C H A P T E R | | 0 2

879 109 4
                                    

Tidak lama dari Jennie meninggalkan ruang makan, Roseane ikut menyusul. Awalnya ia berpikir jika wanita itu akan kembali turun mengingat jika wanita itu pasti akan ke toko bunganya.

Tapi setelah menunggu cukup lama wanita itu bahkan tak kunjung menampakkan dirinya kembali. Roseane khawatir, Tidak lebih tepatnya ia hanya khawatir jika terjadi sesuatu pada penerusnya itu mengingat jika tadi malam mereka kembali bermain cukup lama.

Sesampainya di dalam kamar Roseane tidak mendapatkan siapapun di dalam kamar. Kamar ini terlihat kosong dan rapih, Dan hanya ada suatu suara dari balik kamar mandi. Percikan air yang terdengar mengalir, Dan tunggu suara apa itu?.

Roseane segera membuka pintu kamar mandi, Melihat seluruh penjuru ruangan itu hingga terlihatlah Jennie wanita yang ia cari. Wanita rapuh itu terlihat sedang berusaha memuntahkan sebuah cairan di wastafel.

Sean hanya Memandagi tubuh bagian belakang wanita itu yang terlihat rapuh, Bagaimana susahnya wanita itu mengeluarkan apa yang ingin di keluarkannya. Dengan begitu saja langkah kaki Sean semakin mendekat.

Dan dengan begitu saja Roseane memijit lembut tukuk putih yang sedikit berdecak merah akibat tanda kepemilikan yang di buat Sean tadi malam. Jennie terkejut, Belum sempat ia mengeluarkan kalimatnya. Isi perutnya itu terlebih dahulu keluar.

Untuk pertama kalinya Roseane melihat wanita lemah ini kesusahan di hadapannya. Apakah setiap hari wanita ini seperti ini? Pikir Sean. Setelah merasa tidak ada lagi yang ingin di keluarka. Jennie segera merapihkan penampilannya. Dan memandang suaminya itu yang terlihat datar itu.

"Terimakasih" Entah untuk apa Jennie tidak tahu. Mulutnya begitu saja mengucapkan kalimat terimakasih. Sedangkan Sean masih sama dingin dan datar.

"Ada apa?" Tanya pria itu.

"Apa?"

"Kenapa kau muntah seperti tadi? Sesuatu terjadi pada pewarisku?" Baru saja Jennie merona saat mendapatkan kalimat khawatir dari suaminya. Disaat itu juga Jennie memasang raut wajah suramnya saat kembali harus menyadari jika pria itu hanya menghawatirkan anaknya.

"Bukan apa-apa, Aku harus pergi ke toko bunga ku. Aku permisi"

"Tunggu! Mulai hari ini dan seterusnya kau, aku yang akan mengantarmu pergi ketempat kumuh itu"

Jennie terdiam, membalikan tubuhnya menatap bingung Roseane. "Memangnya ada apa?" Tanyanya.

"Lelaki sialan itu sudah ku pecat" Jennie hanya diam, jadi pria ini benar-benar melakukannya? Pikir Jennie.

..........

Keadaan begitu hening di anatara kedua insan ini, Jennie sibuk dengan pemandangan di luar jendela mobil. Sedangkan Sean terlihat fokus pada kendali mobilnya. "Umm... Rose... Itu, kemana kau akan mengajakku pergi?"

Akhirnya Jennie membuka suaranya, Pikiran ini sendari tadi selalu mengelilingi kepalanya. "Ada apa? Kau tidak mau ikut?" Sahut Roseane dingin melirik sekilas kearah Jennie.

"Hm... Lebih baik aku tinggal saja di rumah"

"Kenapa?"

"Toko bungaku akhir-akhir ini sangat ramai pembeli sebaiknya--"

"Lalu apa fungsi para pengawai yang kau bela-belakan itu?" Potong Roseane cepat.

"Bukan itu... Tapi ada beberapa tanaman yang akan dikirim besok"

Mobil terhenti secara mendadak, Jennie memandang areah sekitar ternyata kini mereka sudah sampai di depan toko bunganya. "Ingin di ratakan bangunan kumuh ini?" Secepat kilat Jennie mengelenggkan kepalanya.

Young Wife✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang