara Rayan membuatnya menghentikan langkah.
"Aldi bilang bakal rebut lo lagi dari gue," ungkapnya terdengar putus asa. Melihat Kayla menghentikan langkahnya, Rayan meneruskan ucapannya, "gue udah berusaha tenang dan ga kebawa emosi, tapi dia bilang lo juga masih ada rasa sama dia. Itu sebabnya kenapa gue bisa mukul dia."
Kayla menarik nafas, terkekeh kecil. Tawanya terdengar tidak menyenangkan untuk di dengar, Rayan tidak menyukainya.
"Sumpah, lo kayak gak kenal gue aja. Bisa-bisanya lo percaya sama dia kalo gue masih ada rasa, padahal lo bisa liat sendiri gimana khawatirnya gue liat lo dipukulin gitu. Lo gak mikir apa gimana sih?" ujar Kayla dengan intonasi tinggi, mengeluarkan segala unek-uneknya.
"Kalo lo emang udah gak ada rasa, kenapa lo kontakan lagi sama Aldi?" Rayan benar-benar emosional. "Lo juga gak ngerti gue Kay. Gue ... bener-bener takut kehilangan lo, gue gak punya siapa-siapa lagi selain lo. Lo satu-satunya cewek yang bisa gue percaya, gue gak mau sampe lo pergi dan lepas dari gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin Berandal
Teen FictionCeweknya murid teladan. Cowoknya murid berandal. Kata orang mereka berdua ga pantes, tapi kata Rayan sama Kayla ini adalah perpaduan yang pas. Meski kadang beda pendapat, tapi siapa sangka kalo keduanya ini dapat julukan pasangan terbucin di sekolah...