#30 : Putus

3.3K 161 8
                                    

Sebelum baca jangan lupa follow gadiskuningan, vote dan komen yaa💐

Share juga ke teman-teman kamu kalo cerita ini menarik👍

◃───────────▹

"Kan bisa lewat gerbang depan, telat sepuluh menit doang mah hukumannya gak seberapa. Lagian kayak gak biasa aja. Ini alesan lo aja 'kan males sekolah. Ngerubah diri emang gak gampang, makanya lo harus bener-bener usaha. Apa kata Papa coba kalo tau lo bikin ulah lagi?"

Rayan mengangguk-anggukan kepalanya saja, membalasnya dengan kata maaf.

"Lo dengerin gue ngomong gak sih?" Kayla menoleh dengan kesal.

"Di dengerin sayang, udah jangan marah-marah nanti capek." Rayan mendekatkan kepalanya pada pelipis Kayla lalu menciumnya kilat. Kesempatan di lampu merah.

Kayla berdecak kecil membuat Rayan yang memperhatikan wajah pacarnya itu terkekeh gemas. "Di cium malah ngedecak gitu, kenapa?"

Kayla memalingkan wajahnya yang merona. "Lo. Doyan banget bikin gue deg-deggan."

"Oh blushing." Rayan mengangguk paham. Selain modus, Rayan juga melakukan ini agar Kayla bisa menutup mulutnya. Karena mulai dari Rayan menjemput Kayla di ruang osis sampai di mobil, bahkan tadi, mulutnya itu terus mengomel membuat Rayan gemas sendiri.

Tapi itu lebih baik. Rayan lebih menyukai Kayla mengomel, memarahi, dan menasehatinya ketika merasa kesal pada dirinya daripada harus mendiamkan Rayan seperti beberapa waktu lalu. Itu lebih menyeramkan untuk Rayan.

"Kok diem? Udah ngomelnya?" tanya Rayan bergurau, ia kembali menjalankan mobilnya.

"Capek," ketus Kayla.

"Ya udah, ke resto yang depan mall dulu ya?"

"Ngapain?"

Rayan mendengus, pertanyaan macam apa itu. "Ngamen."

"Ih! Katanya mau ke bioskop, gimana sih."

Rayan tak segera menjawab. Cowok itu memilih menepikan mobilnya lebih dulu di parkiran resto tersebut. Setelah mesin mobil berhenti, Rayan menoleh pada Kayla yang memanggil namanya seperti anak kecil.

"Makan Mikay. Katanya capek?" jawabnya menjawil hidung Kayla.

"Kan bisa makan popcorn aja."

"Emang kenyang? Nggak 'kan. Gih turun, gue udah lapar."

Mau tak mau, Kayla turun setelah memakai sweeter kebesaran milik rayan yang panjangnya mencapai setengah roknya. Tapi itu tidak masalah bagi Kayla, yang terpenting wangi ciri khas Rayan tercium.

Usai mengunci mobil, Rayan menggandeng Kayla untuk masuk ke dalam resto tersebut yang seketika langsung menjadi sorotan sesaat.

Kayla menunjuk meja di pojok, dekat kaca.

"Gak mau di atas?"

Kayla menggeleng, "nggak deh. Lama lagi."

Rayan menurut saja, dimanapun yang penting ia bisa makan. Wajar ia kelaparan seperti ini karena di sekolah tadi Rayan hanya sempat memakan dua bungkus roti. Itupun di jam istirahat kedua. Penyebabnya karena Rayan dan yang lainnya di hukum menyedot debu seluruh lab bahasa dan lab computer di sekolah.

Bucin Berandal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang