C H A P T E R | | 0 6

714 113 11
                                    

Jam sudah menujukan pukul 11 malam, Namun wanita ini masih sangat setia menemani Jennie di villa ini. Bahkan hanya beberapa menit lagi sudah akan masuk tengah malam namun Sean belum kunjung pulang.

Seraya mendengarkan Wanita ini bercerita tentang kehidupannya, Mulai dari ia yang memiliki seorang adik. Hingga terpisahnya keduanya, Jennie mendengarkan dengan baik setiap kalimat yang terlontar dari mulut wanita itu.

Ini mungkin kali pertamanya Jennie memiliki seorang teman yang sangat berbeda dengannya. Dan entah mengapa Jennie merasa sangat dekat dengan Wanita ini, Padahal mereka baru saja mengobrol 1 jam yang lalu.

"Kapan Roseane akan pulang, Astaga! 15 menit lagi sudah memasuki tengah malam. Apa pria itu mabuk?" Setelah selesai bercerita, Jisoo wanita itu terlihat mengerutu kesal.

"Aku ingin kembali ke villa ku, Apa tidak apa jika ku tinggal?" Lanjut Jisoo yang bertanya pada Jennie.

"Tidak apa-apa, Aku sudah terbiasa di tinggal sendirian" Mendengar kalimat itu justru membuat hati Jisoo merasa kasihan. Sungguh sangat tega sekali pria itu, Pikir Jisoo yang tidak habis fikir dengan pria itu.

"Ku pikir aku akan menanamimu hingga pria itu kembali"

"Apa kau mempunyai sebuah urusan dengan Rose?"

"Tidak, Aku kesini hanya ingin mengobrol denganmu" Saat berpisah dengan Jennie dan Roseane di bandara tadi, Jisoo tidak tahu kenapa dirinya sangat ingin mengenal Jennie lebih jauh. Terlebih ia merasa sangat tidak asing dengan wanita ini.

Jennie hanya menganggukkan kepalanya, Tak lama pintu villa terbuka. Terlihatlah sosok pria angkuh yang penuh akan kesombongan di sana menatap dingin keduanya.

"Jisoo? Apa yang kau lakukan disini?" Pertanyaan itu sontak membuat Jisoo bangkit dari dudukny. Wanita itu berjalan mendekati Roseane, Begitupun dengan Jennie yang mengikuti langkah kaki Jisoo.

"Aku menunggumu, Kurasa besok saja kita membahasnya. Aku sudah sangat lelah menunggumu. Kalo begitu aku pamit" Jisoo berjalan melewati Roseane begitu saja. Sedangkan Roseane sudah menatap penuh pertanyaan kearah Jennie.

"Apa yang dilakukannya disini" Tanya Roseane setelah mengunci rapat pintu villa mereka.

"Tidak ada dia hanya menemaniku"

"Bukankah sudah ku peringatkan untuk tidak membukakan pintu kesembarang orang?"

"Tapi... Bukankah dia temanmu?"

Roseane sedikit berdecak kesal. Menarik nafasnya panjang lalu berkata. "Jangan berteman dengannya!" Desis Roseane penuh akan penekanan.

"Tapi kenapa? Dia baik. Bahkan--"

"Kau tidak tau apa-apa tentangnya! Sekarang berhenti membantah dan ikut aku untuk tidur!" Jennie mengangguk patuh, Dan berjalan mengikuti langkah Roseane menuju kamar mereka.

..........

Pagi ini, Roseane ingin menghabiskan waktunya bersama dengan istrinya ini sebelum kembali terbang ke Korea. Sean berniat untuk mengajak Wanitanya ini menghabiskan waktu mereka di pantai, Swiss.

Namun sial, Kekasih Roseane malah ikut serta dalam perjalanan ini. Mau tidak mau Roseane mengajak wanita itu, Sesekali Roseane melirik spion yang terpasang di hadapannya menatap sosok wanita bertubuh mungil yang terlihat murung di kursi belakang.

Wanita itu hanya memainkan jari jemarinya dengan sesekali memandagi pemandangan indah di kota ini. Ada rasa kesal di dalam benak Sean saat Suzy selalu menghancurkan semua kegitannya.

Tak lama kendaraan ini berhenti tepat di parkiran areah pantai, Semuanya turun tidak terkecuali Jennie bahkan tangan mungil itu sudah di genggaman erat oleh Roseane.

"Rose, Ayo kita main itu!" Suzy menunjuk sebuah banana boat yang terletak jauh di sebarang sana.

Sedangkan Roseane hanya mengabaikan permintaan dari kekasihnya itu. Roseane terlihat memperhatikan Jennie yang terlihat sedikit kaku dan tidak nyaman. Ayolah wanita mana yang nyaman saat suaminya secara terang-terangan menujukkan kebersamaannya dengan wanita lain. Dan itulah yang menjadi salah satu alsan Jennie.

"Rose, Ayo!"

"Berhenti bertingkah, Suzy!" Seru Roseane yang tentu membuat Jennie terkejut karena nada bicara pria itu yang terdengar meninggi.

"Kau membentakku? Bagaimana jika Eomma tau--"

"Ayo! Dan berjanjilah setelahnya menjauh dariku!" Ujar Roseane, Sedangkan Suzy hanya tersenyum penuh akan kemenangan. "Tidak apa ku tinggal? Lagian kau tidak bisa memainkan itu" Jennie hanya mengangguk. Jauh berbeda dengan Suzy, Wanita ini terlihat lebih sederhana dan sedikit lebih pendiam.

Roseane tersenyum penuh kehangatan lalu mengusap kasar puncak kepala milik Jennie. Setelahnya Roseane berjalan menjauh menuju banana boat dan bersiap untuk memainkannya. Sementara itu Jennie melangkahkan kakinya entah kemana, Hingga rasa lelah mulai menyelimutinya Jennie memilih untuk duduk di sebuah kursi yang terletak di bawah pohon.

Tak sadar jika kini air mata sudah berjatuhan membasahi pipi bulatnya, Lagi? Pikir Jennie. Kenapa pria itu begitu tega melakukannya padanya, Sebenarnya apa yang diinginkan pria itu. Jennie hanya menagis menumpahkan seluruh rasa sakit dan kesedihannya. Tanpa mempedulikan jika kini dirinya tak sesekali menjadi pusat perhatian bagi orang-orang di sekitarnya.

Sebuah coklat dan sebotol air mineral menghampirinya, Sontak Jennie menghentikan tangisannya menatap siapa pelaku yang memberikannya. "Hai, Kita bertemu lagi" Ternyata itu Jisoo wanita yang menemaninya tadi malam. Kenapa bisa wanita itu berada disini?

Secepat kilat, Jennie menghapus air matanya. Namun pergerakannya itu justru terhenti saat lengan lembut milik Jisoo menggenggam lembut tanganya. "Lanjutkan, Jika menangis bisa membuat hatimu merasa legah" Jennie hanya tersenyum lembut dengan kepala yang menggeleng pelan, dengan air mata yang kembali mengalir.

Jisoo memilih untuk ikut duduk disisi Jennie, Yang hanya bisa ia lakukan hanya mengelus lembut punggung rapuh wanita itu. Lihatlah seberapa hancurnya wanita tak berdosa ini. "Makanlah, Dulu adikku akan berhenti bersedih saat memakan coklat. Semoga saja itu juga akan membantumu" Jisoo memberikan sepotong coklat yang sudah ia buka ke hadapan Jennie.

Jennie memakannya, Ternyata berita di luar sana benar. Jika coklat bisa membantu mengembalikan mood seorang. Saat ini Jennie merasa sedikit lebih membaik, Melihat kebaikan Jisoo semakin membuat Jennie yakin jika Prempuan itu merupakan wanita baik-baik.

"Terimakasih" Ujar Jennie.

"Kenapa masih ingin bertahan di sisi pria itu?" Tanya Jisoo.

"Dia yang berkuasa, Dan aku hanya mengikuti saja kemauannya. Setelah bayi ini lahir akupun akan segera di buang" Jelas Jennie.

"Ayolah kita seorang Prempuan tidak seharusnya kita menjadi lemah"

"Ya kau benar, Tapi apa dayaku seorang gadis panti yang tidak memiliki apa-apa. Pasti sangat sulit melawan Roseane yang memiliki Segalanya" Ya ya dikatakan Jennie benar, Mau sekuat apapun wanita itu melawan. Nyatanya Roseanelah yang akan menang di akhir.

"Aku akan membantumu, Mempenrjuangkan hak asuh atas bayimu nanti" Ucap Jisoo sungguh-sungguh.

"Kenapa kau sangat baik padaku? Padahal kita belum lama bertemu"

"Sudahku katakan bukan jika aku merasa kita sudah pernah bertemu sebelumnya, Seperti memiliki ikatan yang kuat"

"Kau tidak takut jika aku merupakan orang jahat?"

Jisoo tertawa cukup keras dan nyaring, Katakan pada Jisoo apakah ada seorang penjahat yang memiliki wajah yang mengemaskan dan polos seperti ini? Astaga penampilannya saja membuat Jisoo sedikit tidak percaya jika wanita itu hamil. Ia lebih percaya jika wanita itu masih duduk di bangku sekolah dasar.

"Kau penjahat? Astaga! Anak kecil sepertimu itu lebih pantas duduk menggunakan seragam sekolah" Ujar Jisoo dengan menghapus lembut air matanya karena tawaanya tadi membuatnya menangis. Sedangkan Jennie wanita itu hanya tersenyum malu mendengar ujaraan Jisoo.

Jambi, 06 Juni 2022

Bikin story baru CHAENNIE feat JENLISA sabi kali ya...

Young Wife✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang