Heartwarming > angst
Ps: kindly do not talk about (my) other book while i working on something, that's kinda pissed me off (´。_。`)
Book ini per chapt nya lebih panjang dari story yang lain, so enjoy~
.
.
.Semakin muda seorang manusia diketahui secondary gender-nya, maka akan semakin kuat manusia tersebut menurut posisinya.
Umumnya seseorang baru diketahui gender keduanya pada rentang umur 13-16 tahun. Akan muncul tanda apakah mereka seorang Alpha, Omega, atau Beta.
Namun jika dibawah rentang umur tersebut seorang anak sudah menunjukan tanda-tanda, maka jika dia seorang alpha, ia akan menjadi sosok alpha yang lebih kuat, cerdas, dan dominan dari alpha-alpha lain. Jika dia seorang omega, maka sifat omeganya juga akan lebih kental dan feromonnya tercium sangat istimewa.
Semua manusia mempelajari hal itu di bangku sekolah sejak secondary gender tercipta.
Termasuk Tobio, putra bungsu keluarga Kageyama. Ayahnya seorang gubernur Miyagi yang dikenal ramah dan jujur, ibunya seorang omega cantik lemah lembut yang banyak melakukan gerakan sosial. Kakak perempuannya seorang omega yang sudah menikah, sama dermawan seperti kedua orang tuanya.
Tobio masih berumur 7 tahun kala ia mulai menunjukan tanda-tanda dirinya seorang omega. Mulai dari tubuh panas dingin, keram, dapat mencium aroma feromon, dan dirinya sendiri juga mengeluarkan feromon.
Nyonya Kageyama menemani si manis di kamar yang terus menangis. "Tidak papa Tobio.. Menjadi omega bukanlah hal yang buruk.." Sang ibu menyisir surai putranya lembut, sesekali mengecup keningnya agar si raven lebih tenang.
Tobio kecil masih sesenggukan. Ia mengira dirinya akan menjadi alpha. Karena jelas omega berjenis kelamin laki-laki itu satu banding sejuta. Ia ingin jadi seperti sang ayah, alpha tangguh nan kuat.
Tobio berpikir omega itu buruk, tidak berdaya, tidak bisa apa-apa sampai sang ibu mematahkan semua anggapan itu. Aeru menangkup pipi Tobio kecil sambil menatap matanya.
"Menjadi seorang omega itu sangat spesial.."
"Spesial??" Isakannya berangsur-angsur mereda.
Nyonya Kageyama tersenyum lembut, jempolnya menghapus jejak air mata di wajah putra manisnya. "Ya.. omega diberi keistimewaan untuk mengandung dan melahirkan.. Itu adalah anugerah yang luar biasa untuk bisa menjadi wadah bagi sebuah kehidupan.."
Tobio kecil mengerjapkan mata. Perlahan kepalanya bersandar pada dada sang ibu selagi wanita itu mengelus-elus kepalanya. "Tobio dan Miwa bisa ada di dunia ini juga karena Kaasan seorang omega.. Apa menurut Tobio, Kaasan dan Miwa-nee itu tidak berdaya?"
Tobio menggeleng. "Tidak.." Mereka berdua adalah wanita dan omega yang kuat di mata Tobio.
"Selain memiliki keistimewaan untuk mengandung, omega itu sangat lemah lembut.. Kehadiran omega memberi perasaan damai bagi setiap orang yang ditemuinya oleh karena itu omega disebut sebagai penolong.. Kaasan banyak membantu orang yang kurang beruntung di luar sana, termasuk anak-anak yang tidak memiliki orang tua.. Omega yang punya naluri keibuan bisa membuat mereka merasakan kasih sayang lagi.."
Kenapa Tobio jadi terharu. Sudut pandang ibunya itu membuat omega terkesan tinggi dan berjasa, tapi memang begitulah yang sebenarnya. Orang-orang kebanyakan hanya melihat sisi negatif dari omega saja, padahal sisi positifnya sangat membuat tentram.
Sang ibu pun menangkup pipi Tobio dan mengarahkan agar wajah itu mendongak keatas menatapnya. "Bagaimana? Tobio masih ingin menjadi beta? Okaasan tidak akan memaksa kalau Tobio tetap memilih menjadi beta.. Menjadi beta juga bukan sesuatu yang buruk.. Tidak ada yang buruk.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere We Call Home (END)
Fanfiction(Omegaverse, criminal au) Disaat kehadiran omega sudah menjadi langka dan diperebutkan para alpha. Pair: AtsuKage, BokuKage, Oikage No hate on any chara this is fanfiction only. Charas and arts aren't mine, but storylines is. Do not copy nor remake...